Chapter 33

7.8K 229 1
                                    

Hallo semuanya!! Sebelum membaca vote dan komen chapter ini duluu yaa. Thank you🧡

HAPPY READING!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!!!

_____

Telah seminggu terjadinya penyerangan mansion Atlanta. Keadaan nyonya mansion tersebut perlahan membaik. Ia telah berada mansion nya selama dua hari.

" Kita harus memusnahkan Algio!! ", Niel kepada kedua orang yang telah duduk angkuh dan dingin di sofa.

" Lokasi mereka belum terdeteksi! Mereka sangat pintar bersembunyi! ", ucap Arga kepada kedua putranya. Sambil meneguk cangkir yang berisi kopi.

" Kita harus cepat menemukan mereka! Mereka berbahaya! ".

Arga menatap kosong di depannya. Apa yang dikatakan putranya benar. Musuhnya satu itu bisa dikatakan sangat licik.

Tok

Tok

Terdengar ketukan pintu dari luar.

" Masuk! ", Arga meminta seorang tersebut masuk ke dalam ruangannya di kantor.

" Ada apa?! ", jengah Shaka yang melihat kedatangan tangan kanan ayahnya. Ia tau pasti kedatangan laki-laki tersebut menemukan sebuah informasi.

Liam, tangan kanan Arya Derik Atlanta. Laki-laki membungkukkan badannya sedikit untuk menghormati tuan dan tuan mudanya.

" Saya menemukan keberadaan mereka tuan! Mereka bersembunyi di gedung usang desa daerah pengunungan simoranta. "

Arya tersenyum miring mendengar itu, ia harus membuat rencana sekarang juga. " Kirim tiga orang pasukan tersembunyi ke tempat itu sekarang! Amati gerak gerik mereka. "

" Baik tuan, hanya itu saya mohon pamit. " kata Liam yang dibalas anggukan kepala oleh Arya.

" Kita akan kepung bangunan itu dari segala sisi. Aku yakin bajingan itu hanya menyisakan sedikit pasukan di sana ", ujar Shaka yang seperti menyarankan strategi.

" Mereka harus musnah secepatnya! ", kata Niel dengan sorot mata tajam ke depan.


• • •

Deru motor melaju sedang di jalanan. Jalanan tersebut cukup lenggang, namun sang pengemudi sepertinya berniat untuk menikmati perjalanan dengan cuaca dinginnya malam.

Delano melihat di kaca spionnya, lalu ia tersenyum remeh. Sepertinya ada yang ingin mencari gara-gara dengannya. Dua buah motor mengikutinya.

DELTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang