Berusaha mungkin Mauri tetap tenang saat mengalihkan tatapan dari Sagara. Melihat Lavanya yang tertawa menggoda padanya membuatnya menoyor kepala temannya itu lalu berdesis agar Lavanya tak ember. Tak lupa juga mengancam akan menceburkan Lavanya ke sungai jika wanita itu membeberkan hubungannya dengan Sagara.
Mauri pun mengambil kue lupis, tak lupa menyiramnya dengan air gula merah. Padahal ia sudah makan lima biji, tapi saking ingin terlihat sibuk, makanya ambil lagi.
Saat kembali duduk di tempatnya dan ingin menyuap kue lupis tersebut, ia melotot saat bukan Lavanya yang mengisi sisi kosong di sebelahnya, melainkan Sagara.
Mauri terjengkang ke belakang karena sofa itu tak memiliki sandaran. Alhasil kuah gula merah yang berada di dalam mangkuk menyiram wajah leher hingga dadanya.
"Mauri!" Sagara terkejut dan segera menarik Mauri berdiri, orang-orang pun juga terkejut, tapi kemudian tertawa melihat Mauri. Apalagi Zian, ngakak guling-guling.
"Kamu nih kenapa sih gak bisa tenang sedikit!" tegur Mommy melihat tingkah putrinya tersebut
Mauri merengut kesal, menghentak tangan Sagara yang memegang tangannya.
"Ini tisu basah." Tante Veya pun memberikannya tisu basah, bahkan membantunya mengelap wajahnya.
"Mending kamu pergi mandi, Ri. Nanti kamu dikerumuni semut," sahut Tante Farra.
Mauri pun mengangguk. Berterima kasih pada Tante Veya lalu beranjak. Sama sekali tak ingin menatap Sagara, bahkan meliriknya saja tidak.
"Tumben tuh anak kalem," ujar Sharma mengamati Mauri yang tak mencak-mencak seperti biasanya. Kalea yang duduk di sebelahnya juga mengamati. Lalu Sagara yang senantiasa menatap kepergian Mauri.
"Ckck, kelakuan anak ini bener-bener mirip kamu, Nong," sahut Om Kai saat ia melewati Omnya itu yang sempat mengusap kepalanya.
"Kan anaknya, Bang." Malvin yang menyahut membuat Bang Kai tertawa. Tawa Bang Kai surut saat tak melihat Pretty di pangkuan Malvin.
"I-itu kucingmu mana?!"
"Ngeong." Bang Kai menunduk menatai di dekat kakinya kini ada Pretty mendusel manja. Hampir saja menendang kucing itu kalau saja Regan tak sigap mengambil Pretty.
"Sudah aku bilang! Awasi kucing kamu itu!!!" Suara Bang Kai melengking naik. Malvin tetap datar meraih Pretty dari Regan.
Sementara itu Mauri di lantai dua dapat mendengar teriakan omnya. Mendengar suara langkah kaki yang mengikutinya membuatnya langsung menoleh, menemukan Lavanya dan Tarissa yang tertawa.
"Gue sabit lo berdua kalau gak berhenti ketawa!" ancamnya.
"Ya maaf, maaf. Lo lucu banget Ri. Harusnya lo jadi pelawak."
Mauri hanya mendengus mendengar perkataan Lavanya dan masuk ke kamar. Dua wanita itu mengekorinya.
"Kita satu kamar?" tanya Mauri pada Lavanya.
"Yup. Kata nyokap lo, gue tidur di sini, bareng lo dan Tarissa."
"Oh... terus..." Mauri mengurungkan niatnya untuk bertanya. Tapi, Lavanya tau apa kelanjutannya.
"Bang Saga di kamar ujung dekat tangga."
"Gue juga gak mau tau!!" teriak Mauri kesal lalu masuk ke kamar mandi. Lavanya tertawa.
Tarissa yang bingung pun bertanya. "Kak Mauri kenapa?"
"Itu, dia lagi berantem sama Bang Saga."
"Mereka pacaran?" Lavanya tertawa. Tarissa memekik. "Serius?!" Memegang lengan Lavanya yang mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mleyot
Romance'Mleyot bermakna menyukai sesuatu dengan sangat dan sampai-sampai membuatnya lemas hingga tidak bisa berkata-kata lagi.' Ini ceritanya Mauri, anak gadisnya Malvin dan Auri. Mauri yang kebelet nikah karena iri dengan dua kakak serta teman-temannya. T...