Part 3 - Kesal

18K 2K 107
                                    

Sagara melepas sabuk pengamannya, menoleh menatap Mauri yang memejamkan mata. Mendengus geli melihat kelopak mata Mauri yang bergerak pelan. Menandakan jika wanita itu hanya pura-pura tidur.

Ia pun turun dari mobil, jalan memutar untuk membuka pintu sebelah, mencondongkan badannya untuk melepas sabuk pengaman Mauri. Lalu berdiri tegak. "Mau bangun sendiri atau gue panggilin bokap lo?"

"Iih! Bang Saga nyebelin!" Mauri langsung membuka matanya. Sagara mengacak rambut Mauri dan menyuruh wanita itu turun dari mobil.

"Abang, kamu apain tuh anak perawannya Dokter Malvin?" Mereka menoleh menatap sosok pria paruh baya yang berkacak pinggang di teras rumah.

"Nih anak perawannya Dokter Malvin abis bikin ulah." Tangan Sagara menyentuh kepala Mauri yang hanya sebatas dadanya.

"Itu tanganmu kenapa?" Om Sadam beralih pada Mauri.

"Keseleo Om."

"Karena?"

Saat Sagara hendak menjawab pertanyaan Om Sadam, Mauri segera menarik lengan pria itu. "Pinjem anaknya dulu, Om!" Teriaknya.

"Jangan lupa bayar sewanya!" balas Om Sadam. Sagara yang mendengar hal tersebut berdecak. Pasrah diseret Mauri hingga ke rumah yang ada di depan rumahnya.

"Bang Saga tolongin aku, ya?" Mauri memasang wajah memelas. Lalu mendorongnya agar ia mengetuk pintu rumah orang tua wanita itu. Sedangkan Mauri kini menempel padanya, berada di belakang badannya hingga tak nampak saking kecilnya badan Mauri.

Pintu terbuka. "Saga?" Mendengar suara Mommy membuat Mauri memiringkan kepalanya dan bertemu pandang dengan Mommy.

"Napa kamu nemplok kayak cicak di badan Saga?"

Mauri cemberut. Apalagi mendengar suara tawa Sagara.

"Siapa?" Mendengar suara Daddy membuat Mauri kembali menyembunyikan diri. "Kenapa Saga?"

Sagara tersenyum tipis. Menarik Mauri agar tidak bersembunyi di balik punggungnya. Mauri merengut menatapnya kesal.

"Astaga!! Itu tanganmu kenapa?!" Seru Mommy heboh menarik tangan Mauri yang diperban membuat Mauri memekik.

"Mommy!!"

"Eh maaf, maaf." Mommy meringis pelan seraya melepaskan pegangannya.

"Itu tanganmu kenapa?!" Suara Daddy mengalun tajam.

"Nah pasti kena azab nih. Soalnya keluar gak pamit dulu!" Mommy pun ikut mengomel.

"Gimana mau aku bilang?! Mommy sama Daddy kan keluar!"

"Kita kan gak hidup di zaman purba! Kan ada yang namanya hape!" Mommy menjitak kepalanya membuatnya mengaduh sakit.

"Kamu abis dari mana?!" Daddy menyela.

Mauri mencebikkan bibir sedih, menoleh menatap Sagara yang mengulum bibir. Pasti pria itu ingin menertawainya.

"Bang Saga," ujarnya memelas agar Sagara bicara pada orang tuanya.

"Saga!" Daddy beralih pada Sagara.

"Ah itu..." Sagara menoleh menatap Mauri memelas dengan mata berkedip-kedip imut agar Sagara tak mengatakan yang sebenarnya. Lalu kembali menatap orang tua wanita itu. "Tangannya Mauri keseleo. Kami ketemu di rumah sakit, makanya aku anterin dia pulang, Om, Tante."

"Kenapa tangannya keseleo?"

"Itu karena..." Sagara melirik Mauri yang menggeleng. Lalu ia kembali fokus. "Itu karena dia nonjok mantan pacarnya yang maksa mau nyium dia."

MleyotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang