BAB 32.

177 14 3
                                    

Typo tandai!

Asal mana?

Masih sekolah?

Atau kerja?

____

"Pergilah jika hanya duduk seperti seorang yang tidak ada kerjaan sama sekali" ketus Riana dengan pandangan yang datar, jarang sekali dirinya menampakkannya.

Aiden terdiam. Sudah beberapa kali Riana menyuruhnya pergi dari duduk dengan iris yang menurutnya ini bukan Riana.

"Apalagi. Pergilah" usirnya lagi.

"Minum obatnya dulu, Riana." Ucapnya setelah beberapa lama terdiam.

Riana menyampingkan pandangannya kearah lain, mendegus sambil menyilangkan kedua tangannya kedepan. "Iya. Tapi sebelumnya pergilah"

Aiden menggeleng tidak mau, menyodorkan obat yang sudah di beritahukan Dita -- mamanya Riana sebelumnya.

Jika bukan karena perintah dari ibunya Aiden mana mau pergi menjenguk Riana hanya sekedar menyapa setelah beberapa hari tidak pulang. Setidaknya dirinya ingat bahwa Riana adakah istrinya yang belum resmi bercerai.

"Saya akan pergi, tapi sebelumnya minum dulu" ujarnya sambil menarik wajah Riana pelan untuk menghadap ke arahnya.

Dengan wajah di tekuk dirinya mau walaupun enggan tapi mau gimana lagi, dirinya memang harus sembuh untuk cepat-cepat mengurus surat perceraiannya.

"Sekarang pergilah" usirnya lagi. Kali ini dengan nada seidkit rendah setelah selesai meminum obatnya.

"Saya masih mau disini" elaknya tidak mau keluar.

Dengan cepat Riana menatap Aiden tajam, menyugar rambutnya kebelakang sambil memejamkan matanya menahan untuk tidak meluapkan emosi didepan Aiden.

"Kau disini hanya atas perintah ibu, Aiden. Jadi silahkan pergi. Sebab tugasmu sudah selesai" ucapnya sambil menunjuk ke arah pintu kamar.

Aiden melotot mendengar panggilan Riana yang memanggilnya tanpa embel-embel 'mas' seharusnya dirinya senang karena kemungkinan besar Riana sudah siap kehilangannya. Akan tetapi kenapa ada perasaan aneh?.

"Belum selesai" ujarnya cepat.

"Apalagi?" tanya Riana sambil tangan yang semula menunjuk ke arah pintu dirinya turunkan.

Aiden memandang Riana lekat, begitu juga dengan Riana. Tapi itu tidak berlangsung lama sebelum Riana kembali bersuara. "Menunggu kabar surat perceraian? Tunggulah biarkan saya sehat baru akan segera saya proses. Anda sudah tidak sabar menikah lagi, kan?" tanyanya tanpa senyum diwajahnya.

Aiden menelan ludah, membasahi bibirnya sebelum dirinya bangkit dan berdiri di depan jendela kamar tersebut, dengan Riana yang ikut mengikuti arah pandangnya.

"Bukan. Tapi ada yang ingin  saya tanyakan satu hal" ujarnya membelakangi Riana.

Riana kembali ke tempatnya semula sambil menunggu lanjutan dari ucapan Aiden.

"Kau tahu perihal tiga keluarga itu?" tanya Aiden sambil memasukkan tangannya disaku celananya.

Hening.

Tidak ada jawaban dari pertanyaan yang Aiden tanyakan, Riana diam sambil tersenyum kecil mendengar pertanyaan Aiden yang menurutnya sangat konyol?.

"Riana, kau tahu?" ulangnya.

Dikarenakan tidak ada respon dari Riana Aiden memutar tubuhnya menghadap kembali ke arah Riana yang sedang memandang Aiden dengan artian beda.

"K-kau kenapa?"

A & R. [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang