MOS#33

1.1K 207 16
                                    

Ulang tahun mungkin hal yang paling di tunggu oleh kebanyakan orang. Tapi rose, dia terlihat tidak semangat di ulang tahunnya hari ini.

Bibirnya cemberut menatap lisa yang tak kunjung membuka mata. Di usapnya pipi lisa, rosé memainkan bibir lisa dengan jari telunjuknya.

Bibir yang tidak pernah absen untuk mencium pipinya setiap hari, rosé juga merindukan saat lisa memeluk dirinya secara tiba-tiba dan terkadang itu mengejutkan baginya.

"Li bangun dong, kakak ulang tahun loh. Belum ada yang ngucapin, mama sama papah lagi keluar. Sedih jadinya nih" Rosé goyangkan bahu lisa pelan. Tidak ada hasil apapun, mata lisa tetap terpejam.

"Hufffttttt.... "

Rosé sembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya yang di tumpuk. Dia tidak sekolah hari ini, minho sudah memintakaj izin untuknya. Dia hanya berharap lisa bangun hari ini.

Saat sibuk dengan lamunannya, rosé tersentak saat pintu kamar lisa terbuka sedikit kasar. Dia menoleh ingin mengumpat tapi di urungkan karena minho dan chungha lah yang datang.

Rosé langsung menangis haru, kedua orang tuanya itu membawa sebuah kue ulang tahun lengkap dengan lilin angka sesuai dengan usianya sekarang.

"Mama sama papa ingat ulang tahunku?" Tanya rose terharu. Kedua tersenyum mengangguk.

"Tentu, kami ini orang tuamu sayangs, terlebih seseorang sangat sibuk mengingatkannya kemarin" Ucap minho. Kening rosé mengerut, tidak paham siapa yang di maksud oleh sang ayah.

"Dia terus membahasnya padahal kami juga sudah tahu" Timpal chungha.

"Dia? Siapa?" Tanya rosé. Chungha dan minho kompak menunjuk ke arah belakang rosé.

Dengan kebingungan dia pun menoleh dan matanya langsung membulat saat melihat lisa sudah sadar justru tersenyum manis ke arahnya.

"Kamu sadar li?" Tanya rosé kaget.

"Engga, masih tidur ini kak mode mata melek" Cibir lisa. Dia mendecikan lidah sebal.

"Jangan bercanda" Geram rosé memukul pinggang lisa.

"Aaakkkkhhhhhhhh" Ringis lisa. Wajah rosé berubah panik, dia lupa luka lisa pasti belum kering.

"Astaga maaf, mana yang sakit?" Tanya rosé panik. Lisa memanfaatkan situasi ini untuk mengerjai rosé.

Dia menangis semakin keras, mengeluarkan suara ringisan yang di buat sesakit mungkin agar rosé semakin panik.

"Papa, mama bisa tolong panggilkan dokter, lisa kesakitan" Pinta rosé pada kedua orang tuanya. Keduanya justru hanya diam menatap datar lisa yang tertawa namun saat rosé menatapnya, wajahnya berubah kembali kesakitan.

"Paah..... " Mohon rosé karena ayahnya itu tidak bereaksi.

"Berhenti drama sayang, lilin ini akan habis jika tidak segera di tiup" Ujar minho mendekati ranjang. Chungha sudah tertawa, mengusap wajah rosé yang panik.

"Di jahilin adik kok mau-mau aja sih hm, lihat tuh anaknya senyum-senyum" Ucap chungha. Rosé berbalik menatap lisa dan benar adiknya itu sedang tersenyum bahkan sekarang tertawa terbahak.

"Aisshhh...  Menyebalkan" Rosé memutar malas matanya.

"Balasan karena kemarin kakak mengejeku bersama kak jisoo dan jennie" Ucap lisa. Rosé kembali terkejut.

"Jadi kemarin kamu sudah sadar?" Tanya rosé. Lisa mengangguk.

"Kapan? Kok aku tidak tahu?" Tanya rosé kesal.

"Waktu kamu ke kantin sama mama, papa juga di buat kaget karena lisa diam saja menatap papa sambil melotot. Kan papa pikir dia kesurupan" Ujar minho. Lisa terkekeh pelan. Rosé tatap lisa tajam.

My Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang