Eps.25 - Potret Akhir Semester

235 50 138
                                    

Hari ini merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian anak sekolah. Hari pengambilan raport. Aku tidak berharap lebih untuk mendapatkan peringkat terbaik asalkan nilai-nilaiku semua tuntas dan melampaui KKM.

Walaupun tidak diwajibkan berangkat sekolah, tapi aku dan Arraja serta teman-teman yang lain tetap memutuskan pergi ke sekolah. Wali murid yang bertugas mengambil raport datang pada pukul sembilan, sementara saat ini waktu baru menunjukkan pukul delapan kurang. Meski begitu, aku sudah berganti seragam sejak pagi. Setelah menghabiskan satu piring nasi goreng bakso buatan Mama, aku kembali ke kamarku di lantai atas untuk membenahi tatanan rambutku. Kali ini aku mengucir sebagian rambutku ke belakang.

"Gue penasaran, hari ini siapa yang bakal mengambilkan raport punya Radhif ya? Kedua orangtuanya kan udah nggak peduli sama dia." Aku bermonolog, menatap bayangan sendiri di cermin.

"Triple O em ji... ingat, Ayya! Lo nggak boleh ikut campur lagi sama urusan Radhif kalau lo nggak mau celaka." Aku geleng-geleng kepala, teringat ancaman yang pernah dilayangkan dua orang cowok bertopeng wayang bahwa mereka tak akan segan-segan membunuhku jika aku masih mengulik kehidupan pribadi orang lain. Jelas banget itu berkaitan dengan Radhif, kan?

Suara sepeda motor yang sedang kunantikan seketika terdengar, membuat lengkungan senyum merekah di bibir. Tanpa perlu menduga-duga, Arraja sudah datang.

Aku lekas turun ke bawah dan segera lari keluar rumah.

"Pagi banget, Pak, ngejemputnya?" Aku membuka pintu pagar, mendapati Arraja yang duduk di atas Satria FU andalannya.

"Hmm... Ay?" Arraja membuka kaca helm.

"Apaan?"

"Gue punya sesuatu buat elo."

Tanpa bisa kutahan aku kembali tersenyum dan penasaran. "Sesuatu apa sih? Kejutan ya?"

"Tarraaa!!" Arraja mengangkat sebuah benda yang sedari tadi disembunyikan di balik jaketnya.

"Triple O em ji..." Aku tercekat karena takjub, membekap mulut, lalu tak kuasa menahan tawa.

"Helm baru buat elo. Dijamin helm yang ini pas dan muat di kepala lo. Nggak kegedean kayak yang lama." Arraja mengulurkan helm tersebut agar aku menerimanya.

"Iya, tapi kenapa modelan kuping kucing gini? Eh tapi gemes juga sih lihatnya."

Ya, jadi helm yang Arraja berikan untukku itu helm bermotif kepala kucing yang lengkap dengan dua telinga. Terlihat sangat lucu sekaligus menggelikan.

"Coba deh lo pakai!"

Aku mengangguk, memasang helm warna biru langit itu ke dalam kepala. Sontak saja, Arraja tertawa ngakak setelah aku selesai merapatkan tali helm.

"Emangnya lucu ya?" Aku memasang wajah cemberut.

"Sangat lucu dan sangat menghibur, Ay." Arraja masih menyiratkan raut tawa. Meski demikian, aku sebenarnya merasa senang lantaran Arraja selalu memberikan hal-hal sederhana namun cukup bermakna.

"Lo jadi kayak Hello Kitty deh, Ay. Hahaha!"

Aku masih menyaksikan tawa Arraja yang belum berhenti juga sambil memajukan bibir beberapa senti.

"Sekarang, gue pinjam hape lo dong!" Tangan Arraja menengadah, meminta ponselku.

Aku mengeluarkan ponsel dari dalam saku rok, memberikan untuk Arraja. "Makanya beli hape sendiri dong."

"Gue memutuskan buat service hape yang lama aja, kayaknya masih bisa digunain sih," tukas Arraja seraya menekan-nekan layar ponselku.

"Buang-buang duit doang, Ja, service-service hape gitu mah. Masih mending beli yang baru aja."

Crazy Couple [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang