Aku tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana, harus melakukan apa. Semua ini cukup membuatku penat. Pikiranku kacau. Terbelah menjadi dua sisi. Sisi memikirkan segala nasib Arraja yang kini terlihat begitu malang dan nelangsa. Sementara di satu sisi memikirkan keputusan Kak Melky yang memilih untuk tidak ikut campur urusan ini, sesuai ancaman yang dilayangkan oleh Cherry. Ya Tuhan, kurasa itu bukanlah suatu pilihan yang tepat. Walau bagaimanapun, Arraja adalah sahabat dekat Kak Melky sejak dulu. Maka dari itu aku berusaha percaya bahwa di balik keputusan tersebut, terselip sebuah rencana ataupun strategi yang telah disusun Kak Melky.
Radhif terus menuntunku, menerobos kegelapan. Keadaan sekitar cukup sepi. Lampu-lampu jalan berpendar, tidak terlalu terang.
"Radhif!" Aku menghentikan langkah.
Radhif menoleh ke arahku. "Kenapa? Kita nggak punya banyak waktu, Ay."
"Radhif, apa lo bisa gue percaya?"
Cowok itu menatapku lekat-lekat. "Ayya, ini semua demi Arraja. Cherry bakalan tahu kalau seandainya semua temen-temen lo ikut kita. Dan itu akan berimbas kepada Arraja. Nyawa dia akan terancam."
"Kalau lo nggak ngasih tau Cherry, dari mana Cherry bisa tahu kalau seumpama kita bawa backingan?"
"Dari orang suruhan Cherry, pastinya. Karena, kita akan ke lokasi tempat Arraja disekap dengan dijemput oleh orang suruhan Cherry itu. Mereka akan membawa gue sama lo dengan jemputan mobil."
"Apa? Jadi kita nggak ke sana berdua?"
"Nggak!" Radhif menggeleng tegas. "Lagian gue nggak ada kendaraan buat ke sana."
"Cherry bener-bener licik! Lo lihat kan, Dhif? Dia aja bawa-bawa komplotan masa gue sama lo nggak boleh?"
"Tenang, Ay. Sementara ini kita turuti saja apa maunya Cherry. Menurut gue, lebih baik kayak gini daripada membahayakan nyawa kita semua." Radhif berbicara begitu tenang, seolah tak menampakkan ketakutan.
"Radhif, lo... ada di pihak kami, kan?"
Radhif hanya mengangguk pelan, tersenyum tipis. Melihat itu aku jadi merasa ragu. Segala kemungkinan bisa terjadi apabila Radhif kembali bekerja sama dengan Cherry untuk melancarkan misi balas dendam dan menghancurkan kami semua. Saat ini aku benar-benar hanya bisa berharap kalau Radhif bukanlah seorang musuh dalam selimut.
Aku dan Radhif menunggu beberapa saat kedatangan mobil jemputan di bawah sebuah menara tower, beberapa meter dari lokasi basecamp milik Kak Melky berada. Mataku melihat ke ujung jalan. Sampai sekarang, tidak ada tanda-tanda apa pun kalau sobat-sobatku akan beraksi. Jadi, benarkah mereka tidak ada niat untuk menolongku?
"Lo tenang saja, Ayya. Ini yang terbaik. Demi kebaikan bersama. Oke?" Radhif menggenggam tanganku, sedari tadi tangan kami masih saling berpegangan.
Rasanya aku ingin melepaskan tautan tangan ini, tetapi aku merasa tidak enak hati dengan Radhif. Cowok itu benar-benar sulit ditebak, sudah beberapa karakter yang ditampakkannya, membuatku bingung mana yang benar dan mana yang salah.
Aku tidak sempat menjawab perkataan Radhif itu karena tiba-tiba terdengar suara mobil yang melaju pelan, mendekati kami.
"Radhif, apa ini mobil orang suruhan Cherry?"
"Benar!" Radhif mengecek ponsel, mengangguk pelan. Mungkin ia mencocokkan plat nomor kendaraan.
Sebuah Jeep berhenti tepat di sebelah tempatku dan Radhif berdiri.
"Radhif, buruan seret teman lu itu dan segera masuk!" Salah satu orang yang berada di dalam mobil berkata tajam, lantas keluar dan mempersilakan aku dan Radhif duduk di posisi tengah. Kami berempat berhimpitan di dalam mobil, membuat udara begitu dibutuhkan saat-saat seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Couple [End] ✔
Novela Juvenil"Tapi lo beneran nggak marah sama gue, kan?" "Nggak kok." "Serius?" "Susah juga buat marah sama lo," tukas Arraja cuek, tapi berhasil membuatku melengkungkan senyum tipis. "Habis, kalau gue marah beneran, gue takut..." Arraja menatapku dalam-dalam...