BAGIAN 6 I Really Miss You, Dad!

23 14 0
                                    


Happy Reading

Langit baru saja selesai mandi, Ketika ia hendak bersiap diri, panggilan telepon dari Sean terpampang jelas di ponsel Langit. Tanpa ingin membuat Sean menunggu lama, Langit langsung menjawab panggilan itu.

"Untuk soal pekerja yang bakal nyanyi di panggung café itu, gimana, Lang?" Sean langsung pada intinya. Ia tidak bisa mengambil keputusan sendiri tanpa persetujuan Langit langsung. 

Karena bagaimana pun, Langit lah pemilik Cafe itu, jadi agaknya sedikit kurang ajar jika Sean memutuskannya secara individu. Biarpun laki-laki itu menyandang status sebagai temannya, tapi tak akan Sean pungkiri bahwa Langit adalah Bosnya--menghargai adalah sikap dalam profesionalitas pekerjaan bagi Sean.

"Lo suka sama penampilan dia?" Langit balik mengajukan pertanyaan pada Sean, Sembari ia membuka lemari untuk mencari baju yang cocok untuk ia kenakan siang ini.

"Yes, I like," balas Sean di sebrang sana sembari menatap berkas kontrak kerja antara The King's café dengan gadis bernama Sabita itu.

"Nice, dan keputusan sepenuhnya ada di tangan lo, Se," ujar Langit tersenyum lebar. Dapat Langit tebak raut wajah pria itu pasti sangat terkejut sekali.

"Oke," 

Tebakkan Langit benar, raut wajah Sean memag cukup terkejut, lalu setelahnya memasang senyum senang. Karena menurutnya, jarang sekali Langit mau dengan suka rela mengizinkan pekerjaan yang biasanya pria itu hendle, kini ditangani langsung oleh pekerjanya.

"Good," balas Langit yang langsung mematikan sambungan telepon antara mereka. Langit harus bersiap, ia sudah sangat terlambat untuk datang ke kantor hari ini.

Sedikit mematut dirinya melalui pantulan cermin dan menyemprotkan beberapa parfum di tubuhnya. Langit langsung bergegas keluar dari rumahnya menuju kantor. Kali Ini ia enggan menyupir sendiri, seperti biasa Zain akan suka rela datang kerumah Langit untuk menjemput pria itu. selain tangan kanan pria itu, ternyata Zain memiliki pekerjaan tambahan--menjadi sopir dari pemilik The King Group.

"Ada berapa berkas?" Langit langsung bertanya begitu ia masuk dan duduk di samping kemudi 

Zain menoleh ke samping untuk melihat Langit yang sudah duduk rapi di sampingnya,"Sekitar 5 sampai 10 berkas, lah, karena dari beberapa usaha ada yang terlambat mengirimkan laporannya, jadi kita harus kejar target."

Langit menoleh ke samping dan mendapati Zain yang kembali fokus menyetir.  "Kenapa bisa terlambat?" Tampaknya, emosi Langit sedikit tersulut mendengar kabar dari Zain barusan.

"Ada trouble sedikit di perusahaan inti, makanya mereka susah ngirim laporannya." Jelas Zain hanya membuat Langit menghela napasnya gusar.

"Besok pagi, lo atur jadwal rapat untuk seluruh karyawan. Ada yang mau gue bahas," Langit mencoba menahan emosinya. Entah mengapa, kesalahan selalu membuat Langit emosi. Kesalahan selalu membuat Langit tidak nyaman.

Zain mengangguk ragu, menoleh sekilas kepada Langit dan ia mendapati wajah langit yang terlihat begitu tegang. Langit berusaha mengontrol emosinya dengan menghembuskan napasnya beberapa kali. Kali ini, ia harus membaca laporan-laporan itu dengan teliti, Langit tidak ingin kesalahan kembali terjadi. Langit tidak peduli berapa banyak berkas tersebut, ia harus tetap memastikan semuanya aman dan terkendali.

Kini, sudah hampir jam 5 sore Langit duduk terpengkur dengan kertas-kertas di sekelilingnya. Ia menatap arloji di pergelangan tangannya. Tanpa memikirkan apapun lagi, Langit membereskan berkas-berkas itu dan membawanya untuk ia cek di rumah. Hari ini ia sudah janji akan menjemput Almyra jam 5 sore dan ia tidak boleh telat.

Langit Sabit (KUN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang