Part 29 - Ada Yang Janggal

10.4K 1.3K 48
                                    

Begini, seingat Mauri semuanya baik-baik saja. Maksudnya hubungannya dengan Sagara. Usai dari liburan, ia tiba di rumah saat malam hari karena mampir di rumah kakaknya dulu. Melakukan panggilan video dengan Sagara yang ternyata pulang ke apartemen.

Semuanya baik-baik saja....

Tapi, sudah empat hari berlalu setelah dari liburan, ia dan Sagara belum pernah ketemu. Jika Mauri mengatakan akan mengunjungi apartemen Sagara, maka Sagara melarang. Alasan pria itu banyak, mulai dari nanti ketahuan. Nanti orang tuanya curiga jika ia minta izin terus. Nanti...

Pokoknya banyak sekali nanti.

Komunikasi mereka memang berjalan sangat baik. Mereka selalu bertukar pesan, berteleponan bahkan melakukan panggilan video.

Hanya saja Mauri merasa ada yang janggal.

Kenapa Sagara tak ingin bertemu dengannya?

Apalagi saat ia mengetahui jika ayahnya Genie meninggal. Perasaan Mauri semakin kalut. Tiba-tiba mengingat jika halangan utama hubungan antara Sagara dan Genie bukan soal berbeda keyakinan, tapi karena ayah dari Genie yang menentang Genie berpindah keyakinan.

Kalau...

Mauri menggeleng, ia tidak boleh berpikiran ke mana-mana. Maka Mauri pun menghubungi Sagara, tapi ponsel pria itu tak aktif. Dengan kesal mengirim pesan ke Sagara, bertanya apakah Sagara pergi melayat ke rumah Genie. Meski tau sia-sia karena ponsel Sagara tak aktif, tapi tetap saja Mauri mengirim banyak pesan. Jari-jarinya mengetik dengan lincah dan penuh emosi.

Mommy yang sedari tadi mengamati Mauri menegur. "Kamu kenapa? Ini masih pagi, tapi udah kelihatan emosi. Ngetik di hape, tapi kayak ngetik pake mesin ketik."

Mauri menghela nafas kasar lalu menaruh ponselnya di atas meja dengan kasar. Bersidekap seraya menghempaskan punggungnya di sandaran kursi makan. Wajahnya merengut. "Mommy, masa Mas..."

"Mommy, Daddy!" seruan tersebut mengalihkan Mommy. Mauri yang tersadar hampir saja curhat pada Mommy langsung merapatkan bibirnya. Menoleh menatap Zian yang berlari tergesa-gesa ke arah mereka. Wajah kakaknya itu sumringah. Lalu jungkir balik ke depan membuat Mommy memekik.

"Abang! Nanti lehermu patah!"

"Mommy! Abang seneng!" Zian berdiri, mengguncang badan Mommy membuat Mommy menepuk pundaknya. Zian pun beralih pada Mauri membuat Mauri memekik kesal karena Zian membuat kepalanya pusing.

"Ini kenapa?"

Saat Zian hendak mengguncang badan Daddy, ia mengurungkan niatnya lalu memeluk Daddy sebentar. Kemudian menepuk dadanya dengan bangga. "Bakal ada Zian junior! Daddy bakal punya cucu!"

"Wah!! Aaa!" Mommy pun berteriak senang, memeluk putranya bahkan menangis terharu. Zian balas memeluk Mommy ikut menangis. Sedangkan Daddy menepuk pundak Zian dan tersenyum.

Mauri yang menatap hal tersebut mengingatkannya pada saat Regan memberitahu Mommy dan Daddy atas kehamilan Sharma. Kurang lebih seperti sekarang ini, Mommy yang menangis terharu dan Daddy tersenyum seraya  menepuk pundak Regan. Tapi, tentunya Regan tak berteriak heboh seperti Zian. Kakaknya itu hanya bereaksi dengan menebar senyuman bahagia, hal yang sangat jarang Regan lakukan.

Kalau Mauri hamil...

Mauri membayangkan ia hamil dan tentunya anak Sagara. Wajahnya memerah dan ia senyum-senyum.

Jadi, mereka merayakan kebahagiaan calon ibu dan ayah tersebut dengan makan-makan bersama. Di rumah Zian dan Kalea. Ada ayah dan ibu tiri Kalea serta adik-adik tirinya. Ada juga saudara Kalea. Begitupun dari pihak Zian, orang tua serta saudaranya.

MleyotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang