Happy ReadingKini, setelah menyelesikan segala pelik yag terjadi di antara keduanya. Langit dan Sabit pun memutuskan untuk melepaskan satu sama lain secara baik-baik, Karena sejujurnya, Sabit tidak ingin meninggalkan kesan buruk terhadap pria itu. biar bagaimana pun, Langit pernah memiliki kontribusi besar dalam kehidupannya.
Tapi kali ini, Sabit memilih untuk benar-benar melepaskan pria itu dari dalam hidupnya. Karena sabit percaya, dirinya memiliki kehidupan yang jauh lebih baik disini—bersama dengan Angga. Seseorang yang selalu setia menjaganya, selalu ada ketika dirinya senag rapuh dan selalu sabar menghadapi emosi Sabit yang labil.
Langit memasang senyum terbaiknya hari ini, ditengah-tengah hatinya yang terasa begitu pedih. Namun sekuat tenaga, Langit menahan segal bentuk rasa sakitnya. Ia tidak ingin meninggalkan kesan yang buruk terhadap gadis itu.
Mereka berdua cukup lama berdiri di depan restoran itu. masing-masing memiliki pikiran yang pelik. Sehingga tanpa sadar, sudah ada 5 menit lebih keduanya berdiri di luar tanpa ada satupun yang berniat mengucapkan selamat tinggal.
Suara helaan napas dari Langit terdengar begitu jelas, membuat Sabit menolehkan kepalanya ke samping untuk melihat bagaimana laki-laki itu berusaha bersikap begitu tegar menerima segala keputusan dari Sabit.
“Makasih, Mas… karena setahun ini udah berusaha untuk mencari keberadaan aku. Dan juga… aku minta maaf, karena membuat ujung pencarian kamu menjadi sia-sia,” katanya tidak enak hati.
Langit mendengkus. “Gak pernah ada kata sia-sia dalam hal mencari kamu, Sabit. Aku seneng, karena akhirnya semesta mau membantu aku untuk menemukan kamu. Walaupun aku gak berhasil membuat kamu kembali bersama aku, tapi setidaknya, aku udah berhasil menemukan kamu dan menjelaskan segala hal yang menyesakkan dada aku selama ini ke kamu.” Ungkapnya dengan sangat jujur.
Langit menyodorkan tangan kanannya ke hadapan gadis itu. “Untuk selanjutnya, mari saling berteman,”
Sabit menatap tangan Langit yang mengudara di depannya. Sekilas ia menatap pria itu. Dirinya tersenyum lebar sebagaimana Langit yang juga memasang senyum lebar terhadapnya. Lalu setelahnya, ia membalas uluran tangan dari Langit. Ada perasaan sesak namun juga lega yang menghampiri perasaan keduanya.
“Makasih, karena pernah singgah di hidup, aku. Saat itu aku benar-benar bahagia karena kehadiran kamu dalam hidup aku, Sabit.” Tuturnya sebelum akhirnya ia takkan bisa lagi mengatakan hal ini.
“Aku juga, Mas.” Balas gadis itu.
Keduanya terus-menerus saling tatap. Hingga lagi-lagi Langit kembali menghembuskan napasnya. Tampaknya, perpisahan ini benr-benar begitu berat baginya. Terlihat dari sikapnya yang terus-terusan berusaha tegar menerima segala hal yang telah terjadi.
“Jangan lupa, main-main ke Indonesia. Jangan lupa juga kabari, Gina. Dia yang paling khawatir soal keadaan kamu.” Pesan Langit kepada gadis itu.
“Bilang sama Gina, kalau disini aku baik-baik aja. Nanti, setelah hati aku udah lebih siap, aku pasti hubungin dia. Tolong sampaikan ya, Mas pesannya.” Pinta Sabit karena sebenarnya, ia sangat-sangat merasa bersalah karena membiarkan dirinya tak memberi kabar sama sekali kepada sahabatnya itu.
“Pasti,” balas Langit yang kembali menatap jalanan yang sudah mulai padat orang-orang beraktivitas.
“Kalau gitu, aku pergi dulu. Kamu… sehat-sehat di sini. Maaf karena udah bikin kamu merasa gak nyaman,”
Sabit menyunggingkan senyumannya. Melihat bagaimana Langit yang terus-terusan meminta maaf kepadanya membuat Sabit juga merasa tidak enak hati. Mengingat bagaimana ketusnya ia terhadap laki-laki itu beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Sabit (KUN) End
Romancesebuah Rasa yang tak seharusnya ter-asah. Cover by : pinterest