MOS#34

1.2K 194 16
                                    

Seminggu sudah lisa melakukan pemulihan di rumah, rosé senantiasa berada di sisinya. Bahkan dia memutuskan untuk pindah ke kamar lisa.

Sebuah lukisan menempel di dinding kosong tepat di samping pintu. Itu adalah kado dari rosé yang beberapa hari lalu di terima oleh lisa. Sementara lisa belum memberikan apapun pada rosé, dia mengatakan akan memberikannya nanti setelah benar-benar sembuh.

Rosé baru saja selesai mandi, dia mendekat ke arah ranjang. Duduk di samping lisa yang berbaring.

Wajah lisa tertekuk membuat rosé bingung, padahal sebelum di tinggal mandi wajah lisa masih baik-baik saja.

"Ada apa dengan wajahmu li?" Tanya rosé. Lisa menatapnya.

"Apa kakak tidak mendengar suara?" Tanya lisa balik. Rosé mempertajam pendengarannya tapi tidak terdengar apapaun.

"Mana?"  Rosé bertanya lagi. Lisa menunjuk perutnya yang tiba-tiba berbunyi cukup keras.

"Aigooo adikku lapar ternyata" Ucap rosé mencubit gemas hidung lisa.

"Kalau begitu ayo turun, apa yang mau kamu makan?" Tanya rosé membantu lisa turun dari tempat tidur.

"Steak?" Rosé berdehem. Dia membawa lisa turun dengan hati-hati.

Rosé mentitah lisa untuk duduk di kursi bar sementara dirinya mulai sibuk mengeluarkan berbagai bahan yang dia butuhkan termasuk daging sapi segar.

"Kak, dimana butternya?" Tanya lisa. Rosé melihat bahan-bahan yang dia ambil.

"Pakai butter? Ku pikir minyak" Gumam rosé mengambil kotak butter dari dalam kulkas.

"Kakak tahu cara membuatnya kan?" Tanya lisa. Dia sedikit ragu saat melihat rosé yang sedikit bingung.

Rosé menyengir lebar, menggeleng pelan karena ragu.

"Aku baru belajar membuatnya sekali, itupun sudah lama" Ucap rosé. Lisa menghela nafasnya.

Lisa turun dari kursi, mengambil gulungan tisue lalu berdiri di samping rosé.

"Aiya siapa yang membolehkanmu untuk kemari" Marahnya. Lisa mengedikan bahunya. Rosé mengambil satu kursi bar dan meminta lisa untuk duduk kembali tepat di sampingnya.

"Tisue itu untuk apa?" Tanya rosé.

"Membersihkan dagingnya. Ini yang aku perhatikan saat mama membuat steak" Ucap lisa. Rosé mengangguk, dia juga mengingatnya sekarang.

"Kakak ayo panaskan butternya" Pinta lisa.

"Seberapa banyak, aku lupa" Ucap rosé. Lisa menepuk dahinya.

"Terlalu muda untuk jadi pikun kak" Cibirnya. Rosé memukul pelan kepala lisa.

"Aku hanya lupa sedikit bukan pikun" Sanggahnya tidak terima. Lisa tertawa lalu merangkul lengan rosé.

"I love you" Gumamnya. Rosé menunduk malu, menyenggol bahu lisa dengan lengannya.

"I love you too, jadi berapa banyak butter yang di pakai?" Tanya rosé  lagi.

"Ishhh kak pakai saja feelingmu, aku percayakan padamu" Ucap lisa akhirnya.

"Aigooo baiklah terima kasih sudah percaya lisa, aku akan membuatnya dengan enak" Ucap rosé. Dia mulai memanaskan butter sementara lisa masih sibuk mengelap daging di tangannya menggunakan tisue.

Karena api yang terlalu besar, butter itu dengan cepat berubah menjadi gosong. Rosé terlihat panik sementara lisa malah tertawa.

"Aishhh lisa kenapa tidak di kecilkan apinya" Gerutu rosé karena dia sedang mengambil kimchi instant untuk di hangatkan.

My Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang