Eps.16 - Scene Favorit

333 66 73
                                    

Inspirasi outfit dari Decha untuk acara hangout pagi ini bersama Arraja membuat penampilanku terlihat rapi tetapi tetap kasual. Aku memakai celana jeans biru muda dipadukan dengan kemeja blus polos warna hitam. Sementara untuk gaya rambut, Decha mengepang rambutku menjadi dua bagian, kanan-kiri. Percayalah, itu bukan gaya kepang dua ala cewek cupu atau culun, tetapi kepang dua kekinian yang cukup hits di kalangan cewek-cewek modis.

"Lo kelihatan elegan, Ay. Perfect deh." Decha memuji dengan menatap sekujur tubuhku.

Aku percaya pujian Decha tulus, lagi pula sobatku itu selalu bisa diandalkan perihal outfit yang kece.

"Ya udah gih, cepet lo ke bawah. Kayaknya Arraja udah nungguin lo lama banget deh." Decha beranjak dari duduk, memulai beres-beres membersihkan kasurku.

"Makasih banget loh Cha, lo udah bikin gue tambah pede." Aku menyemprot parfum beraura feminim ke seluruh tubuh supaya tidak kalah wangi dengan Arraja. "Tapi beneran nih lo nggak apa-apa gue tinggal?"

Decha menghentikan aktivitasnya yang sedang menyapu bagian atas kasur. Menatapku lurus. "Ayya, lo nggak usah lebay. Gue di sini baik-baik aja, kali. Ada Mama juga. Nggak kesepian kok."

Aku tersenyum, memegang kedua bahu Decha. "Ya udah, tapi kalau semisal lo pulangnya pas gue belum balik, lo ngabarin."

Baru saja aku mengatupkan bibir, mendadak pintu kamarku terbuka lebar, sontak membuat aku dan Decha bergerak refleks untuk menengok ke sumber suara pintu. Detik berikutnya yang terjadi adalah jeritan kencang dari Decha begitu melihat Ravenza yang berdiri di bawah pintu hanya dengan bertelanjang dada.

"Aaaaarggh!" Decha menjerit, menutup permukaan wajah menggunakan dua telapak tangan. "Triple O em jiii..." Sontak aku jadi ikutan menjerit sebelum tersadar ulah adikku yang bejat itu. Segera aku berlari menghampirinya, mendorong tubuh Ravenza yang hanya terbalut handuk di pinggang.

"Woy, Rave, lo apa-apaan?! Main nyelonong masuk gitu aja!" bentakku setelah berhasil membuat Ravenza terjatuh di lantai di depan kamarku. Aku buru-buru menutup pintu.

"Eh sori gue beneran nggak tau kalau di dalam ada Kak Decha," ujar Ravenza tampak menahan sakit di salah satu bagian tubuhnya akibat doronganku.

"Kebiasaan kan lo! Harusnya ketok pintu dulu kek. Salam kek. Spada kek. Lagian mau ngapain juga sih lo masuk kamar gue?!" Aku memasang muka jahat.

Ravenza berusaha berdiri. "Biasa aja dong lo ngomongnya! Gue cuma mau ngambil charger gue, pasti semalam diambil lo, kan?"

Betul. Tadi malam aku menyelinap ke kamar Ravenza. Tentu saja ketika Ravenza semalam sedang tidak di rumah, melainkan sedang malam mingguan bersama Veranda. Aku hanya masuk dan meminjam charger ponsel untuk dipakai Decha yang lupa tidak membawa benda pengisi daya ponsel itu.

"Hiiih... lo tunggu sini. Gue ambilin." Aku kembali masuk kamar, lalu melihat Decha yang sudah kembali bersikap normal. Maksudku, sudah tidak dilanda shock lagi.

"Sori banget ya, Cha, Ravenza nggak tau kalau lo ada di sini."

"Iya, iya, nggak apa-apa. Sudah gue duga kok." Decha berjalan ke arah jendela, lantas membukanya lebar-lebar.

"Tapi gue takut mata lo jadi udah nggak perawan, Cha," kataku setelah mengambil charger di atas meja belajar.

"Ayya, plis jangan hiperbola deh." Decha tampak menanggapi dengan santai.

"Ya udah, lo jangan dendam ya!"

Decha menghela napas. "Triple O em ji... siapa juga yang dendam? Lo kebanyakan berpikir negatif, Ay. Mendingan sekarang cepet lo temuin Arraja! Kasihan keburu cowok lo jadi patung mumi gara-gara nungguin lo nyaris satu jam!"

Crazy Couple [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang