Part 26 - Liburan (3)

10.8K 1.3K 97
                                    

Setelah mengingat kejadian kurang lebih satu tahun yang lalu serta penjelasan Sagara, Mauri tak langsung merespon. Diam menelisik Sagara yang berdehem pelan seraya mengusap tengkuknya. Matanya meliar, enggan bertemu pandang dengan Mauri.

Mauri mendekat sehingga jarak mereka cukup dekat, mendongak menatap Sagara yang kini terlihat bingung. Untuk kesekian kalinya mata Mauri menelisik Sagara.

Jari telunjuknya mengacung, menunjuk Sagara. "Ternyata aku gak salah. Bang Saga sesuka itu sama aku."

Mauri menangkup wakahnya, mengambil sedikit jarak lalu tertawa. Merasa senang karena dugaannya tak salah.

"Ck! Udah berapa kali sih aku bilang, jangan panggil aku, 'Bang'!"

Mauri berhenti menangkup wajahnya dan bersidekap, menatap menantang Sagara. Jika selama ini Sagara kerap kali menjahilinya hingga membuatnya kesal, maka saat ini, Mauri akan membalas pria itu.

"Kenapa sih? Bukannya selama ini aku manggil Bang Saga, kan?"

"Tapi, kita pacaran..."

"Oh kita pacaran?!" Mauri memasang ekspresi terkejut.

"Mauri jangan main-main!" Sagara menatapnya kesal yang membuat tawanya pecah.

"Ternyata Bang Saga sesuka itu sama aku." Mauri masih saja menggoda Sagara, diiringi dengan tawa pelan. "Jangan bilang waktu nentuin panggilan 'Muffin' dan 'Pumpkin', Bang Saga udah nentuin dari lama?!"

"Astaga." Sagara hanya mampu menendang udara saking salah tingkah dirinya. Menghembuskan nafas kasar seraya berkacak pinggang. Menatap lurus Mauri yang cekikikan, tidak hentinya menggodanya. Menyesal karena berkata sejujur-jujurnya.

Sagara harus membalas!

Tiba-tiba mendapatkan ide membuatnya menyeringai. Ia pun bersidekap, agak mengangkat dagunya. "Kamu kenapa gak mau bahas soal ciuman waktu itu?" Berusaha mungkin Sagara tak tersenyum saat Mauri berhenti tertawa. Wajah putih wanita itu berubah memerah. Tentu bukan karena dingin.

"Ci-ciuman apa?"

Sagara mendekat membuat Mauri mundur. "Bang Saga..."

"Mas!" sela Sagara, menekan ucapannya. Sebelum Mauri melarikan diri, ia menahan kedua lengan Mauri. Sedikit membungkuk agar wajahnya sejajar dengan Mauri. "Terima kasih atas ciumannya. Gara-gara ciuman kamu itu, aku sadar. Sesadar-sadarnya kalau aku pacaran sama wanita dewasa. Aku sadar kalau aku jatuh cinta sama Mauri dewasa."

Mauri berdiri kaku. Kepalanya menoleh ke kanan ke kiri agar tak bertemu pandang dengan Sagara. Wajahnya semakin memanas. Bibirnya bergerak ingin bicara, tapi tak tau harus mengucapkan apa. "Hei, kok gak mau lihat aku?" godanya dengan tawa pelan.

"Nye-nyeblin!" Mauri mendorong Sagara hingga ia terlepas dari pegangan Sagara. Mauri salting brutal.

Saking salah tingkahnya, ia hampir saja menceburkan dirinya ke sungai, kalau saja Sagara tak menahannya. "Astaga Mauri!!"

"Iiih aku malu tau!" Mauri kembali mendorong Sagara yang memeluknya, ia pun menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya lalu berlari meninggalkan Sagara.

"Mauri!"

Sagara panik karena Mauri menabrak pohon. Wanita itu jatuh duduk. Tapi, tak menghentikan Mauri untuk melarikan diri.

"Hei!!" teriak Sagara mengejar Mauri diiringi tawa melihat tingkah wanita itu. Mereka berlari mengelilingi pohon yang Mauri tabrak tadi.

"Itu mereka ngapain berdua? Lagi syuting film India?" Zian dan Kalea yang tadinya berjalan-jalan melihat tingkah dua orang itu yang berlari mengelilingi pohon dengan tawa yang cukup nyaring. "Atau mereka kesuru..." Perkataan Zian berhenti saat melihat Sagara memeluk Mauri dari belakang. Mata sipitnya melotot.

MleyotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang