Eps.21 - Aku, Kamu dan Bintang Jatuh

289 58 103
                                    

Mahakarya Tuhan yang telah menciptakan sosok Arraja dengan segala sifat tak terduganya. Semua tindakan yang dia perlihatkan berhasil membuatku takjub dan terlena. Aku sungguh merasa Arraja adalah malaikat baik yang Tuhan kirimkan untukku dalam menjelajahi mesin waktu. Meski dahulu kami berdua saling bertentangan, namun akhirnya semesta memberikanku ruang kebahagiaan dengan caranya yang tak terduga pula. Oke, aku terlalu memuji-muji Arraja. Kalian jangan bilang-bilang ya!

"Selamat datang di persinggahan gue!"

Suara Arraja sontak membuyarkanku dalam dimensi lain. Tersadar, kini aku berada di sebuah tempat outdoor yang sangat menarik. Di atas atap rumah Arraja, persisnya di atas ruang kamar milik Arraja.

Karpet merah berbahan halus lembut terhampar, bantal berbentuk bintang seperti Patrick, ukulele, meja kecil, serta kamera lengkap dengan tripod stand bye di tempat yang agak menepi. Semua berada di atas sini.

"Lepas sepatu lo dan kita mulai belajar di sini. Gue mau ngajarin lo teori pelajaran olahraga."

"Arraja, gue tau lo jago dalam pelajaran itu, tapi plis deh, olahraga nggak penting sama sekali. Nggak masuk di ujian kelulusan juga."

Arraja yang sudah duduk beralaskan karpet menatapku dengan tajam. "Tapi tetap aja lo harus memperbaiki nilai lo yang anjlok."

Aku menggeleng, tidak setuju. "Engga, Ja... gue... eh ada bintang jatuh!" Refleks, aku menunjuk sebuah gerakan benda langit yang melesat dalam kegelapan malam. Seperti yang kita semua tahu, alam raya selalu menyimpan keindahan serta rahasia yang sangat luar biasa. Salah satunya adalah fenomena alam bernama bintang jatuh yang saat ini dengan jelas terpampang di hadapanku.

"Arraja... kita harus membuat suatu permohonan." Tanpa perhitungan lagi, aku lekas menutup mata, merapatkan tangan dan memanjatkan doa.

Ya Tuhan yang Maha Pencipta Alam Semesta, aku mohon kepada-Mu, jadikanlah Arraja sebagai garis takdirku. Jangan ambil dia dari sisiku. Aku... aku tidak tahu lagi harus berkata apa, ya Tuhan. Intinya aku hanya ingin agar Engkau tidak menjauhkan Arraja dari hidupku.

Karena merasa bingung harus berdoa apa lagi, aku membuka mata dan mendapati ekspresi Arraja yang tengah tertawa tanpa suara.

"Eh kenapa lo? Lo udah selesai berdoa?"

Arraja menggeleng, masih menampilkan raut tawa. "Sini deh duduk!"

Melepas sepatu, aku mengikuti perintah Arraja, duduk lesehan di sebelah Arraja.

"Asal lo tau, gue nggak ngelakuin hal konyol seperti yang barusan lo lakuin."

Pandanganku yang sedang menatap gugusan bintang gemintang di langit jadi teralihkan. "Maksudnya lo nggak percaya yang begituan ya?"

"Itu cuma mitos, Ay."

"Tapi apa salahnya kita berdoa? Siapa tau aja doa kita beneran terkabul."

"Kalau lagi cerah gini, gue udah biasa lihat bintang jatuh, dan gue pernah berdoa, tapi nggak terkabul tuh." Arraja menerawang, ikutan menatap langit.

"Mungkin semesta nggak mendukung keinginan lo. Atau mungkin juga semesta nggak sudi dengerin doa lo." Aku membekap mulut, tertawa cekikikan.

Arraja merengut, melirikku sekilas. "Emang tadi lo berdoa apaan?"

"Dih kepo banget lo! Kalau dikasih tau, doanya jadi auto gugur dong."

"Halah gue tetap nggak percaya. Intinya itu cuma mitos. Mitos yang sudah aja sejak dahulu kala."

"Ya terserah lo sih. Mungkin doa yang lo panjatkan bukan nggak dikabulkan, melainkan belum dikabulkan." Aku melepas tas punggung, meletakkan di sampingku. "Yang jelas, tadi gue berdoa yang baik-baik."

Crazy Couple [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang