MOS#31

1.1K 214 13
                                    

Lisa yang malam itu baru selesai melakukan latihan dance tiba-tiba saja di hampiri sekelompok preman. Mereka mencoba merampas semua barang milik lisa. Jumlah orang yang lebih banyak membuat lisa sedikit takut namun dia tetap berusaha untuk tenang.

"He bocah berikan barang-barangmu" Ujar salah satunya sembari menodongkan sebuah pisau. Lisa menelan ludahnya, matanya menatap ke arah pisau dan wajah orang itu bergantian.

"Aku tidak membawa barang apapun kecuali buku sekolah dan baju ganti" Ucap lisa. Dia mengusahakan suara agar tidak terdengar bergetar.

Dua orang preman tertawa. Mereka mendekati lisa, mengitari gadis berponi itu sembari terus memperhatikan dari atas sampai bawah.

Lisa menjadi gugup karena di perhatikan secara intens, terlebih dia mencium aroma alkohol dari ketiganya.

"Jangan berbohong, kau sekolah di sana. Itu adalah tempatnya anak-anak orang kaya. Cepat berikan barang-barangmu atau pisau ini akan menancap di perutmu kecuali.... " Pria itu mendekat, mengendus sisi wajah lisa sampai membuat lisa merinding bukan lain.

"Kau melayani kami bertiga" Senyum smirk terukir di bibirnya. Lisa mundur dengan perlahan.

Tiga preman itu semakin mendekat, membuat lisa terkepung di tengah.

"Aku tidak bohong, aku benar-benar tidak membawa apapun kecuali baju dan buku" Ucap lisa lagi, dia sudah jujur namun para preman itu tentu tidak percaya di tambah mereka sedang dalam pengaruh alkohol.

"Ya sudah lakukan pilihan kedua" Tatapan ketiganya berubah menjadi tatapan lapar akan nafsu yang membara. Lisa semakin takut dia mengambil langkah mundur cukup panjang sampai dia memutuskan untuk berlari sekencang mungkin meninggalkan tas sekolahnya begitu saja.

Lisa tidak pernah menoleh lagi, dia hanya fokus menatap depan mencari jalan yang aman untuknya agar tidak terkejar oleh para preman itu.

Awalnya semuanya aman, lisa masih bisa menghindari ketiganya namun satu batu membuatnya terjatuh. Lisa meringis, merasakan perih di lututnya yang mengeluarkan darah karena membentur jalanan aspal.

Dengan menahan perihnya, lisa mencoba bangkit kembali. Memaksakan untuk berlari dari kejaran tiga preman yang semakin dekat. Dengan menyeret kakinya, lisa berlari sembari menangis.

"Kakak" Gumam lisa. Kakinya semakin terasa sakit karena terus di paksa untuk berlari.

"Papah.... Mamah...... "

Lisa terus memanggil anggota keluarganya. Rasa takut sudah menguasai dirinya membuatnya hilang fokus. Lisa kembali terjatuh karena tersandung batu lagi.

Luka lisa semakin lebar. Lisa pasrah saat ketiga preman itu berhasil menyusulnya. Mereka menyeringai dan tertawa karena korban sudah tidak berdaya di depan mereka.

"Aku mohon lepaskan aku, aku akan meminta orang tuaku untuk memberimu uang. Aku janji" Mohon lisa, kedua tangannya menyatu benar-benar memohon dengan sangat.

"Tapi kami sudah tidak tertarik lagi dengan uang, tubuhmu terlihat lebih menggiurkan sekarang." Preman itu tersenyum miring. Mendekati lisa yang berusaha mundur dengan susah payah.

"Aku mohon" Lisa menangis semakin terisak. Namun pria itu tidak menghiraukannya, mereka sudah benar-benar tertutup oleh nafsu.

"Kemarilah sayang, kami janji akan melayanimu dengan lembut" Dua orang preman mencengkram tangan lisa. Membawanya ke sebuah semak belukar, lisa di lempar begitu saja oleh keduanya.

"Mau satu atau langsung tiga?" Tanya salah satunya. Pria berperut buncit menyeringai.

"Langsung tiga saja, lagipula dia masih muda pasti bisa, tenaganya masih sangat kuat" Ketiganya tersenyum mesum. Lisa sudah menarik nafas panjang, dia melihat ketiga preman itu bergantian.

My Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang