Misi balas dendam. Sekarang aku paham apa yang dimaksud misi balas dendam yang sesungguhnya. Dendam dari Orion dan Cherry atas apa yang pernah menimpa mereka beberapa waktu lalu. Ketika Orion terjerat kasus perampokan sebuah mini market serta kasus penyekapan di mana aku sendiri yang menjadi korban. Setelah itu, Arraja dan teman-teman lain datang sesuai skenario yang telah disusun untuk meringkus Orion di tempat klub malam sekaligus tempat aku disekap. Sementara di sekolah saat Cherry berusaha bangkit dan membela Orion, justru yang ada Cherry mendapat aksi bullying dari anak-anak yang sebagian lebih memihak Arraja. Dari situ, muncullah permusuhan di kedua kubu. Arraja Vs Orion.
Namun terlepas dari kasus-kasus di atas, sebenarnya Arraja dan Orion sudah lebih dulu bermusuhan sejak mereka masih sama-sama SMP. Padahal awalnya mereka berdua adalah teman dekat. Sahabat karib. Karena suatu peristiwa dan masalah—salah satunya melibatkan Rifka—menjadikan kedua cowok kece itu bertentangan, saling membenci, saling bermusuhan hingga detik ini.
Detik di mana Arraja berhasil diculik oleh orang-orang bayaran Cherry saat Arraja hendak berangkat sekolah. Dan inilah 'kejutan besar' yang dikatakan Cherry tadi pagi saat cewek itu tiba-tiba datang menghampiriku. Rupanya, rencana penculikan Arraja memang sudah dirancang jauh-jauh hari oleh komplotan Cherry.
Kembali lagi di situasi sekarang. Aku yang tampak nelangsa, berusaha kuat dan tidak boleh terlihat lemah. Karena jika aku menampilkan raut memelas, dipastikan Orion maupun Cherry akan semakin menggila dan merasa sudah menang.
"Nggak usah lo mengiba-iba dengan muka jelek lo itu, gue akan tetap mempertemukan lo dengan Arraja!" Cherry melotot tajam ke arahku.
Aku ingin mengeluarkan ponsel dari saku celana, tetapi aku baru sadar bahwa hapeku tertinggal di basecamp Kak Melky. Ya Tuhan, apakah ini pertanda akhir dari hidupku? Sebab sudah tidak ada harapan lagi untukku mencari pertolongan.
"... seenggaknya untuk yang terakhir kali!" Orion menyambung, kedua tangannya dimasukkan ke dalam celana jeans hitam yang dikenakannya.
"Nggak! Jangan memaksakan semua ini berakhir gelap, Yon, Cher? Apa kalian nggak sadar? Nantinya kalian juga akan berakhir lebih gelap! Pembalasan setimpal akan kalian dapatkan!"
"Uuh takuuut!" Cherry sengaja menjulurkan lidah.
Radhif masuk kembali ke dalam ruangan. Membawa benda seperti mata rantai besi.
"Owh Radhif, good job. Sekarang lo tau kan apa yang harus lo lakuin?" Cherry menatapku dan Radhif bergantian.
Aku menggeleng, tersadar bahwa tak lama lagi tubuhku akan diikat rantai.
"Buruan lakuin, Radhif! Ikat cewek halu itu sekarang juga!" desis Orion, membuat Radhif berdecak pelan.
Cowok itu berjalan menghampiriku, menatapku dalam satu detik. "Lo kenapa tega ngelakuin ini, Dhif? Gue pikir kita... gue pikir lo ada pihak gue..."
"Sori, Ay." Radhif hanya menjawab singkat, lalu ia mulai mengikat kakiku menggunakan rantai yang ujungnya terdapat bola besi yang sangat berat.
"Sakit..." Aku meringis saat mata kakiku terjepit dan terhimpit.
"Gue nggak ngikat terlalu kencang. Lo tenang, Ay, ikuti dulu apa maunya dua orang itu." Radhif berbisik di telingaku seraya mengunci gembok rantai di kakiku.
Oke, cukup. Rasanya sudah tidak percaya lagi dengan Radhif meski cowok itu berkata demikian. Kata-kata yang seolah menggambarkan bahwa dia sebenarnya masih memihakku itu tak berhasil membuatku merasa lega.
"Beres!" Radhif berdiri, menepuk-nepuk celana. Orion mendekati Radhif, membisikkan sesuatu. Radhif menghela napas, tetapi ia tetap mengangguk.
Cherry menghampiriku, berjongkok dan seketika tangannya menjambak rambutku dengan kencang. "Habis ini, kejutan besar yang pernah gue bilang akan menanti lo, Ayya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Couple [End] ✔
Novela Juvenil"Tapi lo beneran nggak marah sama gue, kan?" "Nggak kok." "Serius?" "Susah juga buat marah sama lo," tukas Arraja cuek, tapi berhasil membuatku melengkungkan senyum tipis. "Habis, kalau gue marah beneran, gue takut..." Arraja menatapku dalam-dalam...