BAB 31.

173 10 0
                                    

Typo tandai.

Salam Suzy!

Happy reading gaiss.

___

"Muka-muka habis di omelin nyokap" celetuk Albara dengan wajah datarnya sambil bersandar di kursi depan kolam renang rumah Aiden.

Dan  jangan tinggalkan pemilik rumah yang sedang cemberut sekaligus menatap tajam Albara yang sampingnya itu.

"Ibu marah gara-gara kejadian lusa" adunya menatap lurus ke depan.

Albara melirik Aiden dengan senyuman tipisnya. "Jelas marah, bisanya cuman bisa ngandelin bukti yang belum jelas" balasnya pedas.

Aiden mendengus, menyampingkan tubuhnya menghadap Albara yang masih sama posisinya menghadap kedepan dengan tangan didepan dadanya.

"Dan yang bikin aku tidak bisa tenang adalah perkataan ibu tentang tiga keluarga. Kenapa aku baru tahu" ucapnya menyenderkan tubuhnya kebelakang sambil memejamkan matanya menikmati semilir angin yang menerpa wajah tampannya.

Menoleh ke arah Aiden, Albara ikutan bersandar tapi bedanya matanya masih terbuka. "Kenapa kamu baru tahu? Kamu bertanya dengan wajah yang ngajak di baku hantam. Tentu saja kamu tidak tahu, fokusnya ngurusin kasus kecelakaan terus" jawab Albara enteng sekali.

Aiden berdecak, mendengus sebal mendengar jawaban Albara yang tidak seperti biasanya itu. "Ayolah, Al. Seperti biasanya jangan justru terkesan bodo amat dengan masalah sahabatmu sendiri" ujarnya memelas.

"Seorang Aiden tidak tahu tentang tiga keluarga saja atau hal lainnya?" tanya seakan paham isi pikiran Aiden.

Memijat keningnya pelan, dirinya kembali menyerukan satu lagi yang membuat dirinya tidak bisa tenang. "Ini tentang Riana yang ternyata memiliki hilang ingatan retrograde, sedangkan aku hilang ingatan sementara. Kamu tahu, apalagi yang membuat aku tidak bisa mencerna dengan baik perkataan ibu waktu itu? Saat beliau bilang bahwa pernikahan yang aku dan Riana alami adalah atas keinginan diriku waktu kecil" ucapnya menggebu-gebu.

Albara dalam diamnya tersenyum tipis mendengar perkataan Aiden yang secara perlahan paham dengan keadaan yang terjadi.

"Aku tahu, tapi tidak terlalu tahu yang keseluruhannya" jawab Albara membuat Aiden mendelik ke arahnya.

"Coba jelaskan. Biar aku bisa bertindak yang seharusnya" pintanya meminta penjelasan lebih.

"Tapi sebelumnya. Sebenernya kamu suka dan cinta dengan Riana, 'kan?" tanya Albara menatap manik Aiden mencari jawaban.

Aiden diam, setelah dirinya berujar tegas. "Tidak. Tidak sama sekali!. Lagipula buat apa menaruh suka dan cinta kepada pembunuh" Aiden berdiri sambil berkacak pinggang.

"Ditunggu nelan ludahnya" ejek Albara dengan tawa diakhirnya.

Aiden melengos pergi, sedangkan Albara tidak perduli. Toh karena pada kenyataannya dari gelagatnya saja sudah ditebak.

Lagian dirinya memang tahu yang dimaksud perkataan Aiden barusan dengan sangat baik, namun mengingat Aiden yang belum pulih ingatannya rasanya mustahil untuk dirinya paham dengan tepat.

"Cepat atau lambat dia akan mengerti bahwa tidak semua yang dirinya lakukan harus dengan sikap keras kepalanya itu"

"Gengsi selalu saja tidak pernah hilang"

___

"Lisa sudah tahu kalau Riana belum lama ini melakukan hal nekat?" tanya Diva sambil melempar botol minuman yang langsung ditangkap oleh Lisa.

Lisa menggaruk pipinya gatal, menggeleng sambil membuka tutup botol yang ditangannya. "Hal nekat apa, tahu dari siapa juga, lo?" tanyanya melirik Diva yang sedang menatapnya.

A & R. [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang