Eps.38 - Rasa Bimbang

145 34 51
                                    

"Gue suka sama lo dari dulu, Vinny. Sampai sekarang dan entah sampai kapan nanti. Mungkin nggak terbatas waktu. I Love You, Vin."

Ungkapan manis dari Yudis yang diutarakan di dalam mobil berhasil membuatku dan Vinny terdiam. Yudis menembak Vinny di saat aku sedang ada di sini. Benar-benar jarang terjadi. Namun yang membuat aku heran bukanlah kata-kata dari Yudis barusan, melainkan soal Yudis yang saat ini menjadi sopir taksi online.

"Eh Yudis, ngapain lo? Kok lo bisa jadi driver taksi?" tanyaku kemudian, mengabaikan ucapan Yudis barusan. "Gue yakin tadi nggak salah order nama pengemudinya kok. Apa jangan-jangan lo... sengaja?"

Saat ini, Yudis sudah memberhentikan mobilnya di pelataran depan mall yang lumayan ramai, tidak sampai memasuki tempat parkir.

Yudis tersenyum, membenarkan posisi duduknya. "Jadi, gue pakai akun bokap gue. Selama sisa liburan ini gue mutusin buat bantuin bokap yang kerjanya jadi supir taksi online gini. Daripada gabut nggak ngapa-ngapain, mending gue gantiin dulu bokap gue kerja. Sementara dia biar libur."

"Ooh gitu." Aku manggut-manggut.

Yudis tertawa pelan. "Kebetulan banget tadi ada orderan atas nama Ayya Rachelia, jadi langsung aja gue samperin lo, Ay. Eh nggak taunya lo mau ke rumah Vinny juga."

"Semangat, Yudis." Vinny bersuara. "Gue nggak nyangka, ternyata lo bisa memanfaatkan momen liburan gini dengan hal yang positif."

"Makasih, Vinny." Yudis menatap lurus mata Vinny. "Sebelum kalian berdua turun dari sini, gue mau mastiin dulu jawaban dari mulut lo, Vin."

Vinny mengernyit. "Jawaban apa?"

"Jawaban yang barusan Yudis utarain ke elo lah, Vin," tukasku seraya berpaling muka ke luar jendela.

"Iya, Vinny, jadi gimana? Apa lo juga punya rasa yang sama ke gue?" Yudis memastikan.

"Ehm gimana ya, makasih sebelumnya ya, Yudis, gue beneran nggak nyangka ternyata semua perhatian lo ke gue itu mengindikasikan kalau lo suka sama gue. Segala bentuk kebaikan yang lo berikan ke gue, ternyata ada maknanya. Maaf banget gue nggak sadar, Yudis, dan maaf... untuk sekarang, gue belum bisa jawab kata-kata love dari lo barusan."

Yudis mengangguk takzim, tersenyum simpul. "Its okay, nggak masalah. Thanks banget ya, Vin. Gue bakal tetap nungguin jawaban dari lo. Sampai kapanpun itu."

Vinny hanya tersenyum tipis, mengangguk pelan.

"Kalau gitu, selamat bersenang-senang buat kalian berdua."

"Lo nggak ikut gue sama Vinny aja, Dis?" tanyaku basa-basi sebelum keluar dari mobil. Dalam hati, aku berharap agar Yudis tidak menerima ajakanku.

"Enggak, Ay, makasih. Gue langsung mau narik lagi."

Aku dan Vinny mengangguk, lantas turun dari mobil. Yudis melambaikan tangan sebelum berpisah dengan kami.

Sesampainya di dalam mall, dalam waktu dekat aku dan Vinny sudah menemukan keberadaan Erin dan Rafael. Mereka berdua sudah bersiap menuju bioskop untuk menonton film terbaru.

"Hallo, Ayya, Vinny." Erin memelukku dan Vinny bergantian, wajahnya sangat sumringah. "Loh... kok Decha nggak ada? Ke mana dia?"

"Decha nggak bisa ikut. Iya... dia... lagi ada kepentingan." Aku berbohong.

"Oh gitu, sayang banget, padahal udah dibeliin tiket loh sama Rafael."

Aku dan Vinny saling berpandangan.

"Ya udah nggak apa-apa." Rafael mengibaskan tangan, lantas menyodorkan sebuah tiket untukku dan Vinny. "Nih tiket nonton bioskop buat kalian."

Setelah melihat sendiri bahwa Rafael adalah seorang seleb porno, aku jadi memiliki penilaian dan pandangan lain terhadap sepupu Pak Arnold itu. Dari yang tadinya terlihat keren luar biasa dan berbakat, kini beralih menjadi terlihat buruk. Menerima tiket tersebut, sebisa mungkin aku tak menyentuh telapak tangannya. Bukannya aku jijik, hanya saja aku benar-benar merasakan hal yang beda dan aneh.

Crazy Couple [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang