BAB 33.

168 10 2
                                    

Typo tandai!

Malam ini langit nampak indah dengan bulan yang bersinar terang, ditemani segelas minuman kesukaannya sambil duduk di atas motor sambil sesekali bersenandung tatkala lirik yang dirinya hafal mengalun merdu di kedua telinganya.

Lagu usai - Tiara Andini menemani Lisa yang sedang dilanda kerinduan itu.

Disini di atas motor miliknya sambil melihat langit malam, dekat danau yang dulu dan dia dirinya kunjungi hanya untuk sebatas healing setelah seharian menjalani aktivitas yang melelahkan.

Rambut yang di biarkan tergerai ikut terbawa angin yang menerpa wajahnya yang sendu mengabaikan dinginnya malam meskipun jaket melekat indah ditubuhnya itu.

Sesekali dirinya menghapus cairan bening yang keluar begitu saja sambil terkekeh kecil mengingat bahwa apa yang dirinya lakukan percuma saja, sebab dirinya telah tenang di sana.

"Devannya Lisa lagi ngapain?" ucapnya parau sambil mengusap cairan bening yang kembali keluar.

Menunduk, membekap mulutnya untuk mereda isak tangis yang semakin lama semakin menjadi.

Setelah selesai dengan kegiatan harian yang melelahkan Lisa mampir terlebih dahulu kesini untuk meredakan penat.

Melupakan apa yang akan dirinya terima jika pulang terlalu malam, dirinya tidak perduli dengan perkataan orang rumah nantinya, yang dirinya butuhkan sekarang hanya tenang, biarpun sejenak tak masalah bukan?.

Kembali tenang sambil memandang lurus kedepan sambil tersenyum kecil lebih kelihatan senyum miris yang dirinya tampilkan.

"Andai Devan nggak ikut balapan cuman buat bantu cari uang pengobatan Lisa, Dev. Pasti Devan masih disini, kan?" tanyanya seakan-akan Devan ada didekatnya.

Terkekeh, menghela nafas kasar menyugar rambutnya kebelakang. "Sekarang Lisa udah sembuh biarpun harus selalu minum vitamin setiap harinya, tapi berkat kamu aku bisa seperti sekarang. Tapi Dev ... " jedanya kembali terisak.

"Lisa harus sembuh, bukannya Lisa punya cita-cita jadi dancer terkenal, bukan?"

"Apakah kamu bahagia Lisa?"

"Apakah Lisa yang senyumannya selalu lebar dan manis ini bahagia? Lisa... Jangan putus asa hanya karena melihat diri ini  terlihat menderita, kita tidak tahu deritanya orang lain, kan?"

"Jika nanti aku udah nggak ada datang aja ke danau ini, luapkan semuanya sampai kamu tenang. Hahah ini bukan kata-kata bualan tapi umur orang nggak ada yang tahu. Kalau nanti Lisa duluan yang pergi  Devan bakalan kesini setiap hari cuman buat selalu ingat Lisa"

"LISAA!"

"CANTIKNYA DEVAN HARUS SEMBUH, BIAR NANTI KITA BISA KELILING DUNIA SAMA-SAMA!!"

"L-lis... Maafin a-aku kalau aku punya s-salah. T-tolong jangan lupain a-aku cantik"

" Mas Devan anaknya bunda yang selalu berusaha kuat, bunda ikhlas kamu pergi sayang, biar Devan nggak sakit lagi"

"Mas Devan... Ayah bangga sama kamu. Sesuai janji ayah bakalan ada, jaga Lisa sesuai janji  ayah ke Devan waktu itu"

"Devan udah nggak sakit, Devan udah tenang disana" lirihnya sambil menatap sekeliling danau.

Danau ini lagi sepi, nggak seperti biasanya yang ramai dikunjungi banyak orang hanya sekedar suap foto.

"Tapi Dev semenjak kamu pergi senyum Lisa hilang terbawa waktu kamu dikuburkan waktu itu, senyum aku sekarang hanya sebatas senyum yang nggak ada artinya, DEV. PAPA JAHAT DEV, PAPA NGGAK PERNAH ADIL, PAPA SELALU PUKUL LISAA, KENAPA KAMu nggak ajak aku sekalian biar kita selalu barengan terus. Demi kamu aku mau berobat itu pun hasil dipaksa bunda kamu"

A & R. [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang