Eps.15 - Kejutan Minggu Pagi

338 67 54
                                    

Setelah proses reading antar pemain selesai dilakukan, kini saatnya kami memulai adegan demi adegan sesuai alur yang sudah ditentukan pada naskah.

Kalau dipikir-pikir, benar apa kata Arraja. Cerita yang akan kami jalankan dalam pementasan drama ini cenderung kacangan dan mudah ditebak. Namun, itu tidak perlu dipermasalahkan. Terpenting, kami bisa menampilkan yang terbaik, bisa menghibur para penonton dan bisa menambah bakat akting khususunya aku pribadi.

Saat ini aku sedang latihan beradegan dengan pemeran ayah dan kedua kakak dari Beauty yang mana akan diperankan oleh Agil, Dinar dan Mikha.

Oke, waktunya mulai ber-action, aku sudah cukup membaca skenario dan menghafalkan di luar kepala. Rupanya tidak sesulit yang dibayangkan. Terlebih, kami semua diperbolehkan untuk improvisasi sesuka hati.

Kami berempat memulai adegan yang diperagakan di atas sebuah panggung yang berada di bagian belakang ruang aula klub drama ini.

Agil berdeham, siap memulai dialog. Cowok itu duduk di sebuah kursi. Sementara Dinar dan Mikha beradegan sedang menari-nari.

"Nak... apa kalian bersedia menemani ayah ke ladang? Kita mencari singkong untuk makan malam." Agil yang berperan sebagai ayah mulai berakting.

Mendengar itu, Mikha dan Dinar sontak terkejut. Menghentikan aktivitas mereka.

"Apa? Ke ladang? Hellow... ayah yang benar saja. Ogah banget sih ngajakin ke ladang. Yang ada... kuku kita kotor, kulit kita gosong. Ewwh... nggak banget, ayah." Mikha tampak mulai berakting. Ya Tuhan, aku merasa akting dan cara pengucapan Mikha begitu natural. Seolah-olah sifat arogan sudah menjadi sifat aslinya.

Dinar manggut-manggut. "Betul, Yah. Ngajakin kok ke ladang sih. Ngajakin itu ya ke pantai, ke mall, atau ke mana kek yang lebih elite."

Sungguh, dialog yang baru saja diucapkan Dinar tidak ada di naskah. Dia benar-benar mengimprovisasi sesuka hatinya.

"Mending Ayah ajak tuh si Beauty." Mikha dengan suara kencang, memanggil nama peranku. "Beauty!!!"

Ini waktunya aku naik ke atas panggung. Sebagai karakter yang lemah lembut, aku harus bisa mengontrol diri supaya berjalan dengan langkah anggun ketika mulai menaiki panggung.

"Iya, Kakak, ada apa?" Aku menunduk di hadapan kedua kakakku.

"Ada apa, ada apa? Ngapain aja sih kamu di belakang? Lagi sibuk bikin ramuan buat melet Pangeran ya!" Mikha segera membentak-bentakku. Apaan? Ini benar-benar di luar skenario.

Sekilas aku bingung harus menjawab apa.

"Nak, sudah, sudah jangan berantem. Nak Beauty, apa kamu bersedia menemani ayah untuk ke ladang?" tanya Agil alias ayahku.

"Baik ayah, Beuaty mau menemani ayah."

"Terima kasih, Nak. Kamu memang anak yang cantik dan baik." Agil mengusap-usap puncak kepalaku.

Dan begitulah hingga adegan demi adegan kami mainkan dengan runtut. Syukurlah, hari pertama ini berjalan cukup lancar. Maksudku, tidak ada lagi cek-cok atau perbedaan pendapat seperti sebelumnya. Saskia dan Indah yang berperan sebagai dua pelayan dari Beast yang baik hati juga cukup profesional. Mereka berdua tampak terlihat lembut, tak ada raut julid yang aslinya menjadi sifat mereka.

"By the way, Ayya... makasih banget ya buat hari ini. Dan maaf... tadi di awal, teman-teman gue ngebully lo," ujar Cherry begitu sesi latihan sudah berakhir. Aku, Cherry dan Radhif keluar ruangan bersamaan. Berjalan menyusuri koridor.

Aku mengangguk. Diam-diam melirik ke sekitar untuk mencari keberadaan Arraja. Triple O em ji... ke mana perginya Arraja? Apa cowok itu sudah pulang duluan? Mengingkari janji untuk menungguku tanpa batas waktu.

Crazy Couple [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang