Chapter 29

8.1K 234 0
                                    

Hallo semuanya!! Sebelum membaca usahakan vote terlebih dahulu ya😊.

Jangan lupa ramaikan tiap paragrafnya🧡

_________________________

Warnings⚠️ : Hardness, psychopath, etc

HAPPY READING!!

•••


Brak

" Bang--!! " umpat Deon yang tertunda, ketika matanya melihat sosok yang membuat bulu kuduknya merinding.

Uhuk

Uhuk

Jadilah batuk yang menyerang ketika dirinya menahan umpatan tersebut.

Njir, mati gua!!. Batinnya

Ketika sedang meneguk santai minuman sodanya. Pintu di depan tempat duduknya didobrak kuat oleh seseorang. Sehingga membuatnya tersedak.

Mereka yang duduk bersama Deon pun cukup terkejut. Namun, ketika melihat siapa yang datang membuat menelan salivanya kasar. Yah, mereka para anggota Zenos yang sedang duduk santai di markas.

Ketua mereka datang dengan mata menyorot tajam mereka, ah tidak mata tersebut lebih menyorot Deon.

Delano yang datang dengan emosi yang menggebu mengingat orang bertopeng yang beraninya ingin mencelakai gadisnya. Dengan tubuh yang masih terbalut oleh kemeja, dimana kancing atas kemeja tersebut telah terbuka, dan di bagian tangannya telah dinaikkan sampai siku hingga memperlihatkan otot-otot tangannya.

Erlan menatap dikit-dikit ketuanya itu, lebih tepatnya ia memang tidak berani menatap langsung mata tajam bermanik hitam  tersebut.

Mereka tau ketua mereka datang membawa emosi yang menggebu. Maka dari itu, dari mereka hanya bisa diam menunduk tidak berani menanyakan apa yang membuat ketuanya emosi seperti itu.

" Kenapa? " Akhirnya Eza bersuara menanyakan apa yang terjadi kepada ketuanya itu.

" Bawah tanah!! " tidak menanggapi pertanyaan tersebut, Delano menyuruh Eza untuk ke ruangan bawah tanah. Akhirnya kedua orang tersebut, melangkahkan kakinya meninggalkan mereka yang masih menunduk takut.

" Kira-kira siapa korban malam ini ya? " celetuk Alfa yang penasaran dengan korban malam ini. Sudah dipastikan ketika Delano memasuki ruang tersebut pasti akan ada korban mati.

" Entah! Pak bos buat gua doa banyak-banyak. Untung aja selamat!! " Deon yang mengelus dadanya untuk sekedar menghembuskan napasnya. Bagaimana tidak dirinya tadi hampir keceplosan mengumpati ketuanya itu. Jika sampai itu terjadi, sudah dipastikan ia akan menjadi sasaran empuk emosi ketuanya.

Hal tersebut membuat gelak tawa dari mereka semua. Jika saja itu terjadi mereka akan menertawakan mati-matian Deon bukan mengasihaninya.

Eza yang telah membuka pintu ruang bawah tanah itu, mempersilahkan ketuanya itu masuk. Setelah masuk ke dalam, ia langsung saja meninggalkan ketuanya itu.

Tuk

Tuk

Tuk

Bunyi langkah kaki yang terbalut pantofel terasa nyaring melalui indra pendengaran. Bau anyir darah sangat tercium ke indra penciuman.

DELTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang