Happy Reading
Sekitar pukul 4 pagi dini hari, Langit sudah menyetir mobil miliknya untuk menghantarkan Almyra menuju bandara—yang akan membawa gadis itu terbang menuju Jogja—tempat kelahirannya. Pagi itu, gadis itu terlihat sedikit gelisah saat tak satupun keluarga disana dapat ia hubungi.
Dalam perjalanan menuju Bandara, Langit terus-terusan meyakinkan gadis itu agar tidak perlu sekhawatir ini. "Masih jam empat pagi, Al, ini masih pagi banget, lho, kali aja mereka lagi pada istirahat."
Almyra tetap tidak bisa merasa tenang. Benak gadis itu diselimuti oleh perasaan was-was, takut, dan sebagainya. Sehingga tergurat jelas, wajah gadis itu begitu memperlihatkan rasa ketidaknyamannya.
"Al," Langit kembali memanggil gadis itu yang masih sibuk bersiteru dengan pikirannya. Almyra menoleh untuk mendapatkan tatapan damai nan menenangkan dari kedua pupil milik Langit.
"It's Okey. Aku yakin." Ucapnya. Membuat gadis itu mengangguk perlahan. Sedikit demi sedikit ia mulai mengangsurkan punggungnya untuk bersadar di punggung kursi mobil agar lebih merasa tenang.
Setelah menempuh perjalanan ditemankan oleh keheningan, akhirnya mobil Langit berhenti tepat di Bandara. Ia menurunkan satu koper mini milik Almyra dari dalam bagasi mobil. Membiarkan koper itu di bawa oleh tangannya dan sebelah tangannya yang bebas merangkul pundak Almyra.
Mereka berhenti melangkah ketika mereka memasuki area--yang lebih tepat di katakan Lobby--di Bandara. Langit langsung menyerahkan koper di tangan kirinya kepada Almyra. Mereka bersitatap sejenak, sebelum akhirnya Almyra izin pamit menuju gate pesawat yang ia tumpangi.
"Take care," ujar Langit. Sedih ketika melihat raut wajah yang tergambar disana begitu sendu. Almyra mengangguk sebagai jawaban dengan senyuman yang amat tipis mengembang disana.
Langit langsung merengkuh tubuh gadis itu. memeluknya seerat mungkin. Seolah dari pelukkan itu, Langit memberitahu Almyra bahwa pria itu akan selalu bersamanya. Padahal, Langit sendiri tidak yakin akan hal itu. ia tidak tahu apakah ia akan bisa selamanya bersama gadis itu dikala hatinya mulai goyah akan sisi cinta yang lainnya.
Langit lantas mengecup puncak kepala gadis itu. lalu berpindah di kening gadis itu. lalu setelahnya, Almyra berjalan sendiri memasuki Bandara. Langit tetap setia berdiri ditengah-tengah banyaknya manusia yang sibuk keluar masuk Bandara. Langit terus menatap punggung gadis itu yang mulai menjauhinya. Hingga punggung itu sudah tak tampak lagi, barulah ia membalikkan badannya untuk melangkah pergi dari Bandara.
***
Pagi ini Langit benar-benar terlihat seperti seorang pembisnis yang sesungguhnya. Di mana beberapa hari terakhir, ia selalu memakai kemeja berbalut jas yang terlihat formal. Karena biasanya... bos mereka itu hanya akan mengenakan celana hitam panjang berbahan katun dan kemeja putih yang digulung sebatas siku. Biar pun tidak terlihat rapih, tapi... karyawan mana yang tidak jatuh cinta dengan wajah tampan bosnya tersebut.
Ada beberapa pertemuan resmi yang mengharuskan Langit untuk selalu standby mengenakan pakaian formal seperti ini. Jas abu-abu yang senada dengan celananya dan kemeja putih yang melapisinya. Langit hari ini terlihat begitu menawan.
"Lang, Pak Handoko udah datang, nunggu lo di ruang rapat." Zain masuk ke ruang kerja Langit untuk memberitahukan kepadanya bahwa rekan bisnis yang mereka tunggu sudah tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Sabit (KUN) End
Romansasebuah Rasa yang tak seharusnya ter-asah. Cover by : pinterest