MOS#8

1.5K 207 12
                                    

Lisa hanya bisa diam mendengar omelan dari kedua orangtuanya. Dia sudah lega saat berhasil menutup mulut paman joo tapi lisa lupa masih banyak bawahan kedua orang tuanya yang tidak dia tutup mulutnya.

Minho dan chungha mendapat laporan dari Bibi Ahn. Maid senior di rumah Im. 

"Dengar lisa, lain kali kamu melakukan ini lagi papa kasih hukuman yang lebih berat" Ujar Minho mengancam. Lisa hanya bisa mengangguk patuh.

"Pergilah ke kamarmu. Mulai besok mama yang akan mengantar dan menjemput kamu. Tidak ada main selama sebulan dan tidak ada ponsel" Tekan chungha. Lisa protes pun percuma yang ada hukumannya malah akan di tambah.

"Tapi lisa boleh pinjam ponsel sebentar kan Pa, buat ngabarin ke kak rosé" Pinta lisa. Minho menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada, pergilah ke kamar" Perintah tegas minho.

Dengan bahu lemas, lisa pergi menuju kamarnya.

"Anak itu benar-benar. Sudah tahu punya asam lambung tapi malah makan-makanan yang pedas, mana ramen instant lagi pasti kan ada pengawetnya sangat tidak sehat" Ujar minho yang masih merasa kesal. Chungha mendekat lalu mengusap lembut bahu minho.

"Sudah yang penting lisa masih baik-baik saja dan dia sudah mendapat hukumannya. Lebih baik kita tidur sekarang. Badanmu lelah kan biar aku pijat sebentar"

Minho tersenyum, chungha memang istri yang sangat baik dan peka. Setelah mendapat kabar lisa sakit keduanya memang langsung pulang dan meninggalkan semua pekerjaan yang sejujurnya sangat banyak di sana.

Mereka sampai jam 3 pagi. Keduanya bertambah marah saat melihat lisa malah asik bermain PS padahal sebelumnya mereka sudah menyuruh lisa untuk tidur.
.
.

Mulai hari ini Lisa menjalani hukumannya. Ponselnya sudah di tarik oleh minho. Setelah sarapan selesai chungha langsung bergegas mengantar lisa ke sekolahnya. Dia memang sudah memutuskan untuk mengambil cuti selama dua bulan lamanya.

Mereka tengah makan malam bersama. Minho memutuskan untuk pulang cepat malam ini.

Lisa turun dengan wajah masamnya. Sepulang sekolah ini tidak ada yang dia lakukan selain menonton tv. Ponsel, PS miliknya di sita oleh minho.

"Setelah makan papa ingin bicara, ini penting" Ujar minho menatap lisa. Lisa mengangguk pelan.

Selesai makan minho mengajak lisa dan chungha ke ruang tengah.

"Papa sudah siapin berkas untuk mengadopsi seorang kakak buat kamu" Mata lisa membulat terkejut.

"Kenapa tiba-tiba?.. Dari panti mana papa ngadopsi dia?" Tanya lisa.

"Bukan dari panti. Dia anak buah papa sendiri. Kenapa terkejut bukannya ini yang kamu mau?" Tanya minho heran dengan reaksi yang di tunjukan oleh lisa.

"Aku tidak ingin dia, aku hanya ingin kak rosé" Tegas lisa. Dia berdiri cepat.

"Berhenti!.. Setidaknya temui dulu dia, papa sudah capek membujuknya tapi kamu malah menolaknya" Lisa menghembuskan nafas panjangnya.

"Salah papa sendiri tidak bicara dulu padaku. Pokoknya aku tidak ingin bertemu dengannya, aku hanya ingin kak rosé! Hanya kak rosé! " Setelah mengatakan itu lisa langsung berlari cepat menuju kamarnya.

Minho menghela nafasnya. Sementara chungha malah tertawa.

"Biarkan saja, yang penting kita sudah memberitahunya." Ucap chungha menenangkan minho yang tampak kesal.

Lisa menangis di kamarnya. Dia tidak mengira jika minho sudah mengambil keputusan tanpa bertanya dulu padanya.

Lisa pikir ayahnya itu akan mengerti jika lisa hanya ingin rosé dan dia masih sedang mengusahakannya... Tapi ayahnya malah sudah mengadopsi seseorang tanpa sepengetahuannya.

"Sungguh aku akan benci siapapun orang itu. Beraninya dia menerima tawaran papa. Lagipula papa kenapa sih tidak tanya dulu denganku" Lisa membuang gulingnya dengan kesal.

Hari-hari berikutnya lisa berubah dingin. Dia tak lagi menyapa ataupun bicara dengan minho dan chungha. Sepertinya dia sangat marah.

Tapi sepertinya rasa kesal dan marahnya siang ini hilang walau sebentar. Wajahnya yang tertekuk langsung berbinar saat melihat kedatangan seseorang yang sangat dia rindukan.

Lisa langsung melompat, memeluk tubuh rosé yang hanya diam sembari menahan kedua kaki lisa yang melingkar di pinggangnya.

"Aku kangen" Ucap lisa tulus. Dia semakin mengeratkan pelukannya. Rosé tersenyum, jika gengsinya tidak ada pasti dia sudah membalas ungkapan lisa barusan.

"Turun" Perintah rosé datar.

"Tidak, aku rindu kakak tahu" Gumam lisa tak mau mengikuti perintah rosé.

"Kau berat"

Lisa menjauhkan wajahnya, menatap wajah rosé yang datar.

"Aku tidak perduli" Lisa menjulurkan lidahnya, dia kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher rosé.

Akhirnya rosé pasrah, dia segera membawa lisa ke sebuah bangku yang ada di taman.

Rosé duduk dengan memangku lisa yang masih enggan melepas pelukannya.

"Aishh... Dasar monyet" Ejek rosé.

"Ya ya apa maksud kaka!" Ujar lisa tak terima.

"Kau seperti anak monyet yang bergelayut dengan ibunya. Bergeserlah, pahaku sudah keram karena bobot tubuhmu yang berat" Rosé mendorong tubuh lisa ke samping. Dengan bibir cemberutnya lisa pun pindah merasa tidak tega juga dengan rosé.

"Kakak kemana saja?" Rosé menatap lisa.

Plukkkk...

Lisa mengambil sebungkus roti yang di lempar rosé dan tepat mengenai wajahnya.

"Tentu bekerja, memangnya siapa yang mau membiayai anak sebatang kara seperti aku jika bukan diriku sendiri"

Rosé mengabaikan lisa, dia membuka bungkus roti miliknya lalu memakannya.

"Kak, bagaimana dengan tawaranku?.. Aku benar-benar menginginkanmu menjadi kakaku" Tanya lisa. Sorot matanya begitu memohon. Rosé menelan roti di mulutnya lalu menatap lisa.

"Aku tidak bisa. Dan aku sudah dapat keluarga yang menurutku baik" Lisa menjatuhkan rahangnya.

"M-maksud kaka?" Tanya lisa terbata.

"Aku sudah di adopsi, kedatanganku kemari ingin memberitahumu" Ucap rosé.

Lisa berdiri, wajah yang tadi riang kembali murung dan lisa mulai menangis.

"Kenapa menerimanya?.. Aku bahkan yang lebih dulu memintamu untuk di adopsi oleh ayahku" Tanya lisa. Rasanya sungguh sesak.

"Yaa....... "

"Pergilah! Temui keluarga barumu!" Usir lisa.

Gadis berponi itu pergi begitu saja bahkan meninggalkan rotinya.

"Rotimu" Pekik rosé. Lisa berbalik.

"Aku tidak perduli! Pergilah aku tidak mau melihat wajahmu lagi!" Teriak lisa penuh emosi. Rosé terdiam di tempatnya, niatnya ingin mengejar dia urungkan.

Lisa berlari menjauh, rosé menatap roti di tangannya. Roti yang beberapa menit lalu dia berikan pada lisa.

"Ck. Bodoh" Rosé berlalu pergi dengan memakan roti milik lisa.

Lisa sudah berada di kelasnya. Kedatangannya yang sembari menangis menjadi perhatian sendiri bagi teman-teman satu kelas lisa.

"Hei Li, apa yang terjadi?" Tanya seulgi yang merupakan ketua kelas di sini. Lisa menggeleng, dia masih betah menyembunyikan wajahnya. Tangisnya memang sudah berhenti tapi matanya yang sembab terlihat sangat jelas, lisa jadi malu untuk menunjukan wajahnya.

"Katakan padaku jika ada sesuatu yang terjadi, mengerti?" Ucap seulgi. Lisa mengangguk.

"Hm"
.
.
.
.

My Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang