Happy Reading
Langit menjalankan mobilnya menuju Rumah Almyra. Sesuai janjinya pada gadis itu, langit akan memberikan kadonya esok pagi--tepat sebelum ia kembali ke Bali.Dan kini, ia sudah berdiri di depan pintu Rumah bercat putih. Langit mengetuknya dan ia langsung mengumbar senyumnya ketika mendapati Almyra berdiri dengan senyum yang juga merekah di depannya.
"Hey, Good morning!" sapa gadis itu senang. Siapa yang tidak senang jika pagi-pagi sekali ia sudah kedatangan tamu sepecial seperti ini.
"Morning," Langit balas menyapa.
Setelah itu, Langit menyodorkan satu buah paper bang berukuran persegi yang cukup besar ke depan Almyra. Membuat Almyra tersenyum penuh tanda Tanya menatap langit. seolah melalui senyuman itu ia bertanya, hadiah apa yang laki-laki itu berikan padanya dalam bungkusan paper bag tersebut.
"Padahal kamu gak perlu repot-repot, lho, ngasih kado buat aku," Almyra jujur mengatakan bahwa ia tidak apa jika tidak mendapat kado dari Langit. Karena bagi Almyra, Langit adalah kado itu sendiri. sebuah hadiah indah yang Tuhan kirimkan dalam hidupnya. bersama Langit, Almyra seolah tidak membutuhkan apapun lagi.
"No, Baby, hari ulang tahun, harus tetap ada kado, Right?" Almyra semakin tersenyum lebar mendengar jawaban Langit. Almyra pun menganggukkan kepalanya sambil terus menatap langit.
"Yaudah kalau gitu aku pamit, ya, pesawat aku 1 jam lagi take off." Langit menatap jam rolex yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Lalu ia beralih menatap Almyra dengan sangat lembut.
Coba bayangkan, gadis mana yang tidak akan luluh jika mendapat tatapan selembut yang Langit berikan?
"Mau aku anter?" Almyra tampak begitu terkejut dengan ucapan Langit. Jujur, Almyra sendiri belum sepenuhnya rela jika Langit meninggalkan Yogjakarta secepat ini.
"No, aku nggak mau ngerepotin kamu. Kamu pasti capek banget habis pesta semalaman." Tolak Langit dengan cara lembutnya.
"Yakin?" Almyra mencoba membuat Langit luluh.
Langit mengangguk dengan senyum tenang. "Yakin. Yaudah kalau gitu aku pamit dulu. Sampai ketemu lagi, Al." Langit mengelus pipi lembut Almyra sebelum beranjak pergi dari hadapan gadis itu.
Tampaknya... mengelus pipi gadis itu selalu menjadi candu baginya. Seolah elusan di pipi belum cukup. Langit memeluk gadis itu sebagai salam perpisahan di antara mereka.
"Kapan ke Jogja lagi?" Almyra menanyakan hal yang Langit sendiri saja belum bisa memastikan kapan tepatnya ia akan menginjakkan kakinya lagi di Kota yang katanya dijuluki sebagai Kota romantis itu.
Langit terkekeh. "Bisnis aku kan di Bali, Al. kalau ke Jogja paling lagi ada perjalanan Bisnis semacam meeting sama client. Kamu dong yang harusnya main ke Bali. Bali seru tahu." Langit memperomosikan suasana Bali yang memang tidak bisa di tepis keindahan serta ketenangannnya.
Kini giliran Almyra yang di buat tertawa oleh Langit. "Semoga bisa secepatnya. Kamu tahulah aku sibuk banget di sini." Langit mengangguk sebagai respon utama.
"Tapi bikin party sempat?" sindirnya halus membuat Almyra mendelikkan matanya kearah langit.
"Langiiit! Party it's my life, Darling!"
Langit tertawa lepas mendengar betapa prustrasinya nada bicara Almyra. Sedang yang di tertawakan malah memandang sebal wajah Langit. Tentu sebal yang tidak sebenar-benarnya sebal.
"Yaudah, kalau gitu aku balik dulu, ya." Langit membuka suaranya kembali untuk mengakhiri interaksi di antara keduanya.
"Okey, Take Care," Almyra menatap Langit dengan tatapan penuh kerinduan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Sabit (KUN) End
Romancesebuah Rasa yang tak seharusnya ter-asah. Cover by : pinterest