Setiap manusia pasti memiliki kelebihan atau keistimewaannya masing-masing. Setiap manusia diciptakan unik dengan pilihan bakat yang mereka geluti. Tak perlu jauh-jauh misalnya, Arraja sendiri memiliki keunggulan dalam bidang olahraga dan Decha jago matematika, serta di luar sana ada yang berbakat dalam bidang memasak, menulis, melukis, bermusik dan lain sebagainya. Bahkan, Ravenza adikku sendiri cukup jago bermain gitar ditambah hobi barunya yaitu nge-DJ. Sementara aku?
Aku menatap langit-langit kamar. Terlentang dengan pikiran menerawang. Sepertinya berakting adalah jalan ninjaku untuk menggali potensi diri. Maksudku, aku harus punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Sehingga aku tidak melulu dipandang sebelah mata oleh anak-anak di satu sekolah. Sudah otak pas-pasan, masa iya aku tidak memiliki kelebihan lain di luar akademik? Oke, setelah berpikir panjang kali lebar, akhirnya aku memutuskan menerima tawaran Cherry untuk bermain dalam pementasan drama akhir semester nanti.
Keputusan sudah mantap. Apa pun yang akan terjadi nanti, aku harus bisa menghadapi. Namun di sisi lain aku tetap berharap kalau Cherry memilihku berperan sebagai Beauty bukan lantaran ia hendak berniat jahat.
Ponsel yang terletak di samping tubuhku berbunyi, menandakan sebuah notifikasi. Bangkit dari rebahan, aku membuka sebuah DM di Instagram.
Aku mengerjapkan mata berkali-kali untuk memastikan tidak salah baca. Oke, DM dari akun yang ternyata adalah Rafael sontak membuatku penasaran sekaligus tersenyum.
rafa_rafael88 : Hallo, Ayya. Sori nih kalau ganggu waktunya. Gue boleh minta nomor WhatsApp lo? Gue mau telpon, ada yang pengen gue omongin soal Decha.
Tanpa berpikir panjang lagi, aku lekas memberi nomor WhatsApp-ku melalui pesan tersebut. Hingga tak menunggu waktu lama, sebuah nomor yang belum masuk kontak segera terpampang di layar monitor. Cepat-cepat aku mengangkatnya karena sudah tahu itu adalah Rafael.
"Hallo, El?"
"Iya, Ay."
"Gimana? Gimana? Ada perkembangan lagi soal pedekate lo sama Decha?"
Rafael tampak menghela napas. "Itu dia, Ay, susah kayaknya. Decha orangnya cuek banget. Gue chat dia, eh balasnya singkat banget, satu kata dua kata doang. Sekali aja belum lama tadi, gue nyoba telepon dia, lama banget nggak diangkat, terus dia akhirnya nelepon gue balik. Gue awalnya seneng dong. Aarrgh... taunya... sama aja, dia cuek pakai banget banget. Emang aslinya Decha gitu ya, Ay?"
"Aslinya Decha nggak cuek kok anaknya, El. Dia tuh seru, pokoknya nggak cuek deh."
"Tapi kenapa sama gue cuek, Ay? Itu jelas banget menandakan kalau Decha nggak suka balik sama gue. Lo tahu Ay tipe cowok Decha kayak apa?"
Triple O em ji, sebenarnya aku yakin Rafael masuk kriteria cowok idaman Decha. Namun aku sendiri tidak tahu persisnya seperti apa. Dan aku juga tidak tahu alasan di balik sikap Decha yang dingin terhadap Rafael.
"Ya... lo kan udah sahabatan sama Decha lama, pasti tau dong cowok-cowok dari mantan Decha itu kayak apa." Rafael kembali melanjutkan cerita saat tak mendapat jawaban dariku.
"Aduh gimana ya, El, gue sendiri nggak tahu persis. Selama ini, mantan Decha cuma satu, itu juga gue nggak kenal orangnya." Aku beranjak turun dari ranjang, melangkah ke arah jendela.
"Yah... gimana ya, apa gue nyerah aja ya, Ay? Susah banget, temboknya keras."
"Jangan langsung putus asa dong, El." Aku menatap ke arah luar, terlihat gerimis tipis membungkus gelap malam. "Gue yakin lama-lama Decha bakal luluh juga kalau lo terus usaha. Sing penting sat set, sat set."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Couple [End] ✔
Novela Juvenil"Tapi lo beneran nggak marah sama gue, kan?" "Nggak kok." "Serius?" "Susah juga buat marah sama lo," tukas Arraja cuek, tapi berhasil membuatku melengkungkan senyum tipis. "Habis, kalau gue marah beneran, gue takut..." Arraja menatapku dalam-dalam...