BAGIAN 7 Tanda Tangan Kontrak

17 11 0
                                    


Happy Reading

Pagi-pagi sekali, ALmyra sudah berkutat dengan layar laptop di depannya dan  di beberapa kertas putih untuk ia mendesain gambar yang tertera di layar laptop. Sesekali, Almyra mendesah karena tak kunjung menemukan desain yang sesuai dengan keinginan hatinya.

Gadis itu pun menoleh pada jus jambu yang ia buat sebelumnya, meneguknya hingga habis setengah dan meletakkan kembali jus itu ke tempatnya. Almyra menghembuskan napasnya. Sedikit menyingkirkan laptopnya, ia mulai mencoret kertas putih itu dengan imajinasi yang ada di dalam pikirannya.

Sangking fokusnya ia mengerjakan pekerjaannya, ia sampai tidak sadar dengan keberadaan Langit di sekitarnya. Langit yang baru bangun tidur lansung menuju ke dapur untuk menenggak air mineral. Hal itu selalu menjadi rutinitasnya di pagi hari. Langit selalu memperhatikan akan tubuhnya terhindar dari dehidrasi.

"Morning, Al," akhinya Langit menyapa sembari tangannya menuangkan ai mineral ke dalam gelas kaca bening.

Almyra langsung menoleh ke belakang dan ia mendapati Langit yang baru saja bangun tidur itu, ia tersenyum ketika melihat wajah bantal Langit pagi ini. Satu hal yang masih terasa baru bagi  Almyra.

"Hey, Morning," setelah menjawab sapaan selamat pagi yang memang cukup sering mereka lakukan, Almyra kembali pada fokusnya.

Langit berjalan menghampiri Almyra dengan satu gelas air mineral di tangannya. Ia mendudukkan diri di sebelah Almyra untuk melihat dengan lebih jelas apa yang sedang gadis itu lakukan.

"What are you doing?" Langit melihat-lihat coretan sketsa yang belum sepenuhnya rampung di kertas yang Almyra miliki.

"Beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan," sahutnya berusaha fokus pada pekerjaannya. Namun dengan keberadaan langit di sebelahnya benar-benar menggagalkan fokusnya.

"Take home?" ia kembali bertanya dengan keningnya hampir terlihat berkerut.

ALmyra menganggukkan kepalanya, ia memutuskan untuk menoleh ke samping—tempat Langit duduk—dengan senyuman. Selalu senyuman, cara mereka berkomunikasi selalu penuh dengan senyuman.

"Iya, karena biasanya kalau untuk Desain baru aku selalu ngerjainnya di rumah. Kalau kira-kira bagus, baru aku bawa ke kantor untuk di tunjukkan sama pihak kantor,"

Langit mengangguk paham. "Deadlinenya kapan?"

Almyra sedikit mengerutkan dahinya untuk mengingat secara pasti kapan tenggat waktu untuk proyek pertamanya di kantor baru, "Bulan depan, maybe," Almyra sendiri tidak yakin, karena seiingetnya, kantor tidak memburu-buruinnya untuk mengerjakan desain itu.

"Liburan, yuk," Ajak Langit yang membuat Almyra refleks menatap wajah pria itu.

Sedang yang ingin di tatap malah menaik turunkan alisnya secara berulang-ulang dan memasang senyum jenaka membuat Almyra tak tahan untuk menertawakannya.

"Jam 10 kita berangkat, kamu siap-siap dulu," suruh Langit yang diangguki penuh perasaan senang oleh Almyra.

Langit menyentuh puncak kepala Almyra dan mengacak-acak rambut gadis itu sebelum akhirnya ia mengecup singkat kening mulusnya dan beranjak pergi untuk bersiap diri.

Almyra menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat Langit yang berjalan semakin menjauh darinya. Setelah Langit menghilang di balik pintu kayu kamarnya, pipi Almyra langsung bersemu merah. Ia menyentuh kedua pipinya dengan kedua tangannya. Senyum salting tidak terhindarkan dari dalam dirinya.

Sesuai perintah Langit, Almyra pun ikut bersiap-siap di kamar miliknya. Ia berlari-lari kecil menuju kamarnya dengan senyum yang tak kunjung memudar.

Langit memasang Airpods di telinganya, menatap ponselnya dan mendial nomor Zain untuk di hubungi. Langit meletakkan ponselnya di meja yang ada di kamarnya dan mulai berjalan untuk memilih beberapa baju selagi menunggu panggilan itu tersambung oleh Zain.

Langit Sabit (KUN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang