Penampilan Arraja memang tak pelak membuat ibu-ibu jadi terbius oleh pesonanya. Sepagi ini wajahnya cerah dan bening banget. Bersih dari noda-noda bandel seperti jerawat dan sebagainya, tidak sepertiku. Selain itu, segala outifit apa pun yang dikenakan Arraja pasti selalu saja terlihat match. Hari ini seragam sekolahnya dilapisi oleh jaket varsity yang sudah disemprot minyak wangi yang sudah pasti harganya sangat mahal.
Sebuah tiupan kencang dari mulut Arraja menerpa wajahku sontak membuat aku tersadar dari rasa terkesima.
"Dih lo apaan sih niup-niup muka gue segala!" Aku yang masih berdiri di hadapan Arraja bersungut kesal. Cowok tengil ini rupanya kembali mengendarai sepeda motornya seperti biasa. Benar-benar kapok dengan perjalanan kemarin?
"Gue tahu lo lagi terpesona sama gue, tapi kondisikan dong mulut lo jangan sampai mangap gitu." Arraja yang sudah duduk di sepeda motor berkata dengan pedenya, bersedekap dada.
"Triple O em ji..." Tanganku langsung mencubit lengan Arraja seperti biasa. "Kepedean banget sih jadi orang? Siapa juga yang terpesona."
"Terserah deh terserah elo Ay, nggak mau ngaku tapi udah kelihatan jelas kok. Lagian tadi ibu-ibu juga pada seneng tuh ngelihat kedatangan gue. Berarti mereka pada terpesona yang otomatis lo juga ikut bangga."
"Arraja, gue tuh cuma lagi mikir, tumbenan banget lo sekarang ngajakin gue berangkat sekolah bareng terus."
"Gue cuma ngerasa harus mantau lo, Ay, apalagi sekarang lo udah mulai deket sama cowok baru."
"Siapa cowok yang lo maksud?"
"Kura-kura makan tempe tahu. Pura-pura nggak tau." Arraja mendengus.
"Radhif atau Rafael?"
"Ya pokoknya itu, lah."
"Hmm... cemburu ya?"
"Udah lah, ini mau berangkat sekolah atau engga. Lo nggak mau dicurigai nyokap lo kan?" Arraja mengulurkan helm.
Aku tersadar, saat ini kami masih berada di depan pintu pagar rumah. Tadi Arraja sengaja memarkir motor di sini dan masuk ke halaman dengan langkah pelan, sehingga aku tidak sadar atas kehadirannya.
"Ciyee Arraja cemburu." Aku meledeknya sambil memakai helm.
"Gue pernah bilang, nggak ada kamus 'cemburu' di dalam hidup gue."
Aku yang sudah duduk di belakang Arraja menepuk pundak Arraja dengan kencang. "Halaah, pakai bilang mantau segala. Aslinya cemburu. Ngaku aja sih?"
Rasanya senang, kini giliranku yang punya bahan bullyan untuk Arraja setelah tadinya dia yang menggodaku perihal penampilan Arraja.
"Udah deh, Mas. Mas tenang aja, siapa pun laki-laki yang deket sama aku, nggak akan mengubah perasaan aku ke kamu kok, Mas."
"Dih sumpah geli banget lo ngomongnya." Arraja bergidik.
Aku tertawa. "Iiih... gue serius tau."
"Ya jelas lah lo ngomong gitu. Kan nggak ada cowok lain yang mau pacaran sama cewek kayak lo selain gue."
"Triple O em ji... seabsurd-absurdnya gue, tetep aja pasti lo diam-diam takut kehilangan."
Arraja tak menyahut ucapanku lagi. Cowok itu justru melajukan motornya dengan kecepatan penuh, membuatku nyaris terjungkal ke belakang kalau saja aku tidak buru-buru berpegangan tas Arraja. Triple O em ji, diam-diam Arraja juga ingin membunuhku.
***
Sesampainya di sekolah, Arraja tidak mampir ke mantan kelasnya lagi seperti kemarin. Arraja bertekad untuk membaur dan mengakrabkan diri dengan teman-teman barunya di kelas 12 IPA 1.Toh, menurut Arraja, banyak anak-anak cowok di kelas tersebut yang sudah dikenalnya, hanya tinggal dijadikan sahabat saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/184817989-288-k783833.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Couple [End] ✔
Ficção Adolescente"Tapi lo beneran nggak marah sama gue, kan?" "Nggak kok." "Serius?" "Susah juga buat marah sama lo," tukas Arraja cuek, tapi berhasil membuatku melengkungkan senyum tipis. "Habis, kalau gue marah beneran, gue takut..." Arraja menatapku dalam-dalam...