BAB 25 ( SPESIAL FLASHBACK 1 )

210 16 1
                                    

Saya berjanji akan memberikan vote, komentar di setiap part dan share.

Hayyo udah janji, yah. HH...

Cerita dari bab ini sampai beberapa kedepannya isinya cuman flashback mundur dari kejadian yang memang aku rancang demikian rupa.

Happy reading gaiss!.

_________________!

Flashback kejadian di depan mall Alorca...

"Albara mau kemana, lo?" tanya Sam.

Perasaanku tidak tenang mendengar jawaban yang di jawab Alin beberapa menit yang lalu.

"Kamu kenapa bisa begini, Lin?" tanya Aiden khawatir. Dirinya memang sudah tahu karena saat rapat berlangsung tiba-tiba Alin memberi pesan kalau dirinya jatuh di depan mall Alorca karena Riana.

Dengan senyuman mengembang dirinya menjawabnya. "Aku didorong Riana, Den. Istri kamu dengan sengaja"

"Pergi. Ada urusan penting " jawabku apa adanya.

Tanpa berpamitan dengan yang lain aku langsung saja berjalan dengan cepat menuju parkiran tempat mobilku berada.

"Ini pasti salah faham" gumamku saat duduk di depan stir mobil.

Riana.

Ada waktu sebentar?
Saya perlu bicara dengan kamu.

Centang dua abu-abu tertera didepan layar kaca handphone.

Menyalakan mesin mobil lalu aku lajukan tak tentu arah.

Sekitar 3 menit berjalan lampu merah menyambut perjalanan.

Satu notifikasi membuyarkan lamunanku.

Silahkan. Bisa kesini saja kerumah mamaku?.
Aku sedang ada disini.


"Kerumah om Mahendra. Baiklah"

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh dari rumah sakit tadi akhirnya sampai ditempat yang dulu diriku lumayan sering berkunjung untuk bertamu bertemu dia.

"Siang mas Bara. Ada yang bisa saya bantu?" tanya pak Edi pekerja yang sudah lama aku kenal.

"Riana ada didalam?" tanyaku tersenyum kecil.

Pak Edi nampak berfikir sejenak. "Non Riana kalau tidak salah tadi saya lihat ada ditaman, mas. Coba mas kesana saja, barangkali masih disana"

Aku mengangguk mendengar jawaban dari pak Edi tadi, setelah berpamitan dengan ala kadarnya kakiku berjalan menuju tempat yang dimaksud.

Terlihat dengan mata kepalaku Riana duduk sendiri dengan pandangan lurus kedepan.

Dan tunggu-tunggu punggungnya bergetar, apa Riana menangis?.

"Maaf, ma" 

"Hal itu sangat susah... " dua kalimat yang apa dirinya maksud?.

"Naa..."  panggil diriku, dengan cepat aku bisa lihat Riana langsung buru-buru menghapus air matanya.

Riana menoleh kearahku dengan mata sedikit sembab.

"Al... Sejak kapan kamu disini?" tanyanya.

"Belum lama. Boleh bertanya?" waktu ini harus dipergunakan dengan baik.

Riana nampak berfikir sebelum menggaguk sambil mempersilahkan aku duduk.

"Silahkan. Duduk" tawarnya.

"Tidak susah, lebih baik saya berdiri disini biar ada jarak"  masihku ingat larangan laki-laki dan perempuan duduk berdua.

A & R. [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang