BAB 36

213 13 5
                                    

Typo tandai.

Hai apa kabar?.

Semoga sehat selalu orang-orang baik.

___

Sesuatu yang dimulai dengan cara baik akan menghasilkan yang baik akhirnya, dan sebaliknya sesuatu yang buruk kelak akan berakhir buruk jika tidak dicegah sebelumnya.

Mungkin ini salah satu upaya Aiden memperbaiki hubungan antara dia dan Riana yang semakin hari semakin merenggang seiring dengan perubahan sikap Riana yang berbanding terbalik dengan dirinya yang dahulu.

Dulu setiap Aiden turun untuk berangkat bekerja Riana sudah bersiap didapur menyambutnya dengan makanan dan jangan tinggalkan senyuman yang selalu Riana tampilkan.

Tapi sekarang...

Sungguh sangat berbanding terbalik, sekarang bukan lagi senyuman yang menyambut paginya dimeja makan melainkan rasa ketidak hadiran yang dilakukan Riana terhadap Aiden  sangatlah terasa.

Satu meja yang sama tapi Riana menghiraukan bahkan merasa dirinya sendirian dimeja makan.

Beberapa menit berlalu makan pagi pun selesai dengan keheningan yang canggung untuk sebagian sisi dari diri satu sama lain. Riana bangun terlebih dahulu dari tempat duduknya tanpa mengeluarkan suara sepatah katapun sampai dirinya berhenti karena mendengar suara Aiden yang memanggilnya.

"Riana..." panggilnya lembut.

Berbalik arah menghadap ke arah Aiden, Riana hanya membalas dengan suara lirih.

"Kamu tidak mau mengantarkanku sampai depan?" tanyanya setelah memutar tubuhnya menghadap Riana, Riana dengan cepat menggeleng.

"Buat apa? Bukankah kamu selalu menolaknya jika aku mengantarkan kamu kedepan walaupun hanya sebatas melihat apakah Aiden sudah benar-benar berangkat?" pertanyaan yang cukup membuat Aiden dejavu ditempat.

"Sudahlah berangkatlah sendiri aku ada urusan yang belum aku kerjakan" finalnya berlalu pergi.

Aiden hanya bisa menghela nafas, bagaimanapun ini hasil dari perbuatannya sendiri. Tapi Aiden sudah bertekad untuk mengembalikan kepercayaan Riana kepadanya.

Sebelum dirinya benar-benar masuk ke mobilnya Aiden harus mengurungkan niatnya tatkala bi Atun tiba-tiba memanggilnya.

"Kenapa, bi?" tanyanya kepada bi Atun setelah bi Atun tiba didepannya.

Masih dengan nafas yang memburu naik-turun bi Atun menyerahkan tas bekal yang biasanya dia bawa. "Ini... Apa, bi?" tanyanya kebingungan sambil mengambil tas bekal tersebut.

"I-ini bekal, den. Non Riana yang buatkan" jelas bi Atun. Sontak hal itu mampu membuat Aiden tersipu namun mematung ditempatnya.

Menggelengkan kepalanya tak percaya, Aiden berniat bertanya lagi. "Riana yang buat, mana mungkin bi, tadi aja Riana nampak jelas menghindari aku" tuturnya menghela nafas berat.

"Seriusan bibi teh, den. Non Riana yang buatkan, cuman beliau nyuruh bi Atun yang berikan bekal ini ke Aden soalnya non Riana mau siap-siap buat ngajar" Aiden hanya bisa mengulum bibirnya kedalam.

"Terimakasih bi, Aiden berangkat dulu yaa, ada meeting soalnya hari ini. Dan satu lagi kayaknya Aiden pulang sedikit telat" ujarnya sambil memasuki mobilnya.

Sementara ditempat Riana. Berdiri didepan kaca yang mengarah ke arah parkiran lebih tepatnya dimana Aiden dan bi Atun berdiri.

Sambil bersedekap dada dengan mata yang terus fokus kearah depannya, setelahnya dirinya menghela nafas panjang sambil menyugar rambutnya kebelakang.

A & R. [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang