Part 45 - Wedding Day (1)

14.5K 1.3K 83
                                    

Upacara siraman dilaksanakan sebelum prosesi pernikahan. Mempelai pengantin akan disiram atau diguyur air yang dicampur dengan beraneka ragam bunga. Siraman bermaksud membersihkan fisik dan mental sebelum menjadi pasangan suami istri dan membina rumah tangga.

Air yang digunakan saat upacara siraman adalah air yang berasal dari beberapa tempat.

Mauri, sebagai calon pengantin melakukan hal tersebut. Mauri mengenakan busana siraman. Duduk manis di dalam kamarnya, menunggu orang tuanya menjemput.

"Gak usah sok kalem lo," ujar Zian membuat Mauri mendelik kesal pada kakaknya itu. Tidak kah Zian mengerti jika saat ini ia berdebar tak karuan?

"Yan!" tegur Kalea membuat Mauri tersenyum lebar.

Mauri pun dituntun menuju ke tempat siraman, diiringi para sanak saudaranya. Tiba di sana, mereka melakukan doa bersama. Setelah itu upacara siraman dimulai. Yang pertama kali menyiram Malvin, kemudian Auri. Dilanjutkan Kai dan Farra. Lalu Regan bersama Sharma.

Saat giliran Zian, Mauri tercengang menatap kakaknya itu yang menangis. "Gak nyangka gue lo bakal nikah. Perasaan baru kemarin lo berak di celana."

Mauri mendelik kesal pada Zian saat orang-orang tertawa. Setelah Zian, lalu Kalea.

Setelah para keluarga menyiram, giliran juru rias pengantin meluluri Mauri dengan berbagai piranti. Setelah itu dibilas hingga bersih, dilanjutkan dengan doa dan ditutup dengan penyiraman air bersih dari kendhi.

Malvin yang merupakan ayah dari mempelai wanita menuangkan sisa air dari kendi kepada Mauri untuk digunakan berwudhu. Kendi yang kosong tersebut dipegang oleh Malvin dan Auri, kemudian dijatuhkan ke tanah sehingga pecah. 

Prosesi siraman dilanjutkan dengan memotong rambut Mauri atau disebut dengan potong rikmo.

Utusan besan juga menyerahkan potongan rambut Sagara untuk disatukan. Gabungan potongan rambut ini akan dikubur di halaman rumah. Tujuannya agar semua hal buruk dikubur bersamaan dengan rambut, sehingga kelak kedua mempelai hanya disertai kebaikan dan kebahagiaan dalam rumah tangganya. 

Setelah semua prosesi selesai, terakhir sang ayah akan menggendong calon pengantin.

Meski Malvin telah berumur, tapi tetap kuat menggendong putri bungsunya itu. "Terakhir Daddy gendong kamu umur dua belas tahun."

Mauri terharu mendengar perkataan Daddy. "Sayang Daddy."

"Gak usah nangis." Daddy tersenyum lembut membuatnya ikut tersenyum.

"Kalau Daddy biarin aku nikah beberapa tahun lagi, kayaknya Daddy gak bakal bisa gendong aku."

Mauri tertawa pelan saat Daddy menatapnya malas.

Serangkaian acara selanjutnya di sore hari, mengadakan pengajian. Dalam balutan abaya dusty pink terdapat taburan payet dari berbagai sisi yang Mauri gunakan. Mauri begitu khusyu' melakukan rangkaian acara pengajian. Apalagi saat meminta restu. Tanpa bisa menahan air matanya, Mauri menangis, terbata-bata mengucapkan terima kasih atas seluruh doa, pengorbanan, dan kasih sayang yang telah diberi oleh kedua orang tua semasa hidupnya. Setelah itu, ia melalukan sungkem pada orang tuanya serta sanak saudara.

Acara malam sebelum hari pernikahan, yaitu midodareni. Calon pengantin pria hadir dan disambut oleh keluarga calon pengantin wanita.

"Definisi pacar lima langkah benar-benar ada, ya?" Lavanya tertawa pelan saat bertandang ke rumah calon istri kakaknya yang hanya berada di hadapan rumah orang tuanya.

"Bukan pacar lagi, besok udah jadi istrinya Abang," ekspresi Sagara sumringah. Tersenyum terus menerus. Sangat tak sabar menunggu hari esok. Beberapa minggu tak bertemu dengan Mauri, mereka hanya melakukan komunikasi melalui ponsel. Hal tersebut tentu berbeda jika bertemu secara langsung.

MleyotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang