Warning--MATURE ⚠️
Alaric Deon Evans--Billionaire muda berwajah tampan. Anak dari pengusaha Real Estate terkaya sekaligus Pemilik Evans Airlines maskapai terbesar di Amerika. Pria sempurna yang memiliki segalanya tapi tidak dengan cinta. Lebih tepat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Evans Holdings
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sir, Mr. Felix sudah menunggu anda di ruang meeting,"
Ucap Bianca--wanita yang menjabat sebagai Sekretaris Alaric saat memasuki ruang kerja pria itu.
Ruangan teratas gedung Evans Holdings didalamnya terdapat Evans Airlines Maskapai Penerbangan Terbesar di Amerika. Selain dibidang jasa Evans Airlines juga memetakan pengaruhnya dibidang pendidikan yakni memiliki sekolah khusus penerbangan yang melahirkan lulusan pilot, pramugari bahkan staff-staff ahli penerbangan lainnya.
Pilihan Christian mewariskan kepemimpinan Evans Airlines pada putra sulungnya memang sebuah keputusan yang tepat.
Perusahaan itu mendapatkan kemajuan yang pesat dengan gagasan Alaric mengembangkan Evans Airlines tak hanya menjadi perusahaan jasa tetapi juga mendirikan The Evans Com--Perusahaan Multinasional yang merancang, memproduksi serta menjual pesawat terbang dan satelit. Menjadikannya sebagai salah satu produsen pesawat terbesar didunia serta eksportir terbesar di Amerika.
Kesuksesan Alaric tentu saja real hasil kerja keras pria itu sendiri untuk membuktikan dirinya pada Christian yang sering meragukannya dulu.
Dan kini Christian tersenyum bangga dengan pencapaian putra sulungnya itu. Membuatnya selalu memuji dan menyombongkan kemampuan anaknya yang tentu saja tanpa sepengetahuan Alaric sendiri. You know--lah... pria dan ego mereka.
Felix berdiri menyambut kedatangan Alaric memasuki ruang meeting mereka.
"Siang Mr. Alaric Evans," sapa Felix saat Alaric sudah berdiri diseberang meja.
"Maaf membuatmu menunggu Mr. Felix," ucap Alaric tanpa penyesalan sedikitpun dengan maksud bergurau.
"Ya, aku tahu kau sengaja membuatku menunggumu 'kan?"
