BAB 27

197 9 2
                                    

Typo tandai.

Minggu kemarin nggak update, kan?.

Sebagai gantinya Minggu ini update dua kali. Tolong ramaikan, yaa.

Lanjutan flashback kemari.

Jangan lupa tinggalkan jejak   》》》》》》⇒⇒⇒⇒

____

Ombak pantai menyapa pendengaran. semakin dekat semakin jelas dan semakin dekat dengan tepian pantai menyapu pasir putih melewati jalan yang salah satunya berdiri dua anak manusia yang saling berhadapan yang diam tanpa adanya suara memakan waktu lama.

Diraih tangan satu dari keduanya untuk digenggam sambil senyuman yang mengembang sampai matanya ikut menyipit. "Nana harus janji kalau sudah besar nanti nikah sama aku, yah" ucap bocah laki-laki dengan pandangan tulus.

Gadis kecil dengan senyuman mengembang membalas dengan anggukan. "Nana janji, kalau sudah besar nanti Nana nikahnya sama Affe seorang" balasnya Nana dengan membalas genggaman tangan tersebut.

Ditarik tubuh Nana untuk di peluk seakan dirinya sendiri takut tidak menepati janji itu.

"Affe janji" ujarnya  berbarengan dengan ombak kembali bersuara.

Sementara itu dua orang lelaki yang tidak termakan usia memandang ke dua bocah itu dengan pandangan yang sulit ditebak.

"Mau kita kabulkan?" celetuk salah satunya.

Dengan kekehan laki-laki disampingnya menoleh dengan cepat, dirinya mengangguk mantap.

___

Albara mematung di tempatnya.

Berbeda dengan Riana yang ditempatnya menangis mengingat kejadian dulu.

"Pertanyaan pertama sudah dijawab, sekarang pertanyaan kedua, Al" katanya menetralkan kembali dirinya.

"Al. Albara" panggil Riana yang melihat Albara melamun.

"Albara!" panggilnya lagi.

"Kenapa, Na?" tanyanya linglung.

Riana menghela nafas berat, menggeleng lirih melihat Albara kelihatan binggung itu. "Pertanyaan kedua" balasnya.

"Ooo kedua, sebentar" jedanya. " Siapa orang ang spesial dalam hidup kamu?" pertanyaan kedua kembali dilontarkan.

Sebelumnya Riana terdiam sesaat sambil tersenyum kecut. "Orang spesial dalam hidup aku setelah mama, papa, dan juga abang. Yaitu kakek dan nenek yang sedari kecil selalu ada buat aku" jawabnya.

Dengan ucapan yang mampu dimengerti oleh Albara Riana bercerita bagaimana dirinya bahagia sekaligus beruntung memiliki keluarga yang kemungkinan didambakan bagi sebagian orang.

"Pertama nenek. Nenek itu seorang yang berhati hangat sekaligus tegas. Dulu waktu koma karena kejadian yang aku sendiri tidak tahu apa-apa nenek sampai tidak tidur hanya untuk memastikan aku sadar dengan keadaan yang membuat dunia nenek runtuh kala itu..."

Perasaan aneh menyelimuti hati Riana. "Aku tahu ini karena sebelum nenek meninggal beliau sempat bercerita panjang tentang kejadian itu, katanya aku sedang diperjalanan bersama kakek untuk menuju pulang. Tapi dari sebelah kanan ada truk tangki yang tidak bisa dikendalikan karena katanya remnya mengalami rem blong. Kakek hanya mengalami luka-luka yang parah tapi tidak sampai dengan aku yang harus koma sampai kritis selama dua minggu" lanjutnya panjang.

Riana menggeleng lirih. "Kata nenek hari itu kesempatan untuk aku hidup hanya sebentar karena jantung aku yang beberapa kali melemah. Tapi abang bersikeras untuk tidak berfikir yang tidak-tidak karena ini salah satunya alasan abang beberapa kali juga melarang aku pergi kemanapun" 

A & R. [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang