BAB 7

451 24 4
                                    

Hai hello

Typo tandai!!!.

Seperti biasa jangan lupa komen, vote, dan saran membangunnya.

***

Di taman belakang rumah terdapat seorang lelaki dengan pakaian rumahan sedang memandang langit pagi dengan wajah datarnya.

Sempurna. Itu lah definisi yang sangat pas untuk lelaki tersebut.

Hidung mancung, alis sedikit tebal, bibir dengan warna pink alami.

Lamunannya terbuyarkan ketika seseorang datang dari belakangnya. "Tuan lagi ngapain sendirian di sini?"tanya orang tersebut.

Lelaki tampan tersebut  tersentak kaget. Tapi detik berikutnya dia kembali kesikap awalnya. Dirinya menghela nafas berat. "Saya sedang merindukan seseorang pak choi."terangnya. Lelaki tampan itu paham betul siapa yang datang apalagi sampai memangilnya dengan embel-embel 'tuan' sebenernya banyak yang memanggilnya hal seperti itu. Tapi, dirinya lumayan paham siapa yang bertanya barusan..

"Merindukan?" ulangnya.

"Kenapa harus di taman tuan. Masih banyak tempat lain bukankah begitu " herannya.

Lelaki tampan pun berbalik, menghadap orang yang sembari tadi bertanya. "Hal yang bisa membuat saya hilang rindu kepada dia hanya taman pak choi. saya sangat merindukannya. Sudah lama saya tidak melihat dia. Saya hanya mampu melihat dari jauh" ucapnya dengan nada lesuh.

"Kenapa tuan tidak mengunjunginya saja sementara waktu " usulnya.

"Saya belum bisa pak choi. Pekerjaan saya belum selesai semua. Padahal rindu ini sudah sangat butuh di obati" jelasnya kepada orang yang di panggil Choi tersebut.

"Tuan jangan sedih. Nanti tuan sakit, yang ada tuan tidak bisa bertemu dengan seorang yang rindukan karna harus sembuh" ujarnya.

Lelaki tampan itu pun mengangguk." Iya pak choi" katanya.

"Ouh ya. Ada apa pak choi datang kesini?" Tanya si lelaki tampan tersebut.

Nampak orang yang dimaksud choi pun memberikan sebuah amplop berwarna coklat. "Ini ada kiriman surat dari kolega, dan yang satunya lagi datang dari ayahnya anda tuan" jelasnya.

Si lelaki tampan pun menerima amplop tersebut.

***

Di lain tempat Riana baru saja sampai ke tempat kerjanya. Setelah selesai memarkirkan mobilnya dengan aman, dirinya segera turun untuk segera keruangannya karna suatu hal yang harus dilakukan.

Disepanjang koridor kampus banyak para siswanya yang menyapa Riana begitu pun sebaliknya Riana membalasnya dengan menyapa balik.

"Buu"

"Pagi Bu"

"Selamat pagi bu Riana"

Begitulah beberapa sapaan yang dilontarkan para mahasiswanya kepada dirinya.

Saat sedang asik berjalan. dirinya di kejutkan oleh dada bidang milik seseorang orang yang lumayan keras.

***

Di kediaman Aiden dirinya baru saja tiba di meja makan untuk menyantap sarapannya.

Saat tiba dirinya tidak menemukan Riana. "Dimana dia? Masih tidur? Ck istri tidak berguna, gimana saya bisa suka sama dia kalau sarapan saja dia malah entah kemana" desis Aiden.

Istri. What apa barusan Aiden mengakui Riana istrinya?.

Aiden mengidik bahunya acuh. "Terserah"

Saat dirinya akan mengambil air untuk diminum. Dirinya tidak sengaja melirik secarik kertas yang terhimpit di antara meja dan piring.

A & R. [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang