Chapter 18

16.7K 461 1
                                    

HAPPY READING!!

HAPPY READING!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Delano



___

PAGI DI MANSION ATHENA

Matahari mulai menyibak langit, menyebar cahaya keemasan di balik pepohonan tinggi di halaman mansion keluarga Elvard. Udara pagi masih menggigit, namun aroma embun dan bunga yang bermekaran memberikan ketenangan tersendiri.

Di depan teras, Shaka berdiri mematung, tatapannya tajam tertuju pada sosok pemuda yang begitu asing namun familiar. Jantungnya berdetak lebih cepat—Delano Andreaz, berdiri tenang, seperti sedang menantang dunia.

Tanpa memalingkan pandangannya dari Delano, Shaka bertanya pada adiknya, "Kamu ada hubungan sama Delano?"

Athena tertegun, wajahnya pucat. Dia tidak menyangka Delano akan muncul tiba-tiba di depan rumah—tanpa kabar, tanpa peringatan. "E-Em... Delano teman aku," jawabnya gugup, mencoba terlihat meyakinkan.

Namun Shaka tidak bodoh. Ia mengernyit, mencoba mencari kebenaran dalam tatapan adiknya.

"JANGAN BOHONG, ATHENA!" bentaknya, emosinya meledak tanpa bisa dicegah.

"Shakaaa!" Alena, ibu mereka, keluar dari dalam rumah, mencoba menenangkan suasana.

Shaka mendesah kasar, mencoba menahan diri. Ia tidak berniat membentak adiknya, tapi perasaan tidak tenangnya soal Delano tak bisa ia sembunyikan.

Delano perlahan melangkah mendekat, aura gelap dan dingin menyelubungi kehadirannya. Ia menyodorkan tangan sopan pada Alena, namun tatapannya pada Shaka tetap datar—tanpa sedikit pun niat untuk berbasa-basi.

Shaka mengernyit. "MAU APA LO DI SINI?!" suaranya meninggi.

Alena hanya menggeleng kecil. Ia tahu, Delano bukan sembarang remaja. Nama 'Andreaz' membawa sejarah, kekuatan, sekaligus ancaman.

Tanpa memperdulikan Shaka, Delano langsung menggenggam tangan Athena dan menariknya lembut namun tegas. "Ayo," gumamnya.

Shaka berang. "LEPASIN TANGAN LO DARI ADIK GUA, BANGSAT!"

Delano menatapnya dingin. "She's my girlfriend." Desisnya penuh tekanan.

Perkataan itu seperti memicu ledakan dalam diri Shaka. Ia tidak bisa menerima adiknya menjalin hubungan dengan lelaki yang penuh bahaya ini.

Athena buru-buru melepaskan genggaman Delano dan berlari memeluk Shaka, mencoba menenangkan.

"Abang tenang aja. Nana akan baik-baik aja," bisiknya, berusaha menenangkan Shaka yang perlahan menurunkan emosinya.

Namun di belakang, Delano mengepalkan tangan. Ia tidak suka ketika Athena memilih menjauh darinya, apalagi untuk memeluk lelaki lain—meski itu kakaknya sendiri.

DELTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang