BAB 35

227 10 8
                                    

Siapa yang nunggu aku update?

!!! Harap setiap membaca cerita ini mengikuti setiap bab jangan ada yang dilewatkan.

Kenapa? Karena setiap kata yang aku ketik adalah kunci.

Yang kemarin bilang suruh lanjutin aku lanjutkan, yaa.

Jangan lupa tinggalkan jejak!.

___

"Sebaiknya kamu jaga Riana dengan benar, Aiden. Biarpun dirinya terlihat tidak berbahaya akan tetapi ada sesuatu yang mungkin suatu saat terjadi jika kita lengah sedikit saja"

Nasehat itu.

Nasehat terakhir berbincangan Aiden dan Albara sebelumnya akhirnya Aiden izin pergi untuk menemui seseorang.

Siapa itu? Tentu saja Riana!.

Sebelum dirinya kesini terlebih dahulu Aiden mampir ke tukang pangkas rambut untuk merapikan rambutnya yang mulai panjang.

Berdiri didepan suatu bangunan yang didalamnya ada Riana pastinya, sangat tidak sabaran Aiden. Nyatanya dirinya langsung berjalan masuk setelah menekan bel beberapa kali.

"Siapa?" suara itu. Suara yang ingin dirinya dengar setelah bangun dari pingsannya.

Disinilah sekarang mereka berdua duduk.

Saling duduk berhadapan tapi hanya satu yang matanya tak berkedip siapa lagi kalau bukan Aiden. Sedangkan yang satunya memilih memandang ruangan lain sebisa mungkin untuk tidak bersitatap dengan Aiden.

"Sebelumnya maafkan atas ketidaknyamanan ini Riana. Yang menganggu istirahat sore kamu... " katanya yang langsung disuguhi dengan ekspresi binggung Riana.

Menautkan alisnya satu sama lain, sebelum yang satunya terangkat binggung. "Ada apa? Cepat katakan" tahu akan kebasa-basian yang Aiden ucapkan Riana terlebih dahulu bertanya maksud kedatangan yang mendadak ini.

"Mari pulang" ajaknya dengan nada serius.

Riana melotot tapi tidak lama sebelum dirinya kembali ke ekspresi semula sembari berujar tegas. "Tidak!"

"Kenapa tidak?" tanya Aiden cepat.

Kembali menoleh kearah Aiden tanpa senyum sedikitpun dalam wajahnya. "Kenapa harus?" tanyanya balik.

Frustasi dengan semua penolakan yang ada tinggal satu langkah yang perlu Aiden coba yaitu...

"Bagaimanapun kamu adalah istriku, Riana. Tidak sepantasnya kamu tidak serumah dengan suamimu!" geram Aiden.

Mendengar hal itu Riana terkekeh kecil, apa barusan?.

Seperti kacang lupa kulitnya, bukankah dirinya dulu seperti itu?.

"Yah memang untung saat ini kita masih menjadi suami-istri, Aiden. Tapi tenang ... " katanya menggantung, "sebentar lagi kita akan hidup masing-masing" lanjutnya bersedap dada.

Aiden kaget. Seperti bukan Riana yang biarpun marah sekalipun tetap memanggilnya dengan embel-embel'mas'.

"Kamu serius, Riana?" tanyanya tak habis pikir.

"Kamu sudah memikirkannya matang-matang, bukan?" tanyanya lagi kali ini tersirat akan ketidak bolehhan akan rencana itu.

Apa ini? Bukannya Aiden sendiri yang bilang kalau dirinya menginginkan perpisahan ini?. Riana ditempat binggung dengan omongan Aiden barusan tapi dirinya tak menampik bahwa semua yang dirinya lakukan semuanya sudah terpikirkan dengan matang!.

"Tentu. Buat apa aku bercanda dengan keinginan kamu sendiri!" serunya menegaskan.

Aiden geleng-geleng kepala tak habis pikir tapi bagaimanapun Riana harus pulang ke rumah setidaknya sampai waktu yang Riana bilang perpisahan itu, walaupun dalam diri Aiden menentang.

A & R. [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang