Eps.43 - Happy Crush

114 35 48
                                    

Bukannya aku merasa bahagia atas kematian Rifka. Namun, kepergian cewek itu seolah menciptakan kekuatan baru bagi hubunganku dan Arraja untuk kedepannya. Terlepas dari semua itu, kehadiran Rifka dalam hidupku yang teramat singkat juga mengajarkan apa artinya sebuah pengorbanan, sebuah keikhlasan dan betapa pentingnya kepercayaan. Aku berharap, Rifka benar-benar tersenyum di atas sana.

Satu sisi, aku juga lega. Lega lantaran Radhif dan Rafael memutuskan untuk berubah ke jalan yang lebih terang, menjadi seseorang yang sembuh dari kondisi awalnya. See? Semua seolah sudah berjalan dengan sempurna. Aku dan semua sobat-sobatku bisa mendapatkan ending yang bahagia. Namun, cerita belum usai sampai di sini. Masih ada hal yang perlu aku ceritakan pada kalian, sebelum kisah ini tutup buku dan berakhir tergeletak di rak.

Oke, sehari setelah acara pelepasan Rifka di tanah pekuburan, Arraja memutuskan untuk segera bangkit dari rasa kehilangan. Cowok tengil itu segera menyiapkan berbagai hal untuk proses pembuatan short movie yang akan diikutsertakan dalam event Festival Film Pendek Indie. Mendapat bocoran dari Kak Melky, dengar-dengar Arraja yang menjadi sutradara merangkap penulis skenario.

"Plis Kak Melky, spoiler dikit dong. Arraja tuh menulis cerita tentang apa?" Aku memaksa Kak Melky lebih lanjut, saat kami berdua mengobrol lewat telepon pada tengah malam.

"Kalau soal itu, gue nggak bisa bocorin dong, Ay. Udah cukup gue ngasih tau lo soal Arraja yang berperan sebagai sutradara maupun penulis. Sisanya... lo lihat aja hasil akhirnya nanti."

"Duh ngeselin banget sih cowok tengil resek nyebelin itu. Udah gue nggak diajak jadi pemain, gue nggak dikasih tau apa-apa." Aku menggerutu kesal, mencakar-cakar kulit boneka anjing.

Kak Melky terkekeh di ujung sana. "Ya, gitu-gitu juga lo sayang kan, nggak mau kehilangan dia."

"Ihh bukan masalah itu, Kak. Beneran ini kalian nggak butuh pemain tambahan lagi? Gue kan pengen nyoba akting di depan kamera, Kak."

"Maaf, Ay. Semua kru dalam projek kami udah paten. Kami juga nggak ngambil banyak pemeran kok. Nggak sampai lima pemeran yang bakal berakting, malahan."

Aku menghela napas. "Triple O em ji, Kak Melky sama aja kayak Arraja. Minta spill dikit nggak boleh, jadi pemain juga nggak boleh."

"Bukan nggak boleh, Ay." Kak Melky tertawa.

"Ah udahlah, gue tungguin aja karya dari kalian semua. Semoga hasilnya nggak mengecewakan."

"Amin, amin. Makasih, Ay. Lo jangan ngambek atau gimana-gimana ya. Ini masih menjadi pemula bagi kami semua. Mungkin next project lo bakal diajak ikut serta."

"Mudah-mudahan ya!" tukasku, tersenyum masam dan merasa tidak yakin. Akhirnya, aku menyudahi pembicaraan ini terlebih dahulu.

Sebenarnya, aku sudah mencoba untuk kroscek dan stalker melalui sosial media milik Kak Melky untuk mencari tahu postingan-postingan yang berkaitan dengan proses projek mereka. Namun nihil, Kak Melky seolah sengaja menutupi semuanya, sehingga aku benar-benar tidak tahu lokasi syuting mereka di mana dan sebagainya.

Oke, mungkin mereka memang tidak ingin spoiler dan menggembor-gemborkan projek mereka ke ranah publik. Antisipasi, kali saja gagal, batal atau hal lainnya. Bukannya aku mendoakan yang buruk, tetapi itu suatu kemungkinan, kan?

Memutuskan untuk merebahkan diri, pikiranku tiba-tiba melintas perihal hubungan Erin dan Rafael. Erin sendiri masih belum memberikan kabar lebih lanjut soal perkembangan hubungannya dengan Rafael. Namun yang pasti, Erin sudah berjanji tidak akan menjudge Rafael, menjauhi Rafael apalagi sampai membenci Rafael.

"Semoga kalian berdua juga bisa menemukan titik terang ya. Gue percaya. Kita semua akan melaju dan berhasil mencapai puncak kebahagiaan dari versi kita masing-masing." Aku tersenyum sebelum memejamkan mata secara perlahan.

Crazy Couple [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang