Chapter 30--It's Hurt

547 34 2
                                    

Haloo semua
Laura update nih..
Happy Reading yah^

•••

Playlist : Keep Holding On--Avril Lavigne

🌠

Alaric menggendong Laura yang masih saja menangis dalam pelukannya. Sesampainya di kamar, Alaric membaringkan tubuh Laura di ranjang miliknya. Ia menarik selimut tebal menutupi tubuh Laura yang terasa sangat dingin saat digendongannya.

Manik Laura menutup---kelopaknya terlihat memerah, sangat kontras dengan wajahnya yang pucat. Alaric duduk disamping Laura mengamati bulir bening yang terus saja mengalir dari pelupuk matanya.

Jemarinya mengusap tiap bulir bening yang membasahi pelipis Laura. Selanjutnya Alaric menunduk, lalu bibirnya mengecup lama kedua kelopak mata Laura bergantian.

"Kau tahu? Disaat seperti ini aku benar-benar berharap keajaiban itu ada. Aku ingin ciumanku bisa menghentikan tangisanmu," gumam pelan Alaric kemudian memilih kening Laura---menciumnya lama seolah mengatakan semua akan baik-baik saja.

"Menangislah mine.. menangis sebanyak yang kau inginkan. Aku akan memberikan kesempatan hari ini padamu. Aku harap setelah pernikahan kita, tidak ada lagi kenangan buruk yang harus kau tangisi,"

Laura hanya mendengarkan. Lidahnya terasa keluh tak mampu mengeluarkan kata-kata. Air matanya hanya terus mengalir deras. Bahkan kelopak matanya yang tertutup tak mampu menahan tangisannya yang pecah.

Akhirnya. Hari itu akhirnya datang. Hari di mana ia akhirnya tahu---sosok wajah yang selama ini terlihat menghitam didalam mimpinya. Sosok yang selalu terlihat datang namun kemudian pergi meninggalkannya. Bayangan kabur itu kini justru terlihat jelas saat Laura menutup mata. Wajah Adam ada disana. Terasa sangat pas dengan sosok yang selalu ada dimimpi buruk Laura.

Adam Lewis, pria paruh baya yang tak sengaja menabraknya di restoran tempo hari, pria yang ia temui di pesta Dayana, pria dari Ayah sahabat Alaric, pria yang menghinanya karena membela putrinya yang berharga. Pria itu adalah Daddy-nya.

Mata hazel itu, ya.. kenapa Laura tidak terpikir dengan mata Hazel yang pertama kali dilihatnya di restoran. Terlihat familiar untuknya---dan benar saja, itu sangat mirip dengan miliknya. Semakin ia memikirkannya semakin ia menyadari betapa miripnya wajahnya dengan pria paruh baya itu.

Kuasa Tuhan sungguh adil. Kau harusnya tidak terlena pada kebahagiaan yang datang secara bertubi-tubi. Sebaliknya itu bisa menjadi tanda untuk kesedihan lain yang menanti.

Dititik ini, di tengah permainan takdir miliknya ini, dengan rasa sakit tak terhingga yang ia rasakan saat ini. Laura masih senantiasa menyelipkan rasa syukurnya. Setidaknya Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk bertemu dengannya. Mengetahui sosok yang telah menelantarkan Lily dan dirinya.

Pria itu bahagia. Hidup dengan sangat bahagia bersama keluarganya dan ternyat tanpa tahu mengenai kehadiran Laura. Pria itu bahkan menghajar lelaki yang telah mematahkan hati putrinya. Ia juga tidak segan-segan menghina putri berharga orang lain untuk putrinya yang berharga.

Mata Laura mendadak terbuka. Ia bangkit dari posisinya---duduk menghadap Alaric yang masih ada dihadapannya. Semakin mengingat Adam---dada Laura makin sesak, air matanya kian deras.

MY OH MYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang