Part 8 - Jones

12.9K 1.6K 77
                                    

Mauri mengendarai skuternya dengan secepat mungkin, membungkuk dengan mata memicing ke depan layaknya pembalap motor profesional. Itulah yang ia bayangkan, tapi yang orang-orang lihat laju skuternya sangat pelan.

Tiba di pekarangan rumah salah satu kakaknya, segera ia turun. Satu-satunya yang dapat menenangkan hatinya saat ini adalah keponakannya yang menggemaskan seperti dirinya.

"Mimi oh Mimi!" serunya bernada. Shamira yang sudah kenal dengan suara tantenya langsung memekik senang, merangkak ke arah Mauri yang memekik riang. Sudah ia bilang sebelumnya, jika Shamira satu-satunya obat rasa gundahnya karena memikirkan nasibnya yang jomblo mengenaskan.

"Eh, eh!!" Tegur Sharma saat ia hendak mengambil Shamira. "Pasti lo belum mandi, kan?!"

"Emang. Tapi aku harum kok, Kak. Aku sangat sangat butuh Mimi saat ini," ujar Mauri nelangsa bahkan menggulingkan badannya di atas matras bayi. Shamira tertawa riang dan menaiki badan tantenya itu.

Sharma hanya berdecak pelan melihat tingkah adik iparnya itu. Mauri pun memainkan tangan mungil Shamira, mengajarinya bertepuk tangan seraya bernyanyai. "Mimi oh Mimi, kenapa Mommy-mu galak!" Lalu mengubah suaranya layaknya anak kecil. "Macam mana Mommy tak galak, emang itu sifatnya, emang itu sifatnya!"

"Ri, lo gak lihat apa yang gue pegang sekarang?" Mauri berhenti bernyanyi, menoleh menatap Sharma yang sedang mengupas kulit buah. Mauri menyengir lalu berdiri hingga Shamira berada di pangkuannya dan mencium wajah bulat keponakannya itu.

"Muah! Muah! Wangi banget sih Mimi!"

"Emang lo, bau!" sahut Sharma lagi membuat Mauri mendelik malas. Saat Shamira berontak karena tak ingin dipeluk, Mauri pun menurunkan bayi gembul tersebut yang langsung merangkak ke arah mainannya yang berserakan. Mauri beranjak menghampiri Sharma yang ada di meja pantry. Mencomot buah apel yang belum dikupas kulitnya lalu menggigitnya.

"Mas Koko mana?"

"Pergi jogging."

"Remy?"

"Dari kemarin nginep di rumah Ben."

Mauri mengangguk-angguk.

"Napa lagi lo?" Sharma mendelik malas ke arahnya.

"Nora sama Mas Kala mau lamaran."

"Iya." Sharma mengangkat pandangannya kemudian tertawa jahat, mengejek ekspresi masam Mauri. Tau apa yang ada di pikiran adik iparnya itu. Sharma menunjuk wajah Mauri menggunakan pisau. "Jangan lagi lo cari cowok sembarangan!"

"Sisa aku doang yang jomblo," Mauri mulai merengek.

"Populasi manusia di dunia ini ada 8 milliar orang. Dan belum semuanya berpasangan, yang artinya, bukan lo doang yang jomblo."

"Maksudku tuh di antara temen-temenku. Nora bentar lagi sold out. Terus Lala juga udah punya pacar!" Mauri membela diri. Mauri mulai membuat suara tangisan, tanpa adanya air mata.

"Ini kenapa lagi?" Teguran tersebut membuat Mauri menoleh pada Regan yang berkeringat.

Shamira yang melihat Daddy-nya langsung merengek ingin diambil. "Daddy bau keringat, Dek."

"Gendong aja!" seru Sharma seraya menyiapkan blender untuk membuat jus buah.

Regan pun menggendong putrinya tersebut. Tatapnnya kembali pada Mauri yang terlihat lusuh. "Kamu kenapa?"

"Dia galau karena jomblo. Nora mau lamaran, Lala udah punya pacar," sahut Sharma tertawa.

Shamira juga tertawa melihat Mauri. "Tuh Mimi aja ngetawain kamu," ujar Regan. Lalu beralih pada Sharma, "Taruh jusnya di dua gelas lain. Di luar ada Saga sama Sean."

MleyotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang