Chapter 39--Friendshit

396 22 0
                                    

Hiii semuanya...
Apa kabar kalian ?
Pertama-tama aku mau minta maaf dulu nih karena sempet ngilang cukup lama hihi..
Maaf yah, cerita Alaric-Laura harus break lama banget hiks...
Semoga masih ada yang antusias yah nunggu cerita ini..
Semoga kalian suka
Happy reading^^

•••

Mansion Alaric

"Kau bersenang-senang hari ini mine?" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau bersenang-senang hari ini mine?" 

Laura mengeratkan pelukannya pada Alaric. Malam ini keduanya tengah bersantai di balkon kamar---berbaring di sofabed dengan selimut tebal yang menutupi tubuh mereka.

"Hari ini aku senang. Tetapi sebenarnya banyak hal yang mengganggu pikiranku."

"Tentang daddymu?" 

Laura mengernyit, "Dari mana kau tahu?"

"Aku tebak kau pasti bertemu daddymu di Cafe 'kan?"

Mendadak Laura bangun dari tidurnya. Ia kemudian duduk--menghadap Alaric--menatap wajahnya heran, "Mami menelponmu hari ini?" Tebak Laura. Sayangnya kali ini tebakannya salah karena Alaric justru menggeleng. "Lalu?" tanya Laura lagi meminta penjelasan. 

"Mami belum menelponku hari ini. Tapi dia pernah bercerita padaku jika daddy Adam sering datang ke cafe untuk menemuinya."

"Benarkah? Kenapa mami tidak bercerita padaku? Kenapa malah menceritakannya denganmu?" Laura nampak tak terima mendengar informasi barusan. 

Alaric menghela napas kemudian menarik tubuh Laura agar kembali berbaring dipelukannya. 

"Karena mami tidak ingin hal seperti ini terjadi. Dia tak ingin kau banyak berpikir dan mengkhawatirkan mereka berdua seperti yang kau lakukan sekarang mine.."

Mendengar penjelasan Alaric---Laura hanya mampu mendesah. Ia kembali memeluk Alaric lebih erat lalu berucap, "Aku hanya bingung harus merasa senang atau khawatir dengan kedekatan mereka. Sejujurnya aku sangat senang melihat mereka bisa akur. Aku merasa seperti memiliki orang tua yang utuh. Tapi aku tidak yakin apa orang lain akan merasakan hal yang sama denganku. Lagi pula aunty Valery dan daddy tidak bercerai. Aku takut jika mami akan terkena masalah nantinya."

"Kau juga mengkhawatirkan Velyn?" Tebak Alaric lagi. Ia bisa merasakan Laura mengangguk pelan dalam pelukannya. Alaric kembali melanjutkan, "Sejujurnya aku tidak bisa menebak apa yang Velyn rasakan saat ini. Meski kemarin aku melihatnya terus tersenyum, tapi entah kenapa aku merasa senyuman itu menyimpan banyak luka untuknya. Kau tahu mine, Velyn adalah sahabat baikku, tapi aku merasa aku bukanlah sahabat yang baik untuknya."

Sedikit. Hanya sedikit. Sepersekian detik hati Laura terasa nyeri mendengar perkataan Alaric mengenai Velyn. Suara Alaric terdengar sedih dan penuh ketulusan. Ia tak menyangka Alaric memikirkan Velyn sedalam itu sementara saat makan malam kemarin pria itu hanya terlihat terus menggoda Velyn dengan terus membuatnya kesal.

MY OH MYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang