BAB 14

259 20 16
                                    

Haii...

Typo tandai!!.

6 bulan kemudian...

Kata orang, hidup di dunia ini ada dua pilihan. Yaitu: mengejar dunia, atau akhirat. Itu memang benar!.

Begitu pula hidup bersama  dengan seseorang. Apalagi seseorang yang belum bisa menerima diri kita.

Seseorang yang masih memiliki kenangan di masa lalunya. Dalam artian dirinya belum move on.

Juga memiliki dua pilihan. Dampak yang akan kita rasakan, Yaitu:  yang pertama. membuat dia nyaman, menginginkan diri kita bertahan dan melupakan kenangan itu.

Yang kedua. Dirinya tidak nyaman akan kehadiran kita, menginginkan kita pergi dari kehidupannya, dan kenangan semakin menjadi prioritas utama dirinya.

Tapi...

Kenapa yang di rasakan Riana justru keduanya?

Ya. Hidup 6 bulan lamanya bukan jaminan sikap, sifat, hal yang ada diri Aiden bisa Riana kuasai.

Justru.

Aiden semakin tak terkendali.

Dirinya dengan terang-terangan membela Alin, menginginkan Riana untuk pergi darinya, membanding-bandingkan dirinya dengan seseorang dimasa lalunya. Walaupun Riana tidak tahu dia itu siapa.

Dan masih banyak lagi.

Tapi. Dalam waktu yang bersamaan itu pula, sikap Aiden seperti menginginkan Riana bertahan.

Bertahan hidup dengannya, seperti menyuruh Riana menarik kembali hal ingin Aiden gapai dengan seseorang itu.

"Mau kemana kamu, mas" tanya Riana saat melihat  Aiden menuruni tangga dengan pakaian formalnya.

"Bukan urusanmu" jawabnya dingin

Riana pun beranjak dari duduknya dan mendekati Aiden, " mau kemana, mas" tanyanya lagi dengan pelan.

Saat tiba di dasar lantai, sambil memakai arloji di tangannya dirinya menghembuskan nafas berat, "pergi"

"Kemana?"

"Keacara bisnis"

"Kenapa ngak bilang, mau pergi. Kan aku bisa siap-siap, mas" heran dirinya.

Selesai memakai arlojinya, saat mendengar ucapan Riana sontak hal itu membuat Aiden tertawa, "ada yang lucu?" heran Riana lagi.

"Kamu kira saya bakal pergi sama, kamu. Ngak!. Saya pergi sama Alin"  tegasnya

"Kenapa ngak aku aja, mas. Tapi malah kamu ngajak Alin "

"Kamu lupa? Atau pura-pura lupa, Riana "

"Pernikahan kita masih jadi rahasia buat orang luaran sana, justru mereka tidak akan tahu selama-lamanya. Karna, apa? Saya tidak akan mengaku pernikahan ini di orang banyak. Termasuk  para klien saya"

Deg!

Riana terpaku dengan ucapan Aiden barusan.

"Kenapa kamu ngomong kaya gitu, mas?" tanyanya yang sudah meremas kuat kaos santainya itu.

Aiden menaikan satu alisnya, "kenapa? Karna saya ngak mau kalau saya menikah karna perjodohan" jawabnya dengan menunjukkan senyuman miringnya.

"Segitu tidak berharganya kah, pernikahan ini di mata kamu, mas?" dengan cairan bening yang sudah mulai menumpuk di pelupuk matanya dirinya kembali berucap.

"Pernikahan itu sakral, mas. Bukan permainan" lanjutnya sambil buliran air mata keluar begitu saja.

"Saya tahu. Tapi kamu bukan orang yang saya inginkan. Paham!" setelah mengatakan itu Aiden pergi berlalu.

Belum tiga langkah dirinya berjalan, Riana kembali berseru, " kalau kaya gitu. Aku izin pergi ke supermarket buat beli perlengkapan dapur, mas"

Aiden berhenti tapi tidak menoleh.

"Aku sama BI Atun, sama mang Ujang, kok. Ngak sama cowo lain" lanjutnya seakan ucapan itu sekaligus menyindir Aiden.

"Terserah. Mau kamu sendiri, bareng cowo lain pun saya tidak perduli" Aiden berbalik. "bahkan saya seneng akhirnya kamu menemukan orang yang bisa menerima semua yang ada dalam diri kamu"

"Dan satu lagi. Saya harap kamu bisa dengan cepat mencari lelaki di luaran sana. Supaya saya bisa bebas!" setelah itu Aiden kembali berjalan keluar.

Deg!

Sepeninggal Aiden Riana diam mencerna semua hal  yang dirinya dengar barusan.

Tubuh Riana bagaikan tubuh yang kehilangan semua tulang-tulangnya, lemas.

Dengan mencerna semua yang di ucapkan Aiden barusan dirinya sesekali mengusap air matanya dengan punggung tangannya.

"S-segitu tidak berarti kah aku di kehidupan kamu, mas"

"Terus sikap kamu yang kadang manis ke aku itu apa?"

Ruang tengah ada saksi bisu Riana menangis di pagi yang cerah itu.

Menyugar rambutnya kebelakang, dirinya seakan lupa untuk bersikap seperti apa terhadap Aiden.

Lelah. Dirinya lelah, tapi. Ini belum waktunya dirinya melepaskan Aiden begitu saja.

Dirinya pernah berjanji pada diri sendiri sebelum dengan mantap menerima perjodohan itu.

Jikalau sikap, sifatnya Aiden semakin menjadi-jadi bahkan sudah dilewat batas. Apa yang tidak Riana dengar, lihat di keluarganya. dirinya akan meninggalkan Aiden detik itu juga.

Tapi ini belum waktunya. Dirinya masih ingin berusaha meyakinkan Aiden bahwa dirinya mampu membuat Aiden suka, bahkan ketergantungan terhadapnya.

Maka. Dari itu Riana tidak mau berhenti sebelum hal yang dirinya janjikan terjadi.

"Kek, Lily bakal kuat, kan?"

Lumayan lama dirinya menangis dalam diam di ruangan itu, dengan posisi yang sama juga.

"Non. Berangkatnya jam berapa non?" suara bi Atun menggelegar di ruangan itu.

Sebelumnya BI Atun tadi sempat bercakap-cakap dengan Riana sebentar, sebelum dirinya izin mau kebelakang buat ngerjain tugas yang belum di lakukan.

BI Atun melihat di sofa dengan pandangan bingung, "loh. Bukannya tadi disini. Bilangnya juga bakal nunggu" heran bi Atun.

Saat dirinya berbalik untuk kembali ke kebelakang dirinya terkejut melihat majikan mudanya itu terduduk di lantai yang diingin itu sambil menangis.

BI Atun berjalan cepet menuju Riana, "ya ampun, non. Non Riana kenapa?" tanyanya khawatir.

Riana mendongak menghadap ke arah BI Atun, dirinya menggelengkan kepalanya, "Riana ngak papa, BI" bohongnya.

Sudah jelas dirinya menangis di lantai sampai sembab kaya gitu.

BI Atun juga tidak bodoh, dirinya bertanya lagi, "berantem lagi, non?" tanyanya tepat sasaran.

Bukannya menjawab Riana justru semakin deras air matanya, "Riana salah apa, BI?"

"Riana bingung sendiri sama sifatnya mas Aiden. Riana sebenernya sudah lelah" kata-kata yang di tunggu-tunggu akhirnya keluar juga dari bibir mungilnya itu.

"Tapi ini belum waktunya buat Riana nyerah g-gitu aja. Itu sama aja Riana hancurin perasaan kakek" ujarnya kepada pembantunya itu.

"Saya izin nenangin non Riana, ya"

Di peluklah Riana sambil terus menerus dirinya merancau dengan keadaan di dalam pernikahannya itu.

_tbc_

Hai hello kalian

Wih ngak kerasa udah satu Minggu aja kita puasanya.

Semangat jangan begadang kaya kelelawar, yaa.

Next!!??

Next!!??

Next??!!

Next!!????

Papay 👋🏻

A & R. [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang