Part 42 - Kejutan Ulang Tahun

9.5K 1.2K 55
                                    

Sudah menjadi tradisi di dalam keluarga Malvin jika anggota keluarga berulang tahun, maka akan mengadakan makan malam bersama di sebuah restoran. Yang awalnya hanya mereka berlima sebelum Regan dan Zian memiliki keluarga. Kini mereka tak hanya berlima.

Mauri sumringah karena malam ini adalam malam spesialnya. Dinner bersama keluarga tercinta. Menikmati hidangan yang menggugah selera, serta mendapat hadiah dari anggota keluarganya. Bahkan keponakannya yang paling kecil memberikannya kado.

"Dek kasih Aunty-mu," suruh Sharma pada Shamira. Bocah itu berjalan ke arah Mauri yang berseru gemas menyambut kado Shamira. Meski hanya berupa gantungan kunci, tapi Mauri tetap senang. Namun, saat hendak meraihnya, Shamira menarik tangannya lalu berlari menjauh diiringi tawanya yang menggemaskan.

"Dasar anaknya Sharma," desis Mauri membuat Sharma mendelik. "Itu punya Aunty lho." Mauri pun dengan pura-pura mengejar Shamira hingga mereka mengelilingi meja bundar tersebut. Shamira masih tertawa karena dikejar.

"Udah, udah. Nanti Mimi jatuh!" tegur Mommy membuat Mauri berhenti mengejar Shamira.

Mauri kembali duduk di kursinya dan membuka hadiah dari Zian. "Makasih lho," ujarnya malas karena Zian memberinya voucher belanja, itu pun isinya hanya lima puluh ribu. "Kalau mau ngasih ini, ngapain pake kotak kado yang gede?!"

"Ck! Kurang bersyukur banget lo?"

Mauri memberikan tatapan kesal pada kakaknya yang pelit itu, kemudian meraih kado yang orang-orang berikan padanya, menghitung semuanya. Tadi pagi Kalea sudah memberikannya, jadi ...

Mauri menegakkan kepala menatap Daddy yang menikmati dessert. "Daddy kok belum ngasih aku kado?"

"Daddy kira kamu gak butuh kado lagi dari Daddy soalnya udah dikasih kado spesial dari pacarmu," ucapan datar Daddy membuat Mauri mencebikkan bibir kesal, yang lainnya tertawa, tentu kecuali Regan yang sedang fokus makan.

"Iih Daddy kok gitu?" Mauri makin cemberut. Tapi, Daddy tetap lempeng. "Beneran gak ada kado nih?!" ujar Mauri tak percaya, ia pikir Daddy akan memberikannya kejutan.

"Dibilang gak ada, ya gak ada."

"Daddy gak asik!"

Mauri pun menekuk wajahnya hingga di perjalanan pulang.

"Ke rumahnya Mas Re."

Mauri yang menyetir, menoleh menatap Daddy. "Ngapain?"

"Daddy nginep di sana. Kangen sama Mimi."

"Bilang aja karena Daddy gak mau direcoki aku?" balas Mauri. Pasti Daddy ingin melarikan diri karena tak ingin mendengarnya minta kado.

"Itu kamu tau."

Mauri berdecak kesal. Meski seperti itu, tapi tetap membelokkan mobil ke arah rumah Regan. Daddy dan Mommy turun, ia pun melajukan mobil setelah orang tuanya masuk ke rumah kakaknya itu.

Tiba di rumah, ia menekan bel agar ART membuka pintu. Masih diiringi gerutuan kesal karena tak ada kado dari Daddy.

Mendengar suara kunci terbuka membuatnya mendorong pintu. Mauri terdiam di ambang pintu saat melihat keadaan rumah yang hanya diterangi lilin serta iringan musik yang terdengar romantis dari alunan piano yang tentunya berasal dari ponsel karena di rumah itu tak ada piano.

Hal yang membuat Mauri tertegun karena sosok Sagara yang menekuk kakinya satu. Pria itu mengacungkan sebuah kotak cincin.

Dengan senyuman yang memancarkan kebahagiaan, Sagara berujar, "Mauri, will you marry me?"

Seluruh badan Mauri terasa lemas. Situasinya saat ini sangat jauh berbeda dengan saat mereka memutuskan untuk pacaran.

Saking lemasnya, Mauri tak bisa menahan kedua tungkainya untuk berdiri. Alhasil, ia pun duduk kemudian merebahkan badannya.

MleyotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang