Mauri berjalan cepat, tidak mengacuhkan Sagara yang memacu skuternya dan tidak hentinya memanggilnya. Kepalang malu pada Mateen membuatnya segera melarikan diri.
Bersungut-sungut, sangat kesal pada Sagara. Sangat ingin menghajar membabi buta pria itu. Rencananya yang ingin PDKT dengan Mateen hancur berantakan. Sekaligus keinginannya yang ingin menjadikan Mateen plus one di pernikahan Nora dan Kalandra. Benar-benar hancur!!
Dan itu semua karena Sagara!
Pria itu yang berhasil menghentikan langkahnya, menahan lengannya. "Lo kenapa sih?"
"Aku?! Kenapa?!" Mauri tercengang sesaat. Lalu tertawa seperti orang gila membuat Sagara mengernyit menatapnya.
Sagara turun dari skuter, hendak mengecek dahi Mauri, tapi wanita itu menepis tangannya lalu mengipas wajahnya seraya menghembuskan nafas kasar. "Dahi lo gimana? Kayaknya benjol..."
"Sekarang aku marah!" sembur Mauri.
"Terus?" respon Sagara yang lempeng membuat Mauri memukul bertubi-tubi lengan kanan Sagara, bahkan pundak Sagara menjadi sasarannya.
"Ri, Ri, tenang!" Berusaha keras Sagara menghentikannya, memegang kedua tangannya. "Tenang!"
"Gimana bisa aku tenang setelah Bang Saga hancurin rencana PDKT-ku dengan Dokter Mateen!!" jerit Mauri kesal seraya menghentakkan tangan Sagara agar melepas pegangannya. Lalu berjongkok seraya menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya yang memeluk kedua lututnya, layaknya anak kecil. Tidak lupa membuat suara tangisan.
Sagara menghela nafas pelan, membujuk Mauri agar tidak menarik perhatian karena mereka di tengah-tengah jalan di perumahan tersebut. Meski sepi, tapi tetap saja jika Mauri membuat keributan, akan mengundang orang-orang berdatangan.
Menarik Mauri berdiri, wanita itu memberikannya tatapan tajam dan untuk kesekian kalinya menepis tangannya.
"Gak ada yang bakal nemenin aku ke kondangan! Semua gara-gara Bang Saga!"
"Kan gue udah pernah bilang, ada gue! Kita sama-sama ke nikahannya Nora dan Mas Kala!"
"Tapi aku maunya sama Dokter Mateen!" Mauri merengek seraya menghentakkan kakinya kesal. Lalu melipat tangan ke dada dan membuang pandangannya.
"Dibilang ada gue, ya gue. Lo sama gue!"
"Gak mau!!"
"Lebih baik lo sama orang yang udah lama lo kenal, daripada sama orang yang baru lo kenal!" Setelah mengatakan hal tersebut dengan nada kesal, Sagara naik ke skuter dan mengendarainya.
Mauri menatap pria itu yang perlahan menjauh. "Bang Saga!! Harusnya aku yang marah!! Hei!!" Berlari mengejar pria itu. "Itu skuterku!! Jangan bawa kabur skuterku!!"
Nafas Mauri tersengal-sengal karena berlari seraya berteriak, ia pun memutuskan untuk berhenti dan mulai mengatur nafasnya. Rasanya ingin melempar sepatunya ke arah kepala Sagara yang semakin menjauh. Benar-benar tidak mengacuhkannya.
"Napa sih tuh laki?! Harusnya gue yang marah! Kenapa malah dia yang marah-marah?! Bawa kabur skuter gue dan gak noleh-noleh sedikit pun. Bener-bener..." omelan Mauri berhenti seketika saat menyadari sesuatu. Mengerutkan keningnya melihat tingkah Sagara. Setelah menelaah, ia pun menutup mulutnya dengan ekspresi terkejut. "Jangan-jangan..."
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
"Kan gini, harusnya gue yang marah sama dia karena dia gagalin PDKT gue dengan Dokter Mateen. Dan karena dia gue gak punya gandengan ke nikahannya Kak Nora dan Mas Kala! Tapi, malah dia yang marah-marah. Menurut Mimi, kenapa Uncle Saga marah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mleyot
Romance'Mleyot bermakna menyukai sesuatu dengan sangat dan sampai-sampai membuatnya lemas hingga tidak bisa berkata-kata lagi.' Ini ceritanya Mauri, anak gadisnya Malvin dan Auri. Mauri yang kebelet nikah karena iri dengan dua kakak serta teman-temannya. T...