BAGIAN 10 Dandelion

23 10 0
                                    

Happy Reading

"Hah!" Almyra membuang napasnya sembari mendudukkan dirinya di samping Langit. Menyandarkan kepalanya di pundak laki-laki itu. Langit dapat melihat bahwa ada rasa kelegaan dalam diri gadis itu--yang terpancar melalui wajah lelahnya tersebut.

Langit mengangkat tangannya keatas agar Almyra dengan lebih mudah bersandar di balik lengannya yang kekar. Merasa peka dengan apa yang Langit lakukan, Almyra memasang senyumnya lebar-lebar dan sedikit bergeser untuk mencari posisi yang nyaman.

"Lega banget aku tuh," Ucapnya dengan mata yang tertutup.

Langit terus memandang gadis itu dengan tatapan damai. Karena kesibukkan Almyra tentang projek yang di kerjakannya, membuat Langit sama sekali tak berani mengganggu konsentrasi gadis itu. Langit membiarkan Almyra fokus dengan pekerjaannya dan juga Langit yang fokus dengan pekerjaannya.

"Udah selesai semua?" Tanya Langit lembut.

Almyra menganggukkan kepalanya dengan mata yang masih terus terpejam. Menikmati betapa nyaman bersender dilengan laki-laki itu. Laki-laki yang rela ia abaikan selama beberapa minggu terakhir.

Almyra membuka matanya, ia mendongak untuk menatap wajah Langit. "Aku ada niatan pindah ke apartemen, deh." Ujarnya.

sontak Raut wajah Langit berubah serius, dahinya berkerut dalam, "Why?"

"Ya, aku gak mau ngerepotin kamu, aja." Almyra merasa, selama sebulan ini Langit sangat kerepotan dengannya--Mengantar jemputnya ke kantor, membuatkannya sarapan atau membeli makan siang untuknya. karena Almyra jika sudah menyangkut pekerjaan, gadis itu akan sedikit melupakan diri.

Langit berdecak tak suka mendengar apa yang Almyra ucapkan, "Repot apaan, sih, nggak lah," Matanya kembali fokus menatap layar Televisi yang menyala di depan sana.

"Jadi, dikasih izin gak nih, untuk pindah ke apartemen?" Almyra masih mendongak menatap wajah Langit. Ada satu hal yang menarik perhatiannya. Yaitu rambut-rambut kecil yang mulai tumbuh di bagian dagu pria itu. Karena penasaran. Almyra menyentuhnya, sensasi geli langsung menggerayap di tangannya.

Langit menjauhkan dagunya dari jangkauan tangan Almyra. Ia juga mencekal tangan itu agar tidak menyentuhnya lagi.sungguh, apa yang dilakukan oleh gadis itu meninggalkan kesan geli padanya Langit menatap mata Almyra yang ternyata, gadis itu juga menatapnya dengan tatapan penuh arti.

"Nggak usah pindah, lah, di sini aja." Perintahnya lembut. Dan Ucapan dari langit bak keputusan bagi Almyra.

Hening hinggap sejenak di antara mereka, langit yang terlihat sangat fokus menonton TV dan Almyra yang tak henti-hentinya menatap Langit.

"Why?" merasa di perhatikan oleh gadis itu, Langit bertanya yang justru mendapat gelengan kepala dari gadis itu.

Langit terkekeh pelan. Ia mendekap tubuh Almyra dan beberapa kali mengecup puncak kepala gadis itu. Aroma Jasmine menguar dalam penciumannya. Almyra memejamkan matanya, merasakan sentuhan bibir Langit di puncak kepalanya.

"Al..."

"Hmm,"

"Nikah yuk,"

Ajakan Langit sontak membuat Almyra bangkit dari posisinya yang bersadar di lengan Langit menjadi duduk sempurna. Ia menatap langit lekat-lekat.

"Are you serious?" Almyra berusaha mencari celah melalui tatapan mata pria itu, apakah Langit hanya bercanda dengan ucapannya.

"I'm Serious," Balas Langit balas menatap mata Almyra yang masih berusaha mencari kebohongan di sana. Tapi Almyra takkan mungkin menemukannya karena Langit sangat serius dengan ucapannya. Bahkan tatapan yang laki-laki itu lemparkan kepada gadisnya tampak begitu lekat dan serius.

Langit Sabit (KUN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang