Part 11 - Siap Mental

12.2K 1.4K 30
                                    

"Makan malam udah siap!" Seru Mommy mengira para anggota keluarganya masih di ruang keluarga, tapi ternyata sudah duduk manis di meja makan. Adanya Zian di rumah membuat rumah semakin ramai. Makanya dengan spesial Mommy memasak sup ayam, membuat tiga pasang mata menatap serius sup buatan Mommy tersebut.

Mommy tau apa yang ada di pikiran Daddy dan dua anaknya membuatnya mendengus kesal dan berkacak pinggang. "Mommy udah belajar dari Aunty Via, tadi juga udah nontin tutorial dari youtube, jadi kalian gak perlu khawatir bakal sakit perut." Mommy mulai menuang sup ayam tersebut ke mangkuk Daddy, kemudian ke mangkuk Zian dan terakhir ke mangkuk Mauri. "Lagian kalau sakit perut kan ada Daddy yang obatin." Mommy tertawa duduk di sisi kanan Mauri. Menatap mereka semua dan mengendikkan dagu agar mereka mencoba sup ayam buatannya.

"Daddy gak mau cobain?!" ujar Mommy penuh penekanan dengan senyuman manis, tapi di mata Zian dan Mauri senyuman Mommy jenis senyuman penuh ancaman.

"Kalau Daddy kenapa-kenapa, Daddy bisa ngasih tau aku letak surat warisan yang Daddy," sahut Zian dengan ekspresi serius. Daddy menatap malas anaknya itu. "Aku yang bakal rawat Pretty, Daddy gak usah khawatir. Kalea penyuka kucing kok."

"Kamu pikir Daddy bakal mati setelah makan sup buatan Mommy?!" sahut Mommy galak. Zian tertawa. "Cepetan makan sebelum dingin!"

Daddy dan Zian langsung mencoba sup ayam tersebut. Kedua pria itu tidak langsung bicara, mereka saling bertatapan sejenak, lalu Daddy menatap Mommy. "Sudah tiga dekade lebih kita menikah, baru kali ini masakanmu berhasil."

"Aku pernah lho buatin Mas pancake."

"Itu kan hangus."

"Bukan hangus, tapi terlalu mateng."

"Rasanya aneh."

"Sudah tiga dekade lebih kita menikah, Mas gak pernah ada inisiatif muji masakanku, Mas gak tau cara nyenangin hati istri. Harusnya Mas pura-pura aja bilang enak." Dan selama mereka menikah, hanya teh lemon yang pandai Mommy buat untuk Daddy.

"Emang kamu lupa, pertama kali kamu bikinin Mas teh lemon, lemonnya kebanyakan, tapi aku tetap habisin. Terus, kamu pernah coba bikin cookies, aku habisin walaupun tau belum sepenuhnya matang sampai aku sakit perut dan masuk rumah sakit, terus ada lagi...."

"Stop!"

Zian dan Mauri hanya mampu menggeleng melihat tingkah Daddy dan Mommy.

"Udah, kamu gak usah marah. Sini tambah lagi." Lalu orang tua mereka pun kembali harmonis. Mommy tersenyum manis dan Daddy yang lahap makan.

"Kamu kenapa gak makan?" tegur Mommy pada Mauri yang hanya diam seraya melipat tangannya di dada, wajahnya merengut.

"Ini enak kok," sahut Daddy menunjuk sup ayam buatan Mommy.

"Ngambek tuh karena dilarang gebet duda," sahut Zian membuat Mauri memicing tajam menatapnya.

"Hah?! Siapa?!" pekik Mommy heboh bahkan mengguncang badan Mauri. "Bukannya kamu sama Saga?!"

"Kok Bang Saga?!" Mauri memekik menatap Mommy yang berhenti mengguncang badannya.

"Lho emang kenapa? Kirain kamu abis putus dari pacarmu yang terakhir itu, kamu sama Saga. Sebelum pacaran sama si Aang, kamu deket kan sama Saga? Sebelum kamu sama Aang, Mommy kira kamu sama Saga lho. Asal kamu tau, Mommy sama Tante Vey udah bicarain baju seragam yang bagus. Eh ternyata kamu malah punya pacar. Terus akhir-akhir ini Mommy sama Tante Vey sempat bicara lagi, konsep pernikahan kalian nanti..." Mommy bicara panjang lebar membuat Mauri menganga.

"Enggak, enggak!" sela Daddy. Tatapannya sangat protes. "Adek masih kecil, jangan bicarin nikah dulu."

Mauri mencebik mendengar perkataan Daddy, apalagi mendengar suara tawa Zian.

MleyotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang