BAB 30.

191 10 2
                                    

Typo tandai!.

Salam dari suzy.

____

"Jika pada akhirnya seperti ini seharusnya saya berusaha untuk tidak memberikan izin kepadanya" ucap seorang pria dengan pakaian formal sambil memandang pemandangan dari luar kaca itu.

"Tuan, Kim"

Pria itu menoleh kebelakang meski belum ada orang yang memanggilnya. "Masuk" jawabnya.

Kembali ketempat duduk kebesarannya dengan sikapnya yang dingin. Hanya kepada beberapa.

Suara pintu terdengar, masuk seorang pria yang lumayan berumur dengan kaca mata yang bertengger manis.

"Ada apa pak, Lee?" tanyanya sambil tersenyum kecil.

Pak Lee menunduk sebentar, sejurus kemudian dirinya mendekat diri sambil membawa sebuah dokumen. "Ini dari pak Choi yang bekerja di rumah tuan. Katanya datang dari keluarga tuan"

Pak Lee kembali ke posisi semula, setelah dirinya izin pamit jangan lupakan pintu yang kembali ditutup olehnya.

"Berita bagus, bukankah akan lebih mudah jika dipercepat?" dirinya menyeringai.

___

Duduk di bangku dekat kolam dengan pandangan yang kosong bukan hal yang sering Riana lakukan.

Setelah pulang dari kediaman Aiden membawa mobilnya menerobos hujan yang lumayan lebat tidak membuat dirinya berhenti untuk pergi ke pemakaman hanya untuk mengucapkan kata-kata 'maaf' yang seharusnya jangan dilakukan.

"Lily minta maaf, kakek..." bahkan suara saja bagaikan angin lalu.

Setelah puas dengan 'maaf' dirinya pulang ke rumah yang dulunya ditempatkan oleh kakek dan neneknya sewaktu hidup.

"Nek, Lily dapat perkataan itu lagi. Lily dapat perkataan yang membuat hati Lily sakit..." cicitnya.

Saat-saat seperti ini air matanya seakan kering. Memegang kepalanya yang mulai memberat setelahnya pandangan gelap.

___

Keesokan harinya diwaktu pagi yang cerah Maya -- ibunya Aiden datang dengan membawa beberapa belanjaan yang dirinya sengaja beli.

"Bi Atun!" seru Maya sambil duduk di salah satu sofa.

Bi Atun datang sambil berlari kecil. "Nyonya, ada apa Nya?" tanya bi tepat disamping Maya.

Menyerongkan badannya sedikit, menyelipkan helaian rambutnya kebelakang telinganya dirinya berbicara santai namun tidak diakhirnya. "Didepan ada beberapa belanjaan, tolong bi Atun ambil dan bawa kedapur lalu bereskan. Aiden ada dimana bi?" tanya Maya

"Baik, Nya. Den Aiden... " ucapnya menggantung.

"Bilang saja bi, kalau Aiden apa-apain bibi nanti saya yang maju" tuturnya, "sekarang dimana saya ada perlu sama dia. Terimakasih atas informasinya ya, bi soal yang kemarin" Maya tersenyum sampai matanya ikut menyipit.

"Den Aiden dari kemarin belum turun, mungkin dikamarnya" jawab bi Atun gugup.

"Kamar yang pojokkan?" tanya Maya.

Bi Atun menggeleng. "Bukan, Nya. Tapi kamar yang kebetulan pintunya berdekatan" cicitnya lirih, tangannya sudah sangat pucat.

Maya syok. Apa jangan-jangan. Tidak membutuhkan waktu lama Maya langsung naik tanpa menghiraukan bi Atun yang di tempatnya terduduk lemas.  "Bisa habis saya hari ini"

Sambil membawa tasnya yang berada di tangan kirinya Maya membuka pintu sebelah kanan terlebih dahulu, dirinya masuk dan dikejutkan dengan barang-barang Riana.

A & R. [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang