Gadis blonde itu mendengus kesal. Pasalnya dua minggu ini hidupnya benar-benar tak tenang. Bukan karena di kejar-kejar oleh penagih hutang, melainkan seorang gadis berponi.
Gadis berponi itu terus saja mengikutinya, membuatnya frustasi sendiri karena bingung harus mengusirnya dengan cara apa lagi.
Dengan cara baik-baik sudah, dengan cara kasar juga sudah tapi anak berponi itu tetap mengikuti dirinya.
Seperti sekarang. Gadis blonde itu tengah berada di pasar, dia memang bekerja di sana sebagai tukang panggul di sebuah toko sembako. Setiap ada truk yang datang pasti dia langsung sigap membantu. Gadis blonde itu harus ektra sabar karena sedari tadi dia bekerja gadis berponi itu terus saja mengikuti di belakangnya.
Dughhh..
"Aahkkk.. " Gadis poni itu tersungkur karena wajahnya terkena karung yang di gendong oleh gadis blonde.
"Ishh.. Sudah aku bilang duduk di sana!" Perintahnya tegas. Gadis berponi itu menggeleng karena takut di tipu lagi. Seperti waktu itu, gadis blonde itu ijin ke toilet sebentar tapi sampai dua jam lamanya tidak kunjung kembali dan gadis berponi itu baru saja sadar karena ternyata dirinya di tinggal begitu saja.
"Tidak. Kamu pasti akan meninggalkanku lagi, ya kan?" Ujar gadis berponi. Gadis blonde itu mendengus.
"Hei Rosé, kau ingin bekerja atau mengobrol?.. Cepat bawa karung itu ke dalam" Marah pria perut buncit itu pada rosé.
"Maaf bos"
Rosé menatap tajam lisa. Tangannya juga sudah mulai pegal karena menahan berat karung itu lebih lama.
"Poni pergilah, duduk di sana. Kali ini aku janji tidak akan meninggalkanmu lagi" Ucap rosé. Gadis berponi itu kembali menggeleng.
"Pergi sekarang atau aku tidak akan menemui atau bicara lagi denganmu!" Ancam rosé. Gadis poni melebarkan matanya, dia segera mengangguk patuh dan berlari duduk menuju kursi kecil yang ada di sana.
Rosé akhirnya bisa bekerja dengan tenang. Sesekali dia lirik gadis berponi itu yang ternyata setia sekali memperhatikan dirinya.
Pekerjaan selesai, rosé sedang mengantri untuk mendapat upah. Lisa kembali mendekat, dia mengulurkan tangan memberikan botol minum miliknya pada rosé.
"Ini minum dulu" Ucap Poni itu. Rosé tersenyum tipis lalu menerimanya. Sebenarnya gadis di samping rosé ini cukup imut dan baik tapi keinginan gadis itu yang cukup membuat rosé terkejut bukan main.
"Naahh" Rosé mengembalikan botol kosong itu pada gadis berponi.
"Ini bagianmu rosé" Ucap pria berperut buncit itu.
"Terima kasih bos" Balas rosé. Dia tengah menghitung uang di tangannya.
"Bos, ini tidak salah?... Uangnya lebih 200 ribu loh." Tanya rosé bingung karena upahnya lebih cukup banyak.
"Tidak, lebihnya itu untuk gadis di sampingmu. Lain kali jangan bawa adikmu bekerja yah, bahaya rosé" Mulut rosé menganga. Sementara lisa menunduk malu.
"Ya sudah besok bantulah aku lagi. Gadis cantik paman pergi dulu yah, sampai ketemu lagi besok" Ucapnya dengan suara lucu. Gadis poni itu mengangguk sembari tersenyum lebar.
Truk itu sudah pergi, rosé menatap ke arah gadis berponi itu yang masih senantiasa melambaikan tangan pada truk yang sudah pergi semakin jauh.
"Dua minggu kau jadi penguntitku tapi aku belum tau namanmu" Gumam rosé. Gadis berponi itu membalikan tubuhnya menatap ke arah rosé.
"Lisa, namaku lalisa Im kak" Jawab lisa lengkap dengan senyum lebarnya.
"Aku bukan kakakmu berhenti memanggilku kakak" Geram rosé. Bibir lisa mengerucut.
"Tapi kak.... "
"Berhenti bicara sekarang ikut aku, kita cari makan aku lapar" Ketus rosé. Lisa tak ambil hati dia segera mengikuti rosé.
Baru satu langakah rosé kembali berbalik, tangannya menahan wajah lisa yang spontan langsung berhenti di tempat.
"Tasmu bodoh kenapa di tinggal" Lisa meringis lebar, dia kembali ke kursi tempatnya duduk tadi untuk mengambil tas miliknya lalu menyusul rosé yang sudah jalan lebih dulu.
"Kita makan dimana kak?" Tanya lisa. Rosé memberikan tatapan tajamnya.
"E-eh maaf, kita mau makan di mana rosé?" Ucap lisa agak aneh karena sejak dia bertemu rosé pasti memangilnya dengan sebutan kakak walaupun rosé terus saja marah dan tak ingin lisa memanggil rosé dengan kakak.
"Diam dan ikut saja!" Dingin rosé. Lisa mengangguk.
Lisa terus mengikuti rosé dari belakang, jalanan yang mereka lalui cukup sempit jadi lisa memilih di belakang saja. Jika di samping maka dia bisa saja tertabrak oleh orang dari arah sebaliknya.
Mereka sampai di sebuah kedai ramen. Rosé langsung duduk di ikuti lisa.
"Nyonya, pesan ramen ukuran sedangnya dua yah" Pinta rosé pada sang penjual.
"Baik, tolong tunggu sebentar" Ucap pejual di sana.
Lisa mengamati kedai itu. Ini pertama kalinya dia datang ke tempat seperti ini. Rosé sadar lisa tengah memperhatikan keadaan kedai sederhana ini.
"Kenapa?.. Kau pasti kurang nyaman dengan tempat ini kan?.. Dari seragam sekolahmu sepertinya kau anak orang kaya" Tebak rosé. Lisa menggeleng cepat.
"Aku hanya belum terbiasa" Balas lisa. Kembali dia tersenyum lebar membuat rosé bergidik ngeri. Dia jadi ragu lisa ini normal atau ada gangguan sedikit.
"Ini pesananmu" Ucap penjual itu. Rosé langsung memakannya. Lisa menggeleng pelan, dia menyatukan kedua telapak tangannya dengan mata yang tertutup sempurna. Bibir lisa terlihat bergerak-gerak. Rosé memperhatikannya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya rosé heran. Lisa tersenyum.
"Kata mama sebelum makan kita harus berdoa sebagai ungkapan sukur sama tuhan karena sudah memberikan nikmat makanan untuk kita"
Blamm...
Rosé menelan kasar ramen di mulutnya. Dia menatap lisa dalam.
"Lain kali sebelum makan, kamu harus berdoa dulu yah" Pesan lisa. Rosé hanya diam. Lisa mulai mencicipi kuah ramen itu sebelum dia memulai makan ramen miliknya.
"Wah enak, lisa suka" Ucap lisa dengan mata berbinar. Dia kembali makan dengan tenang. Rosé sedikit menyunggingkan senyum.
"Berjuanglah lebih keras agar aku yakin"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Older Sister
FanfictionCast utamanya Chaelisa tapi tetep ada Jensoo juga. Ini aku buat karena lagi demam Chaelisa, sejak konser mereka kek tambah nempel aja apalagi setelah coldwar yang gemesin itu 😁😄 Mau di baca silakan, engga juga gpp skip aja hehe ✌