MOS#3

2K 232 2
                                    

Tepat satu bulan sudah lisa terus mendekati rosé. Gadis berponi itu tidak pernah menyerah sedikitpun walau rosé terus bersikap cuek padanya.

Rosé sendiri dia merasakan hal lain sekarang saat lisa mendatanginya. Entahlah rosé merasa sangat senang saat melihat lisa menghampiri dirinya namun terlalu gengsi untuk menunjukannya.

Wajah rosé memang selalu terlihat dingin, balasan yang dia berikan juga terlihat sangat acuh dan cuek namun di dalam hatinya dia merasakan sesuatu yang berbeda.

Beberapa kali lisa membawakan makanan untuk rosé. Itu adalah titipan chungha yang mulai ikut berharap rosé mau menerima tawaran dari lisa. Minho juga tak seintens dulu menanyakan apa yang lisa lakukan pada bodyguard lisa karena sejak makan malam waktu itu lisa selalu menceritakan semua kegiatannya terutama saat bersama dengan rosé.

"Eeiii paman seungri" Sapa lisa saat melihat seungri sedang menghitung uang dari pemilik toko.

"Eeyy lisa-ya" Ujar seungri melambaikan tangannya memberi isyarat agar lisa mendekat ke arahnya.

"Baru pulang?" Tanya seungri. Lisa duduk di samping seungri.

"Huum, apa paman sudah selesai?" Tanya lisa. Seungri tersenyum lalu mengangguk.

"Baru saja selesai, oh ya ini untukmu beli es krim sana" Perintah seungri setelah memberikan uang 100 ribu pada lisa.

"Woahh, siap paman. Paman jangan pergi dulu tunggu aku sampai kembali" Teriak lisa. Dia langsung pergi dengan menenteng uang pemberian seungri. Rosé datang setelah mencuci tangannya. Dia mengernyitkan dahi saat melihat tas lisa tapi tidak ada pemiliknya di sana.

"Paman, lihat lisa dimana?" Tanya rosé. Seungri mengangguk, dia berikan beberapa uang bayaran milik rosé.

"Dia sedang beli es krim, tunggulah sebentar" Beritahu seungri. Rosé mengangguk lalu duduk di samping tas milik lisa. Tanpa izin rosé mengambil botol air milik lisa lalu meminumnya hingga habis menyisakan sedikit di sana.

"Kakak... Paman.... "

Lisa kembali dengan tiga cup es krim di tangannya. Dia memberikan satu pada rosé dan seungri.

"Eehh kok paman di kasih, kan itu untuk lisa" Lisa tersenyum.

"Lisa memberikannya untuk paman, jadi tolong terima yah" Paman seungri tersenyum gemas. Dia mengangguk lalu mulai memakan es krim miliknya.

"Paman kasih lisa uang lagi? Tapi paman itu berlebihan kan, takutnya pekerja lain pikir kalau aku sengaja membawa lisa supaya dapat bonus darimu" Ucap rosé tegas.

"Jangan dengarkan mereka. Aku ikhlas kok memberikan gadis cantik ini uang. Kalau mereka macam-macam bilang padaku, bukan kau yang aku usir tapi mereka"

Rosé menghela nafasnya. Dia pikir apa yang seungri lakukan ini sangat berlebihan.

Setelah habis seungri pamit pergi. Kini hanya tinggal rosé dan lisa.

Lisa masih asik memakan es krim miliknya sementara rosé sudah selesai. Dia kembali meraih botol milik lisa dan menghabiskan sisa isinya.

"Kak.. Eh rosé hari ini kita makan apa?.. Mama lagi pergi ke jepang sama papa jadi hari ini aku tidak membawa makanan" Tanya lisa tanpa menatap rosé.

"Kau nyaman memanggilku dengan apa? Kakak atau rosé?" Tanya rosé tiba-tiba. Lisa menoleh dengan sendok es krim yang dia gigit.

"Usiaku 15 dan usiamu 16. Jika aku panggil nama saja rasanya kurang nyaman. Jadi aku lebih suka memanggilmu kakak"

"Kalau begitu panggil aku dengan itu. Mau ada paman seungri ataupun tidak"

Lisa membuka mulutnya lebar membiarkan sendok yang digigitnya jatuh ke atas tanah.

"Beneran kak?" Tanya lisa memastikan. Rosé mengangguk pelan.

"Yessss... Makasih kak" Pekik lisa senang. Bahkan gadis itu melompat-lompat sendiri membuat rosé tersenyum namun hanya sebentar karena wajahnya kembali dingin seperti biasanya.

"Hari ini kita makan bebek panggang. Entah kenapa aku sedang ingin itu. Cepatlah ikut aku" Titah rosé. Lisa membuang cup es krim ke dalam tempat sampah lalu menyusul rosé dengan mencangklong tas ransel miliknya.

Mereka berjalan beriringan menuju kedai bebek panggang yang letaknya lumayan jauh. Kurang lebih 30 menit dengan mereka berjalan kaki.

"Kak...  " Panggil lisa di tengah perjalanan mereka.

"Hm.. " Balas rosé apa adanya.

"Kak... " Panggil lisa lagi. Kali ini rosé melirik.

"Apa?" Bukannya menjawab lisa malah terkikik.

"Kak.... " Kali ini rosé menghentikan langkahnya. Dia cengkram kuat kerah seragam lisa hingga menghadap ke arahnya.

"Maumu apa sih? Dari tadi memanggil tapi tidak bicara apapun" Kesal rosé karena merasa di permainkan oleh lisa. Lisa menutup mulutnya terkikik. Rosé menatap aneh ke arah lisa, tangannya melepas kerah lisa lalu kembali berjalan meninggalkan lisa.

"Maaf kak bukannya aku mempermainkanmu. Hanya saja aku sangat senang, setelah hampir 15 tahun akhirnya aku bisa ngucapin kata kakak ke seseorang"  Jelas lisa. Rosé hanya berdehem.

"Terus untuk tawaranku waktu itu gimana kak?" Tanya lisa. Rosé menggeram keras membuat lisa menghentikan langkahnya.

"Aahh aku tau kau menolaknya lagi" Ujar lisa lesu. Dia kembali melangkah menyusul rosé yang sudah berada di depannya.

Lisa melangkah dengan kepala menunduk. Sampai tidak sadar jika rosé sudah berhenti dan posisinya ada di belakang lisa.

Dughh...

"Aduh" Lisa mengusap keningnya yang menabrak rambu-rambu lalu lintas. Dia menoleh ke kanan dan kiri. Kepalanya kembali tertunduk karena tidak mendapati rosé di manapun.

"Bodoh kenapa harus bertanya sekarang, lihat kak rosé bahkan pergi meninggalkanku tanpa bicara. Pasti dia sangat marah sekarang... Bodoh... Bodoh... Bodoh... " Gerutu lisa memukuli kepalanya sendiri.

Setttt....

Lisa mendongak kesamping saat merasakan tangannya di cekal seseorang.

"Apa kau gila? Kepalamu baru saja terbentur tiang dan sekarang kau memukulinya." Marahnya. Lisa menunduk dengan mata berkaca-kacanya.

"Lisa pikir kakak pergi ninggalin aku" Lirih lisa. Rosé melepas cekalan pada tangan lisa.

"Padahal kau yang meninggalkanku" Ujar rosé. Lisa mendongak dengan mulut menganga.

"Bagaimana bisa?.. Kakak kan di depanku tadi" Heran lisa. Tanpa menjawab rosé menunjuk kedai di belakang mereka.

"Kedainya di sana dan aku sudah berhenti tapi kau terus berjalan ke depan" Lisa mencebikkan bibirnya.

"Ya kenapa tidak kakak panggil saja, kenapa malah membiarkanku" Kesal lisa. Rosé mengedikan bahunya acuh lalu meninggalkan lisa kembali.

"Kak sumpah yah, nyebelin banget sih" Kesal lisa.

"Diem deh, mau makan ya ayo ikut kalau tidak ya sana pulang" Lisa menghentakan kakinya kesal lalu menyusul rosé.

Mereka sampai di dalam kedai. Rosé sudah memesan dua porsi. Lisa masih dalam mood buruknya. Rosé meliriknya sekilas.

"Marah?" Tanya rosé datar. Lisa berdehem menjawab.

"Ya udah bungkus aja bebeknya, kita pulang. Males banget makan sama orang yang lagi marah" Ucap rosé. Dia berdiri tapi lisa menahannya.

"Apa sih? Engga, lisa engga marah. Udah duduk bentar lagi bebeknya dateng" Rosé tersenyum miring lalu kembali duduk.

Bebek pesanan mereka datang. Rosé langsung makan dengan lahap sementara lisa masih setia memperhatikan rosé.

"Berhenti menatapku dan makan!" Dingin rosé. Lisa jadi gelagapan sendiri dan mulai makan sembari menunduk malu.
.
.
.

My Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang