Tiba di area hutan, mereka membagi tim menjadi dua, satu ke arah utara, satunya lagi ke arah selatan. Tim ke arah utara, ada Om Kai, Araldo, Mauri dan Sagara. Sedangkan tim ke arah selatan ada Om June, Zian dan Kalea.
Mereka berjalan. Di hutan tersebut terdapat banyak rusa yang dapat diburu. Mereka berjalan semakin masuk di dalam hutan tersebut.
"Ini baru pertama kali kamu berburu, Ga?" tanya Om Kai.
"Udah pernah Om waktu masih kecil. Waktu itu Eyang Kutni yang ngajak. Sama Re juga," sahut Sagara.
"Ah berarti udah lama banget, kan?" ujar Mauri. Ia senantiasa memeluk lengan Sagara atas keinginan pria itu. Mereka tak perlu merasa khawatir jika hubungan mereka ketahuan karena memang Mauri dan Sagara dikenal cukup dekat. Yang penting mereka tak bersikap berlebihan. Itulah kesepakatan mereka.
"Iya. Waktu umur dua belas tahun."
"Bang Saga waktu itu nangkep apa?"
"Pasti gak ada," sahut Araldo yang berjalan paling depan. Ikut nimbrung dalam obrolan Mauri dan Sagara membuat Sagara mendelik tak suka pada pria itu.
"Ada kok!" ujar Sagara.
"Bang Saga nangkep apa?"
Sagara melirik Mauri memberi isyarat agar Mauri diam saja. Tapi, Mauri tak peka. Malah bertanya lagi dengan nada penasaran.
"Waktu umurku dua belas tahun, aku nangkep ular bisa cokelat," sahut Araldo berbangga diri. Menyela Sagara yang hendak menjawab pertanyaan Mauri.
"Oh iya. Ular yang hampir gigit Mauri kan waktu itu?" sahut Om Kai.
"Iya Pa. Waktu itu kami ikut mancing sama Eyang Kutni dan Om Malvin. Kami main di sekitar sana." Araldo menoleh ke belakang, tidak lupa melirik sejenak Sagara yang ekspresinya masam.
"Ah iya! Aku ingat! Araldo hebat, bisa tangkap ular itu sebelum gigit aku!" seru Mauri mengingat hal tersebut.
"Waktu itu aku suruh kamu lari, tapi malah diam nangis," ejek Araldo membuat Mauri mencebik kesal. Om Kai tertawa.
"Ya namanya juga kaget!"
"Ah kamu inget waktu kita dikejar anjing?"
Mauri mencoba mengingat dan manggut-manggut. Diiringi tawa pelan ia berujar, "Sampai sandal aku putus saking cepetnya lari. Terus kamu manjat pohon mangga biar gak digigit anjing itu." Keduanya tertawa.
Ekspresi Sagara semakin masam. Ia tau jika Mauri dan Araldo sangat dekat dari kecil. Karena mereka seumuran, mereka sangat akrab.
"Dan kamu jatuh ke got!" Tawa Araldo menyembur keluar.
"Mana ada?!" Mauri bersungut kesal.
"Iya! Masa kamu lupa?" Araldo kini berjalan di sisi kiri Mauri.
"Pasti pura-pura lupa. Om punya kok foto kamu yang seluruh badannya penuh air got," sahut Om Kai ikut tertawa bersama putra.
"Iih!" Mauri hanya mampu berteriak kesal.
Mereka pun berhenti berjalan saat melihat tiga rusa yang sedang makan. Mereka menjaga jarak dan agak bersembunyi agar rusa tersebut tak lari.
Mauri berjongkok di sebelah Sagara. Sedangkan Om Kai dan Araldo yang berada di depan, bersiap membidik rusa tersebut.
"Kalau aja Mas Saga nembak rusa juga, pasti Mas Saga keren banget," ujar Mauri seraya menangkup wajahnya sendiri. Membayangkan Sagara membawa senapan dan membidik seekor rusa. Pasti pacarnya sangat gagah!
Sagara melirik Mauri. "Oh aku kira, aku cuma rumput yang bergoyang." Maksudnya, karena sedari tadi tak diacuhkan. Mauri sibuk bicara dengan Araldo.
Mauri menoleh menatap Sagara yang terlihat kesal. "Kenapa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mleyot
Romance'Mleyot bermakna menyukai sesuatu dengan sangat dan sampai-sampai membuatnya lemas hingga tidak bisa berkata-kata lagi.' Ini ceritanya Mauri, anak gadisnya Malvin dan Auri. Mauri yang kebelet nikah karena iri dengan dua kakak serta teman-temannya. T...