BAB 34

151 11 11
                                    

Hai...

Typo tandai!.

Jangan lupa tinggalkan jejak, yaa!.

Bab ini dimohon untuk dibaca dengan seksama sebab pembicaraan awal akan berat bagi yang tidak paham.

Mau minta tolong boleh?

Tolong komentar setidaknya biar aku kalau mau nulis ada sedikit semangat, sama vote anggap aja bayar bacaan yang kalian baca. Boleeh?

Makasih.

___

Duduk berhadapan dengan satu orang mencerna pembicaraan barusan penuh selidik. Sedangkan yang satunya berusaha merangkai kata-kata yang pas untuk diucapkan setelahnya.

"Jadi... Riana dan kamu saudara, Al? Bagaimana bisa?" tanya Aiden setelah sekian lama diam memecahkan keheningan taman.

Albara mengangguk-angguk mantap, menyenderkan punggungnya di kursi sambil menyilangkan kaki kanannya itu. "Iya. Kami saudara sepupu bahkan persusuan. Berawal dari kakek-nenek kami, Aiden" jawabnya santai.

Aiden nampak kaget, apa barusan persusuan?

"Jadi hubungan kalian berdua... " ucapnya gantung.

Paham maksud Aiden, Albara mengangguk lagi. "Iya, andai hubungan kami sebatas sepupu mungkin aku nggak bakal sedekat dan semembela itu sama Riana apalagi aku tahu betul bagaimana masa lalu Riana. Jika saja hubungan antara aku dan Riana sebatas sepupu besar kemungkinan kami bisa dijodohkan juga" terangnya.

Aiden menutup mulutnya tak percaya, "terus...?"

"Jadi seperti ini. Orang tua kakek-neneknya kami memiliki anak tiga, tapi yang terakhir sudah meninggal. Yang pertama kakeknya Riana, dan kedua neneknya aku. Ibu dari kakek-nenek kami adalah anak tunggal yang mana jika beliau tiada marga dari keluarganya terputus tidak ada generasi selanjutnya, sedangkan ayah kakek-neneknya kami sama-sama anak tunggal tapi bukankah setiap marga anak mengikuti marga ayahnya?" tanyanya Albara.

Aiden mengangguk biarpun belum paham sepenuhnya. "Betul setiap anak memiliki nama marga ayah, tapi kalau dipikir-pikir Riana lebih condong keibunya? Bukan?"

"Sebenarnya rumit kalau mendeskripsikan keluarga Riana, sebab sampai sekarang pun banyak yang kebingungan tapi kamu bertanya kepada orang yang tepat. Aku lanjutkan. Jadi suatu hari ibu-ayah dari nenek-kakek kami meminta berkumpul untuk membahas suatu hal yang ternyata menggenai marga dari ibu, beliau bilang marga ibu harus ada penerusnya biarpun mungkin banyak yang tidak setuju apalagi waktu itu lagi banyak konflik antara keluarga satu dengan keluarga lain. Setelah membicarakan dengan hati-hati dan kepala dingin keputusan di layangkan... "

Aiden mendengarnya dengan serius layaknya dirinya sedang mendengarkan meeting perusahaan.

"... Kakek Riana mendapatkan marga ayah Aldinata dan nenek aku mendapatkan marga ibu Sarendra. Kakek Riana menikah dengan teman kuliahnya dulu yang kebetulan beliau dosen mungkin dari sini juga kenapa Riana memilih menjadi dosen sekarang. Sedangkan nenek aku berjodoh sama salah satu anaknya kiyai yang kebetulan tempat menimba belajar nenekku. Diantara keluarga Aldinata atau Sarendra kita sama-sama kuat soal agama tapi kalau keluarga nenek memang lebih condong di situ, sedangkan kakeknya Riana lebih ke bidang perusahaan melanjutkan ayahnya. Orang tua kakek-neneknya kami tidak melarang nenekku mondok bahkan sangat mendukung apapun yang terbaik untuk anaknya"

"Tunggu sebentar, bukankah setiap keluarga ada marga terus kamu termasuk memiliki tiga marga, bukan? Marga Kim ayahmu, Sarendra ibu kamu lalu marga yang satunya?" tanyanya baru kepikiran akan hal itu.

A & R. [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang