Chapter 06

18.3K 589 1
                                    

HAPPY READING!


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



___

Tampak seorang laki-laki dengan aura kuatnya berjalan tegas menyusuri lorong rumah sakit. Sampai ia melihat beberapa orang pakaian hitam di area luar ruangan tersebut.

Tanpa bertanya, ia langsung memasuki ruangan itu.

Cklek

" Bagaimana bisa? “ tanyanya kepada laki-laki yang sedang duduk di brankar yang diisi oleh seorang wanita paruh baya, sang mama.

Yang ditanya hanya menghela napasnya kasar " Belum tau! " Balasnya dengan dingin dengan masih menatap wanita di brankar itu yang belum tersadar.

Delano mendekatkan tubuhnya ke tubuh laki-laki dewasa itu, " Kau tidak bisa menjaga mamaku! Tidak becus kau tuan dewa Andreaz ! " geramnya. Dewa Andreaz, sang ayah dari seorang Delano.

Dewa yang dikatai seperti itu sangat geram dengan anak satu-satunya ini. Jika ia bukan darah dagingnya, sudah dipastikan anak itu akan ia lemparkan ke dalam kandang serigalanya.  Berani sekali putranya mengatainya seperti itu.

" Aku memang salah! "

" Kau memang salah! Kau tak cocok dengan mamaku! "

Mendengar itu Dewa sangat geram dengan putranya ini, menatap garang putranya " Heh apaan kamu! Ingat jika tidak karena saya, kamu tidak akan ada disini! "

" Mama yang mengandung dan melahirkanku! " balas tak mau kalah.

Dewa tambah geram, " Kalau bukan kerja keras saya! Istri saya tidak akan hamil kamu! Ck dasar anak tidak tau diri!!" umpat di akhir kalimatnya.

" Kau--

" S-sudah " ucap pelan seorang wanita yang telah tersadar. Terlihat ada sedikit perban di pelipis kepala kirinya.

Dewa tampak tersenyum melihatnya, ia bersyukur istrinya telah sadar. " Mau apa kamu? “ tanyanya lembut dengan mengelus surai lembut istrinya.

Delano sangat jengah melihat itu. "MINGGIR! " titahnya kepada sang ayah.

Thia hanya menggelengkan kepalanya, anak dan suaminya memang benar tidak akur sedari dulu namun mereka saling menyanyangi satu sama lain. " Minggir dulu!, aku ingin memeluk putraku!!"

Dewa mendelik tak suka, bagaimana mungkin dirinya saja belum memeluk istrinya mengapa ia diminta menyingkir. Mau tak mau ia menyingkir, memberi akses kepada putranya untuk memeluk istrinya.

Delano mendekati tubuhnya dengan tubuh sang mama, dan langsung memeluknya.

" Siapa yang buat mama seperti ini? " tanyanya dengan melepaskan pelukan hangat dari seorang anak dan ibu.

Thia tersenyum hangat " Tidak ada! mama aja yang kurang hati-hati " balasnya dengan mengusap pelan rambut putranya.

" apa katamu tidak ada? Kau tidak mungkin seperti ini jika tidak ada dalangnya! " Jengah Dewa dan tiba-tiba langsung menyingkirkan Delano dan memeluk istri tercintanya. Dewa memang belum tau siapa dalang dari semua ini, namun ia akan mencari taunya nanti. Walaupun luka istrinya tidak begitu parah, namun siapapun yang melukai istrinya ia harus menanggung resikonya.

Ck

" Dia benar! " ucap datar Delano mendukung sang papa kepada sang mama. Siapapun yang melukai mamanya walaupun tidak seberapa ia harus menanggung resikonya. Ia tidak mau orang disayanginya sakit seperti ini.

" Tapi mama gapapa sayang " belanya.

" Sayang! Jangan buatku marah denganmu! " Peringat Dewa, istrinya ini memang berhati baik. Lihatlah masalah seperti ini istrinya ingin melupakan pelakunya. Tidak bisa! Pelaku itu harus mendapat timbal balik yang lebih parah dari yang dibuatnya.

Mau tak mau Thia mengangguk pasrah, percuma saja ia menolak karena pasti akan dilakukan oleh suami berserta anaknya. Namun, ia juga sangat bersyukur mendapati suami yang begitu menyanyangi dan menjaganya. Ia pun bersyukur dapat melahirkan seorang anak seperti Delano.

" Terserah kalian " pasrah nya.

___

Hari ini adalah weekend, dimana keluarga akan berkumpul bersama. Sekolah perkantoran libur untuk mengistihatkan tubuh lelah mereka sejak seminggu kemarin.

Terlihat seorang gadis cantik dengan baju kaos putih dan celana pendek selutut menggunakan sepatu boots orange dan sarung tangan kain.

Gadis itu mulai memasuki tanah kedalam pot-pot yang tersedia, dan memasukkan cabang bunga mawar agar tumbuh.

" ATHENA SUDAH! BERSIHKAN BADAN KAMU! " ucap Alena yang melihat anak gadisnya sudah sejak tadi menanam bunga di taman belakang mansionnya.

Athena yang sedari asyik menanam tanaman hiasnya dengan nyanyian lembut yang keluar dari mulutnya menghentikan aktivitasnya untuk menoleh ke arah sang mama " Sebentar lagi ma "

Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya setiap weekend ada saja kegiatan putrinya itu.

Athena memang senang dan menyukai bunga dari sana ia berinisiatif menanam bunga-bunga di belakang mansionnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Athena memang senang dan menyukai bunga dari sana ia berinisiatif menanam bunga-bunga di belakang mansionnya. Dan terlihat sekarang bunga-bunga cantik itu telah tumbuh indah menghiasi mansionnya. Arya sang papa yang melihat bunga-bunga tumbuh cantik di belakang mansionnya akhirnya membangun gazebo di taman itu dan kolam ikan untuk sekedar menenangkan pikirannya.

" Sudah " ujar Athena yang telah berdiri di hadapan mamanya dan mulai melepaskan sepatu boots kebunnya dan kaos tangannya.

Alena tersenyum melihat putri kecilnya ternyata telah tumbuh besar menjadi gadis remaja.

" Dek! Muka kamu merah " celetuk Shaka yang menghampiri adiknya itu.

Melihat wajah adiknya yang memerah seperti tomat. Shaka menghembuskan napasnya pelan " Lain kali jangan terlalu lama! ".

Shaka tau pasti adiknya ini tadi menanam bunga hias di taman belakang mansionnya. Karena matahari sedang bersinar terik menyebabkan wajah dan kulit adiknya memerah. Sungguh dirinya khawatir.

Gadis itu menatap sang kakak polos " Nanti juga hilang " balasnya.

Shaka menatap sang adik yang tingginya hanya sedadanya. " Aaaa " Gemas Shaka dengan mencubit pipi merah berisi adiknya itu. Ia tak tahan melihat pipi merah itu.

" Kak Shaka lepasin anana! " sarkas Athena melepas tangan sang kakak dipipinya. Pipinya sakit dicubit begitu saja oleh sang kakak.

Shaka tersadar apa yang telah ia lakukan. Walaupun ia memang sadar melakukannya. Akhirnya tautan tangan kekarnya lepas dari pipi adiknya. Langsung saja Athena berlari meninggalkan abangnya itu yang terlihat menggelengkan kepala melihat kelakuannya.

Sedangkan Alena tersenyum manis melihat kelakuan kedua anaknya.

DELTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang